Perubahan Bunyi Bahasa TINJAUAN PUSTAKA
yang bersangkutan. Dengan kata lain setiap tanda linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna Chaer, 2009:29. Dari penjelasan Saussure maka dapat
disimpulkan bahwa makna yang terdapat dalam tanda linguistik merupakan konsep yang membentuknya. Konsep, ide dan gagasan ini bekerja dalam otak manusia.
Ogden dan
Richard dalam
Chaer menggunakan
segitiga dalam
menggambarkan hubungan kata, konsep dan benda yang dirujuk. Untuk kata mereka menggunakan istilah symbol, untuk konsep mereka menggunakan reference
dan untuk benda yang dirujuk digunakan istilah referent. Dari hubungan yang digambarkan dalam segitiga ini menyatakan bahwa simbol melambangkan konsep
dan konsep merujuk pada satu benda Chaer, 2002:31. Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebuah kata
mewakili konsep dan konsep tersebut diwujudkan pada sebuah benda yang mewakilinya. Makna kata dari satu bahasa berbeda-beda tergantung dari konsep
yang dimiliki oleh masing-masing penutur bahasa. Satu benda yang sama akan memiliki simbol atau kata yang berbeda sesuai dengan konsep yang dimiliki
masing-masing penuturnya. Karena makna merupakan konsep yang ada di dalam kepala manusia, maka
tidaklah menutup kemungkinan akan mengalami perubahan. Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Pateda tentang perubahan makna. Di dalam bukunya ia
menyatakan bahwa pemakaian kata dan kalimat berkembang sesuai dengan pemikiran manusia yang berkembang. Perkembangan yang terjadi bisa
pengurangan atau penambahan Pateda, 2010:158.
Parera menyatakan bahwa perlu adanya pembedaan dua kecenderungan perkembangan pemahaman dan pemakaian makna, yakni perubahan dan pergeseran
makna. Lebih lanjut Parera menjelaskan bahwa pergeseran makna merupakan gejala perluasan, penyempitan, pengonotasian, penyinestesian dan pengasosiasian
makna yang masih berada dalam satu medan makna. Dalam hal in rujukan awal tidak berubah namun mengalami perluasan atau penyempitan rujukan. Sedangkan
perubahan makna merupakan gejala pergantian rujukan dari simbol yang sama. Dalam hal ini rujukan makna berubah dan berbeda dari rujukan semula Parera,
2004:107. Chaer tetap menggunakan istilah perubahan makna dan tidak membedakannya dengan pergeseran makna.
Sebuah kata dapat berubah maknanya dan faktor yang mempengaruhinya adalah perkembangan ilmu teknologi, perkembangan sosial budaya, perbedaan
bidang pemakaian asosiasi, pertukaran tanggap indra, perbedaan tanggapan, adanya penyingkatan, proses gramatikal dan pengembangan istilah. Sedangkan jenis
perubahan makna adalah meluas, total, penghalusan, penyempitan dan pengasaran Chaer, 2009:140.
Perubahan makna meluas merupakan gejala yang terjadi pada sebuah kata yang semula hanya memiliki ‘satu’ makna namun dalam perkembangannya memiliki
beberapa makna lain Chaer, 2009:140.Di dalam bahasa Indonesia makna meluas bisa ditemukan pada kata oom, yang merupakan serapan dari bahasa Belanda. Kata
oom bermakna saudara laki-laki ayah atau paman. Namun sekarang kata tersebut tidak lagi hanya merujuk pada saudara laki-laki ayah, tetapi juga merujuk kepada
laki-laki yang lebih tua usianya. Sebutan oom menjadi lebih umum, karena kepada laki-laki yang usianya lebih tua, dapat disebut dengan oom.
Perubahan makna menyempit merupakan gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada awalnya memiliki makna yang cukup luas, kemudian seiring dengan
perkembangan penggunaan bahasa, makna kata tersebut menjadi menyempit Chaer, 2009:142. Parera menyatakan bahwa kecenderungan penyempitan makna
terjadi karena spesialisasi makna dalam kelompok tertentu. Hal ini tampak pada istilah-istilah khusus yang terdapat dalam bidang-bidang khusus seperti kedokteran
atau hukum Parera, 2004:126. Selanjutnya adalah perubahan total. Yang terjadi dalam gejala ini adalah
perubahan secara total makna sebuah kata dari makna aslinya. Meskipun terkadang masih memiliki hubungan dengan makna aslinya, namun seringkali hubungan
makna tersebut sudah begitu jauh Chaer, 2009:142. Dalam hal perubahan makna Parera menambahkan bentuk perubahan penilaian
pada makna. Penilaian tersebut adalah peyoratif dan amelioratif. Peyoratif merupakan sebuah penilaian negatif yang diberikan pada sebuah makna kata,
sedangkan amelioratif merupakan pemberian nilai positif pada sebuah makna kata Parera, 2004:129.
Untuk menganalisis pergeseran makna yang terjadi dalam bahasa Belanda ke bahasa Indonesia bisa juga dilihat dari komponen makna yang terdapat pada kedua
makna tersebut. Dengan mengetahui komponen makna antara dua kata akan didapatkan
informasi mengenai kedekatan, kemiripan, kesamaan atau
ketidaksamaan makna Pateda, 2010:261. Meskipun terjadi pergeseran makna
namun dalam pergeseran makna tersebut makna tersebut masih berada dalam satu medan makna.