Upaya Mempertahankan Identitas Etnis India Melalui Proses Pernikahan Pada Golongan Pemilik Modal

B. Upaya Mempertahankan Identitas Etnis India Melalui Proses Pernikahan Pada Golongan Pemilik Modal

Di India, banyak sekali proses-proses upacara adat yang harus dilakukan oleh kedua mempelai ketika akan mengikat janji sehidup semati. Tradisi-tradisi pernikahan tersebut sudah turun temurun dilakukan dan tidak boleh ada yang ditinggal ketika upacara perkawinan, apapun itu alasannya. Begitupun dengan pernikahan pada golongan pemilik modal. Pada bagian ini, kedua narasumber yang berprofesi sebagai pemilik modal akan menceritakan bagaimana proses yang terjadi pada pernikahan Etnis India, baik dari mitos, simbol, pola hubungan dan modal.

1. Sebelum Pernikahan

a. Merisik (Perjodohan)

Di India, budaya dalam hal pernikahan dan memilih pasangan hidup masih sangat kuat. Jarang sekali ditemukan pasangan muda mudi yang pacaran atau menjalin hubungan sebelum menikah. Kebanyakan dari mereka sibuk dengan urusannya masing-masing, baik itu bekerja ataupun sekolah. Saat umurnya telah cukup untuk menikah, orang tuanyalah yang akan mencarikan jodoh untuk anak-anaknya terutama yg laki-laki. Seperti apa yang dikatakan oleh Heera, salah satu warga keturunan India yang masih melakukan tradisi pernikahan India :

“Pada saat sebelum pernikahan itu ada yang namanya proses Merisik . Proses ini itu sama aja kaya proses menjodohkan. Di India itu jarang sekali yang pacaran. Kebanyakan mereka itu sudah sibuk dengan dunianya sendiri-sendiri. Nah, kalau mereka semua sudah berumur, maka orang tua-nyalah yang akan mencarikan mereka jodoh.”

(Sumber : Wawancara 17 Februari 2012 pukul 10.00 WIB)

Merisik adalah proses menjodohkan. Setelah menemukan yang cocok, orang tuanya akan mempersilahkan anaknya melihat sang gadis. Hal ini seperti diungkapkan oleh Tekani, seorang warga keturunan India yang tinggal di Yogyakarta :

“Jadi biasanya orang tua itu akan menjodohkan anaknya kalo sudah cukup umur mba. Jadi anaknya itu sudah siaplah, terus si pasangannya juga harus sudah siap dan sudah mapan pastinya, untuk yang laki-laki ya.”

(Sumber : Wawancara 12 Februari 2012 pukul 19.00 WIB)

Untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai calon pengantin ini, ada seseorang yang diutus sebagai pencari informasi. Biasanya orang yang melakukannya disebut sebagai tirumana taraga. Hal ini juga diungkapkan oleh Tekani :

“Yang biasa disuruh untuk menyelidiki pengantin itu namanya tirumana taraga mba. Jadi dia yang harus cari tau segala informasi mengenai calon pengantin.”

(Sumber : Wawancara 12 Februari 2012 pukul 19.00 WIB)

Sebagai seorang tirumana taraga, ia harus mencari informasi- informasi ini diperolehi secara langsung dari pihak yang terlibat dan juga para kerabat dari calon pengantin. Pada proses ada pola hubungan yang terjadi yaitu dalam proses menjodohkan, sang tiruma taraga harus mencari pasangan yang sesuai dengan kelasnya yaitu harus sesama pemilik modal.

Pada saat proses perjodohan, banyak faktor yang akan menjadi bahan pertimbangan orang tua, yaitu faktor etnis, sub etnis, kasta, dan agama. Selain itu, faktor-faktor lain seperti status ekonomi dan status sosial adalah aspek seperti umur, tahap pendidikan, jenis pekerjaan, etika dan moral, rupa paras dan latar belakang keluarga juga menjadi bahan pertimbangan. Hal ini juga diungkapkan oleh Tekani, sebagai berikut : Pada saat proses perjodohan, banyak faktor yang akan menjadi bahan pertimbangan orang tua, yaitu faktor etnis, sub etnis, kasta, dan agama. Selain itu, faktor-faktor lain seperti status ekonomi dan status sosial adalah aspek seperti umur, tahap pendidikan, jenis pekerjaan, etika dan moral, rupa paras dan latar belakang keluarga juga menjadi bahan pertimbangan. Hal ini juga diungkapkan oleh Tekani, sebagai berikut :

belakang keluarga juga menjadi bahan pertimbangan.”

(Sumber : Wawancara 12 Februari 2012 pukul 19.00 WIB) Modal sosial yang ada pada proses ini adalah kepercayaan pihak

keluarga pada tiruma taraga dalam mencarikan jodoh. Sedangkan modal ekonomi yang digunakan pada proses ini berasal dari hasil kerja keluarga pengantin, baik perempuan maupun pria.

b. Pen Paarttal (Melihat Calon Istri)

Adat ini dilakukan selepas adat merisik dilakukan. Calon pengantin laki-laki akan mengunjungi calon pengantin perempuan untuk melihat sendiri wajah dan perawakan calon isterinya. Adat ini dikenal sebagai pen paarttal atau melihat calon istri. Hal ini seperti diungkapkan oleh Heera, sebagai berikut :

“Sehabis itu, calon laki-laki itu datang ke rumah mempelai wanita buat lihat langsung wajah calon istrinya itu. Adat ini itu namanya pan paartal atau melihat calon isteri.”

(Sumber : Wawancara 17 Febuari 2012 pukul 10.00 WIB)

Ketika itu wakil pihak laki-laki perlu datang dalam jumlah ganjil walaupun datangnya beramai-ramai. Buah tangan seperti kelapa, sirih, pinang, cendana, buah-buahan, bunyi-bunyian serta serbuk kumkum akan dibawa. Pihak perempuan akan menerima hantaran tersebut kalau pihak perempuan setuju untuk menikah dengan laki-laki tersebut. Jika tidak, mereka hanya melayaninya sebagai tamu biasa seperti orang yang datang dan tidak boleh mengambil barang-barang tersebut. Hal ini senada dikatakan oleh Tekani, sebagai berikut : Ketika itu wakil pihak laki-laki perlu datang dalam jumlah ganjil walaupun datangnya beramai-ramai. Buah tangan seperti kelapa, sirih, pinang, cendana, buah-buahan, bunyi-bunyian serta serbuk kumkum akan dibawa. Pihak perempuan akan menerima hantaran tersebut kalau pihak perempuan setuju untuk menikah dengan laki-laki tersebut. Jika tidak, mereka hanya melayaninya sebagai tamu biasa seperti orang yang datang dan tidak boleh mengambil barang-barang tersebut. Hal ini senada dikatakan oleh Tekani, sebagai berikut :

hantaran tersebut, berarti pihak perempuan setuju kalau laki-laki itu menikah dengan anak perempuannya. Tapi kalau ga diterima,

ya si pihak wanita itu cuma menjamu pihak laki-laki sebagai seorang tamu biasa dan ga boleh mengambil barang-barang tersebut ya pastinya.”

(Sumber : Wawancara 12 Febuari 2012 pikul 19.00 WIB)

Calon pengantin perempuan akan memakai sari dan disuruh untuk menghidangkan air minum kepada para tamu yang datang. Pada saat itu calon pengantin laki-laki mempunyai kesempatan melihat pengantin perempuan dengan lebih dekat lagi. Hal ini juga disampaikan oleh Tekani :

“Terus, pada saat menjamu si pria, si wanita itu akan memakai kain sari dan disuruh menghidangkan air minum. Nah, pada saat itulah

si laki-laki punya kesempatan untuk lihat langsung si calon pengantin wanitanya dengan lebih dekat lagi.”

(Sumber : Wawancara 12 Febuari 2012 pikul 19.00 WIB)

Oleh karena itu calon pengantin perempuan harus melayani para tamu yang datang termasuk calon pengantin laki-laki. Kemudian kunjungan ini dibalas oleh wakil dari pengantin perempuan. Kali ini pengantin perempuan tidak turut serta. Dalam masyarakat India, adat pen paarttal juga bertujuan untuk mengetahui latar belakang calon pengantin laki-laki.

Pada proses ini terdapat mitos yaitu saat mengunjungi rumah wanita, si pria harus datang dengan jumlah yang ganjil. Meskipun mereka datang dengan jumlah yang banyak, akan tetapi jumlah orang yang datang harus berjumlah ganjil. Masyarakat India percaya bahwa angka ganjil merupakan angka yang disukai oleh Tuhan dan membawa keberkahan bagi setiap orang yang berhubungan dengan angka ganjil. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Heera, seorang pemilik toko kain yang ada di Yogyakarta sebagai berikut :

“Saat itu itu laki-laki harus datang dengan jumlah ganjil, meskipun dalam jumlah yang ramai. Soalnya masyarakat India itu percaya Tuhan menyukai angka ganjil. Segala yang ganjil itu baik.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)

Selain mitos, terdapat juga simbol yang digunakan pada proses ini. Pada saat kunjungan kerumah mempelai wanita buah tangan seperti kelapa, sirih, pinang, cendana, buah-buahan, serta serbuk kumkum akan dibawa. Barang-barang ini dibawa sebagai tanda kedatangan mereka atas niat yang baik dan untuk mengeratkan lagi hubungan kekeluargaan. Hal ini juga diungkapkan oleh Tekani, sebagai berikut :

“Waktu kunjungan kerumah wanita itu, pria kan bawa banyak barang- barang ya, kaya kelapa, sirih, pinang, cendana, buah-buahan dan serbuk kumkum. Ini sih biar mengeratkan hubungan ajah dengan keluarga besan.”

(Sumber : Wawancara 12 Februari 2012 pukul 19.00 WIB)

Tanda-tanda seorang gadis single dan siap dinikahi, dapat dilihat dari bindi atau tanda kecil di tengah-tengah antara alis yang dipakai sang gadis. Warna hitam mengartikan bahwa sang gadis masih single dan sedang mencari jodoh, tanda merah berarti sang gadis telah menikah. Setiap wanita yang menikah pasti akan menggunakan Sindoor atau tanda merah dibelahan rambut. Hal ini juga diungkapkan oleh Heera, sebagai berikut :

“Itu namanya bindi, tanda kecil yang ada diantara alis. Kalau hitam artinya single dan sedang mencari jodoh, tapi kalo merah itu tandanya sudah menikah. Kalo pengantin juga pakai sindoor, tanda merah yang ada di belahan rambut itu.”

(Sumber : Wawancara 17 Februari 2012 pukul 10.00 WIB)

c. Thairumanam Poruttam Paartal (Kajian Kecocokan Pengantin)

Proses selanjutnya adalah Thairumanam Poruttam Paartal yaitu kajian kecocokan pengantin. Adat penyesuaian calon pengantin dijalankan terlebih dahulu, dalam ajaran Hindu tidak terdapat konsep perceraian. Terdapat beberapa aspek yang perlu diambil kira untuk menentukan kesesuaian pasangan bakal pengantin. Hal ini seperti diungkapkan oleh Lakshmi, salah satu warga keturunan India yang tinggal di Yogyakarta :

“Ada pula thairumanam poruttam paartal. Nah ini itu sama aja kaya proses kajian kecocokan pengantin. Ya tadi itu nanti akan dilihat dari faktor-faktor yang tadi saya bilang, kaya usia, keturunan, kasta, pekerjaan, dan etika serta moralnya sehari-hari.”

(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)

Proses ini biasanya menggunakan perhitungan tanggal lahir dan faktor lainnya. Faktor-faktor seperti status ekonomi dan status sosial yang terdiri dari aspek seperti umur, tahap pendidikan, jenis pekerjaan, etika dan

Gambar 1

Pengantin Memakai Bindi

pertimbangan sebagai kajian kecocokan pengantin. Masyarakat India percaya bahwa pada proses pernikahan Thairumanam Poruttam Paartal atau kajian kecocokan pengantin, pengantin harus dikaji atau dilihat kecocokannya berdasarkan faktor-faktor yang di tentukan oleh para sesepuh, salah satunya adalah tanggal lahir. Kajian kecocokan ini dilakukan karena mereka percaya bahwa setiap pasangan itu memiliki satu kecocokan yang sama dan kecocokan itulah yang akan memebuat mereka hidup bersama dan bahagia. Hal ini seperti diungkapkan oleh Heera, sebagai berikut:

“Proses thairumanam poruttam paartal dilakukan soalnya setiap pasangan itu pasti punya kecocokan yang sama. Nah kecocokan itulah yang bikin pasangan itu bisa hidup bersama dan bahagia.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)

d. Niccayam (Ikat Janji)

Ikat janji atau Niccayam adalah proses selanjutnya setelah kajian calon pengantin dilakukan. Proses ini dilakukan setelah mendapat persetujuan kedua belah pihak pengantin. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Heera, yaitu:

“Selanjutnya adalah proses niccayam atau proses ikat janji. Semuanya harus melalui proses ikat janji ini. Proses ini dilakukan setelah kedua belah pihak udah setuju dengan pasangan pengantin.”

(Sumber : Wawancara 17 Febuari 2012 pukul 10.00 WIB)

Wakil laki-laki akan datang ke rumah pihak perempuan dalam jumlah bilangan yang ganjil dengan membawa beberapa barang seperti kelapa, sirih pinang, bunga-bungaan, buah-buahan, cendana dan kumkum untuk diberikan kepada wakil perempuan. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh Heera : Wakil laki-laki akan datang ke rumah pihak perempuan dalam jumlah bilangan yang ganjil dengan membawa beberapa barang seperti kelapa, sirih pinang, bunga-bungaan, buah-buahan, cendana dan kumkum untuk diberikan kepada wakil perempuan. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh Heera :

(Sumber : Wawancara 17 Februari 2012 pukul 10.00 WIB)

Ketika calon pengantin pria telah tiba di rumah calon pengantin perempuan, bapak dari kedua belah pihak akan berbicara dan berbincang- bincang mengenai perkawinan tersebut. Apabila bapak salah seorang calon pengantin telah meninggal dunia, perbincangan akan diadakan oleh saudaranya. Kemudian, ketika kedua belah pihak pengantin telah setuju, mereka akan mengikat janji untuk menyatakan persetujuan untuk mengawini calon pengantin perempuan. Seperti apa yang diungkapkan oleh Tekani yaitu :

“Sesampainya di rumah pengantin perempuan, bapak dari kedua belah pihak akan berbincang-bicang mengenai perkawinan tersebut. Kalau

bapak dari salah satu mempelai sudah meninggal dunia, perbincangan akan diwakilkan oleh saudaranya. Nah, kalau mereka

sudah setuju, maka mereka akan mengikat janji.”

(Sumber : Wawancara 12 Febuari 2012 pukul 19.00 WIB)

Setelah selesai perbincangan diantara kedua belah pihak selesai dilakukan, kemudian perkawinan tersebut akan diumumkan kepada orang- orang. Sebagai tanda ikatan atas sepakatnya proses pernikahan tersebut, kedua pengantin akan menukar sirih pinang yang dinamakan taambuulan marrutal. Kemudian mereka akan membicarakan mengenai hari perkawinan dan persiapan pernikahan. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Tekani, yaitu :

“Setelah selesai, pernikahan tersebut akan diumumkan kepada orang- orang ramai. Untuk tanda ikatan, kedua pengantin itu menukar sirih pinang namanya taambuulan marrutal. Terus mereka akan berbicara mengenai hari pernikahan dan persiapan pernikahan.”

(Sumber : Wawancara 12 Febuari 2012 pukul 19.00 WIB)

Gambar 2

Proses Nicayam atau Ikat Janji

Kemudian pada proses Niccayam atau ikat janji, calon mempelai pria juga harus tetap datang dengan jumlah yang ganjil. Makna angka ganjil dalam proses ini juga sama dengan makna angka ganjil pada proses sebelumnya, yaitu Tuhan menyukai angka ganjil dan angka ganjil dipercaya dapat membawa keberkahan. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh Heera :

“Pada saat ikat janji, calon pengantin pria harus datang dengan jumlah yang ganjil. Maknanya ya sama, karena Tuhan itu menyukai angka yang ganjil dan angka ganjil itu juga bisa membawa keberkahan.”

(Sumber : Wawancara 17 Februari 2012 pukul 10.00 WIB)

Dowry atau mas kawin, di India, mas kawin diberikan oleh keluarga mempelai perempuan kepada anak perempuan dari keluarga mempelai pria. Hal ini juga diungkapkan oleh Heera, yaitu sebagai berikut : Dowry atau mas kawin, di India, mas kawin diberikan oleh keluarga mempelai perempuan kepada anak perempuan dari keluarga mempelai pria. Hal ini juga diungkapkan oleh Heera, yaitu sebagai berikut :

(Sumber : Wawancara 17 Februari 2012 pukul 10.00 WIB)

e. Parisam (Pemberian Hadiah)

Proses selanjutnya adalah parisam atau pemberian hadiah. Proses ini terbagi menjadi dua yaitu parisam biasa dan udan parisam. Parisam biasa adalah pemberian hadiah yang dilakukan lebih dahulu dari pada hari pernikahan. Sedangkan udan parisam adalah pemberian hadiah yang dilakukan pada hari yang sama di waktu pagi sebelum perkawinan berlangsung. Dalam masyarakat India, parisam berarti sebuah pertunangan. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Heera, yaitu :

“Kalau di India, parisam ini artinya pemberian hadiah atau pertunangan. Ini itu terbagi jadi dua, yang pertama parisam biasa dan yang kedua adalah udan parisam. Kalau yang bisasa dilakukan lebih awal dari pada hari perkawinan. Terus kalo udan parisam itu pada hari yang sama diwaktu pagi sebelum perkawinan berlangsung.”

(Sumber : Wawancara 17 Febuari 2012 pukul 10.00 WIB)

Pemberian parisam ini akan diadakan pada hari yang telah disetujui oleh kedua belah pihak pasangan pengantin. Pihak pengantin lelaki akan menyediakan beberapa jenis hantaran dengan jumlah ganjil. Namun, hantaran ini hanya boleh disediakan oleh wanita yang sudah bersuami saja dan mereka dipanggil cumanggali. Parisam akan dibawa ke rumah pengantin perempuan dan dipimpin oleh calon pengantin laki-laki dengan memakai pakaian tradisional masyarakat India. Hal ini seperti diungkapkan oleh Heera, yaitu:

“Parisam dilakukan dihari yang sudah disetuji oleh keluarga pengantin. Pihak laki-laki nyiapin hantaran dengan jumlah ganjil dna Cuma boleh disediakan sama wanita yang sudah bersuami saja. Nanti parisam akan dibawa ke rumah pengantin perempuan. Laki- laki ini harus memakai pakaian tradisional India.”

(Sumber : Wawancara 17 Febuari 2012 pukul 10.00 WIB)

Gambar 3

Proses Parisam atau pemberian hadiah

Ketika pengantin pria telah tiba di rumah pengantin wanita, proses parisam akan dimulai. Pada waktu yang sama alat musik tradisional India juga ikut dimainkan. Sebelum dimulai, seluruh keluarga diwajibkan untuk melakukan sembahyang bersama dahulu. Kemudian bapak pengantin perempuan akan membawa parisam yang berisi sari dan diberikan kepada anaknya. Hal ini seperti diungkapkan oleh Heera, yaitu :

“Pada waktu yang sama alat musik tradisional dimainkan. Sebelumnya, keluarga itu harus dulu. Lalu bapak dari si wanita

bawa parisam yang isinya sari terus diberikan ke anaknya.”

(Sumber : Wawancara 17 Febuari 2012 pukul 10.00 WIB)

Mitos yang terdapat dalam proses ini adalah ketika pengantin wanita menulis sesuatu menggunakan kunyit. Ini adalah sebagai bukti untuk meminta restu dari Tuhan. Kunyit dipercaya oleh masyarakat India sebagai tumbuh- tumbuhan yang memiliki banyak khasiat dan sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Tekani:

Gambar 3

Hadiah atau Parisam

“Waktu wanita menulis menggunakan kunyit itu, itu tandanya meminta restu ke Tuhan. Lagipula kami percaya kalo kunyit itu adalah tumbuh-tumbuhan yang punya banyak khasiat dan sangat bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.”

(Sumber : Wawancara 12 Februari 2012 pukul 19.00 WIB)

Gambar tersebut adalah hadiah yang diberikan oleh pihak pengantin pria kepada pengantin wanita. Biasanya hadiah ini berisi buah-buahan, pakaian, sepatu, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.

f. Mukuurtta Kaal

Proses pernikahan mukuurtta kaal adalah proses mendirikan sebuah tanda bahwa di rumah tersebut sedang melakukan pernikahan. Biasanya adat ini dilakukan lima hari sebelum hari perkawinan dilangsungkan. Proses ini dilakukan pada hari baik menurut perhitungan hari baik menurut masyrakat India. Hal ini juga diungkapkan oleh Heera, sebagai berikut :

“Sehabis proses itu, adalagi namanya Mukuurta Kaal. Adat ini dilakukan lima hari sebelum perkawinan. Nah, biasanya kalau adat

ini dilakukan sesuai dengan perhitungan tanggal baik yang ada di India.”

(Sumber : Wawancara 17 Febuari 2012 pukul 10.00 WIB)

Untuk menjalankan adat tersebut sebatang pohon yang masih muda dan lurus akan ditebang untuk dijadikan mukurtta kaal. Batang pohon tersebut berukuran dua atau tiga meter dan mempunyai lilitan batang antara 20 hingga

30 Cm. Adat mendirikan mukuurtta kaal adalah untuk menandakan akan dilangsungkan pernikahan di rumah tersebut. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Heera, yaitu :

“Jadi, nanti disiapkan sebatang pohon yang masih muda dan lurus, terus akan ditebang dan dijadikan mukuurta kaal. batang pohon ini berukuran dua sampai tiga meter dan punya lilitan batang 20-30 cm. ini dibuat supaya menandakan kalau di rumah itu akan dilangsungkan pernikahan.”

(Sumber : Wawancara 17 Febuari 2012 pukul 10.00 WIB)

Bahan-bahan seperti sirih pinang, kum-kum, kunyit dan sebagainya disediakan. Para ahli keluarga dari kedua belah pihak akan memohon pada Tuhan supaya proses pernikahan dapat berlangsung secara lancar tanpa gangguan. Batang kayu diambil dan dibersihkan serta dibuang kulitnya. Lima orang perempuan yang sudah menikah akan menyapukan kunyit cair dan kumkum pada batang kayu tersebut dari pangkal hingga ujung. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Heera, yaitu :

“Disana nanti ahli keluarga akan meminta dan memohon pada Tuhan agar acara bisa berjalan dengan lancar. Lima orang perempuan yang sudah menikah akan menyapukan kunyit cair dan kumkum pada batang kayu tersebut dari bawah sampe ujung.”

(Sumber : Wawancara 17 Febuari 2012 pukul 10.00 WIB) (Sumber : Wawancara 17 Febuari 2012 pukul 10.00 WIB)

Pada proses ini terdapat mitos yang dipercaya yaitu ketika mendirikan batang pohon yang sudah dibuat dan dihias, ada sembilan jenis biji ditabur pada batang kayu dan lampu minyak dinyalakan. Pada waktu yang sama pengantin berikrar akan menjaga alam sekitar sebagai lambang persahabatan dengan alam sekitar. Angka Sembilan bagi masyarakat hindu khususnya masyarakat India memiliki arti yang sangat istimewa karena mereka percaya ada sembilan arah mata angin, dikenal sebagai Dewata Nawa Sanggha. Hal ini senada yang diungkapkan oleh Tekani, sebagai berikut :

“Waktu mendirikan batang pohon itu ya, kan ada Sembilan jenis biji yang disebar. Nah angka sembilan ini berasal dari kalo kami itu kenal Sembilan arah mata angina. Itu kalo di hindu namanya dewata nawa sanggha .”

(Sumber : Wawancara 12 Februari 2012 pukul 19.00 WIB)

g. Mayian

Berikutnya adalah proses Mayian. Pada proses ini, pengantin perempuan akan ditemani oleh ahli keluarga perempuan, seperti ibu, adik perempuan, kakak, bibi dan calon kakak iparnya. Dia akan didudukkan diatas sebuah bangku, kemudian sehelai kain sari akan dipakai diatas kepala pengantin wanita. Kemudian ibu dari mempelai wanita akan menaruh uang di bawah telapak kaki pengantin wanita. Proses ini sama saja dengan sembahyang bersama-sama memanjatkan doa kepada Tuhan. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Heera, sebagai berikut :

Gambar 5

Proses Mayian

“Mayian ini sama saja dengan proses sembahyang bersama. Nanti prempuan akan ditemani oleh ibu, adik perempuan, kakak, bibi dan calon kakak iparnya. Dia duduk terus dipakein kain sari ditaruh di kepalanya. Nanti si ibu akan menaruh uang dibawah telapak kaki anaknya.”

(Sumber : Wawancara 17 Febuari 2012 pukul 10.00 WIB)

Proses dimulai dengan ibu, dan diikuti oleh keluarga perempuan yang lain. Jika proses ini telah selesai, calon pengantin akan membersihkan diri sementara ibunya akan melangkah di tempat yang diduduki oleh anaknya tadi sambil menjunjung kain di atas kepala.

Mitos selanjutnya yang dipercayai oleh etnis India adalah pada proses mayian, sang ibu meletakkan uang koin di telapak kaki anaknya. Hal ini dipercaya sebagai lambang kejayaan dan kemakmuran. Kemudian tujuan si ibu melangkah ke tempat duduk anaknya itu adalah untuk menolak bala dan segala kotoran yang terdapat pada si anak. Mereka percaya, dengan demikian, Mitos selanjutnya yang dipercayai oleh etnis India adalah pada proses mayian, sang ibu meletakkan uang koin di telapak kaki anaknya. Hal ini dipercaya sebagai lambang kejayaan dan kemakmuran. Kemudian tujuan si ibu melangkah ke tempat duduk anaknya itu adalah untuk menolak bala dan segala kotoran yang terdapat pada si anak. Mereka percaya, dengan demikian,

“Waktu mayian itu ya mbak, si ibu naruh uang di telapak kaki anaknya itu artinya lambang kejayaan dan kemakmuran. Terus waktu ibunya melangkah di tempat si anaknya itu, artinya untuk tolak bala dan buang segala kotoran, biar anaknya nikah dalam keadaan suci.”

(Sumber : Wawancara 17 Februari 2012 pukul 10.00 WIB)

Pada saat mayian, kakak dan adik pengantin perempuan akan meminta sedikit uang dan meminta pengantin laki-laki untuk menggunting reben (rangkaian bunga) yang diletakkan di pintu masuk ke rumah pengantin perempuan. Ini adalah untuk memesrakan hubungan antara pengantin laki-laki dengan iparnya. Hal ini seperti diungkapkan oleh Tekani, sebagai berikut :

“Nanti kakak dan adik pengantin perempuan minta uang dan pengantin pria akan menggunting reben atau rangkaian bunga. Tujuannya adalah memesrakan hubungan antara pengantin dengan iparnya tersebut.”

(Sumber : Wawancara 12 Februari 2012 pukul 19.00 WIB)

h. Mehndi

Setelah selesai mayian tadi, pihak keluarga perempuan akan melukiskan henna di tapak tangan pengantin perempuan, proses ini dinakaman mehndi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Tekani, sebagai berikut :

“Nah sehabis proses ini, ada lagi proses mehndi? Tau tidak mehndi apa? Itu loh yang melukis-lukis di telapak tangan itu. Tau? Nah, ini itu dianggap sebuah tradisi atau adat dalam pernikahan yang harus dilakukan soalnya ini adalah sebuah tradisi yang turun temurun dari leluhur orang India pada zaman dahulu.”

(Sumber : Wawancara 12 Febuari 2012 pukul 19.00 WIB)

Gambar 6

Proses Mehendi

Mehndi dilakukan dilakukan di India karena adat ini sudah turun temurun dilakukan dan ini merupakan salah satu proses yang dilakukan dalam pernikahan etnis India. Pada saat sebelum hari pernikahan berlangsung, pengantin wanita akan melakukan proses Mehndi atau melukis tangan menggunakan cat warna (henna). Proses ini dilakukan karena masyarakat India percaya bahwa melukis tangan adalah sebuah keindahan, dan setiap pernikahan itu harus dipenuhi dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan keindahan. Hal ini juga senada diungkapkan oleh Heera, yaitu sebagai berikut :

“Mehndi itu dilakukan karena melukis tangan kan sebuah keindahan, terus kalo hari bahagia seperti pernikahan itu ya harus dihiasi dengan keindahan juga kan.”

(Sumber : Wawancara 17 Februari 2012 pukul 10.00 WIB)

Gambar 7

Proses Jago

i. Jago

Selanjutnya adalah proses jago. Pada proses ini, semua tamu yang hadir akan menarikan tarian yang bernama boliyan. Tarian ini bertujuan untuk menjemput pengantin lelaki ke rumah pengantin perempuan. Dalam tarian ini, seorang perempuan akan membawa jago, semacam kendi, yang akan diletakkan di kepala dan nyalakan lilin diatasnya. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh Tekani, yaitu sebagai berikut :

“Jago proses kemeriahan yang mengajak seluruh tamu undangan itu menari tarian boliyan. Tujuan buat menjemput pengantin pria ke rumah pengantin perempuan. Nah, dalam proses ini, seorang perempuan akan membawa jago yang diletakkan di kepalanya dan dinyalakan lilin diatasnya.”

(Sumber : Wawancara 12 Februari 2012 pukul 19.00 WIB)

j. Janj Departure

Setelah itu, pengantin laki-laki yang ditemani oleh pendampingnya akan memakai pakaian yang sesuai sebelum pergi ke rumah pengantin Setelah itu, pengantin laki-laki yang ditemani oleh pendampingnya akan memakai pakaian yang sesuai sebelum pergi ke rumah pengantin

“Selanjutnya adalah Janj Departure. Pengantin laki-laki itu ditemenin sama pengapitnya dan dipakaikan pakaian yang sesuai sebelum pergi ke rumah pengantin perempuan. Pihak pengantin laki-laki nanti akan disambut oleh pihak keluarga perempuan.”

(Sumber : Wawancara 12 Februari 2012 pukul 19.00 WIB)

k. Penyediaan Thaali (Tjrumaanggalyam)

Thaali atau tjirumaangalyam merupakan lambang suci perkawinan yang dikalungkan pada leher kedua pengantin. Bentuk dari thaali ini adalah seperti rangkaian bunga atau kalung yang terbuat dari bunga-bunga. Pada thaali itu diikat segumpal benang putih yang oleskan dengan kunyit. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Heera, sebagai berikut :

“Thaali atau tjirumaangalyam merupakan lambang suci perkawinan yang dikalungkan pada leher kedua pengantin. Pada thaali itu diikat benang putih yang disapu dengan kunyit.”

(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)

Adat penyediaan thaali ini dilakukan tujuh atau sembilan hari sebelum hari perkawinan. Pihak laki-laki akan membawa emas, cendana, kumkum, sirih pinang, kelapa sebagai upah kepada pembuat thaali. Ini dilakukan untuk memastikan tukang thaali mengetahui hari yang sesuai untuk membuat thaali. Tiga hari sebelum perkawinan, thaali akan diambil dan diletakkan di tempat sembahyang. Hal ini senada juga diungkapkan oleh Heera, yaitu sebagai berikut :

“Adat ini dilakukan tujuh hari atau sembilan hari sebelum pernikahan. Yang laki-laki akan bawa emas, cendana, kumkum, sirih pinang, kelapa sebagainupah dari pembuatan thaali.”

(Sumber : Wawancara 17 Febuari 2012 pukul 10.00 WIB)

Upacara saat pelaksanaan Thirumanan bertujuan untuk menyatukan ikatan suci melalui pernikahan antara pasangan suami istri agar kekal hingga akhir hayat. Pengantin laki-laki tidak dibenarkan keluar selama tiga hari sebelum hari perkawinan. Kedatangan pengantin lelaki akan disambut oleh pihak keluarga pengantin perempuan dengan gurauan untuk memeriahkan kehadiran pengantin. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Heera, yaitu sebagai berikut :

”Pengantin laki-laki ga boleh keluar selama tiga hari sebelum hari

perkawinan.”

(Sumber : Wawancara 17 Februari 2012 pukul 10.00 WIB)

2. Saat Pernikahan

Pernikahan di dalam masyarakat India pada dasarnya adalah memohon niat restu dari Tuhan. Pasangan pengantin akan melakukan berbaga proses upacara pernikahan dan disaksikan oleh saudara dan kerabat dari kedua belah pihak pengantin. Puncak dari tradisi pernikahan India adalah kedua pengantin akan disandingkan dengan penuh adat dan proses keagamaan. Tidak lupa pula, makanan dan jamuan untuk para tamu undangan yang hadir turut disediakan. Di hari perkawinan laki-laki India memakai dhoti dilengkapi dengan turban dan wanitanya memakai sari yang dipadukan dengan choli ketat. Dhoti adalah pakaian tradisional India dan turban adalah penutup kepala yang digunakan oleh pengantin pria. Pakaian ini terbuat dari kain yang bewarna putih. Kebanyakan dhoti hanya bisa dilihat di hari pernikahan saja karena generasi muda zaman sekarang tidak berminat dengan pakaian tersebut. Hal serupa juga diungkapkan oleh Heera, sebagai berikut :

“Kalo yang wanita pake sari dan choli, sedangkan yang pria pake dhoti dan turban. Tapi sekarang ini kalau mau lihat lelaki pakai dhoti ya Cuma

Gambar 8

Proses Minji

saat pernikahan saja. Soalnya anak muda sekarang sudah jarang yang mau pakai dhoti”

(Sumber : Wawancara 17 Februari 2012 pukul 10.00 WIB)

Setelah adat sebelum proses pernikahan berlangsung, ada beberapa proses yang dilakukan. Calon pengantin pria didampingi oleh orang tua calon pengantin wanita melakukan proses melingkarkan kain di leher pengantin pria. Proses ini dinamakan Minji atau proses melingkarkan kain. Proses ini dilakukan di rumah keluarga mempelai pria. Sedangkan mempelai wanita sudah ada di rumah mempelai lelaki untuk di jemput dan bersama-sama berangkat ke tempat acara utama. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Heera, sebagai berikut :

“Proses minji itu melingkarkan kain ke pengantin pria. Nanti pengantin pria itu pergi ke rumah pengantin wanita.”

(Sumber : Wawancara 17 Februari 2012 pukul 10.00 WIB)

Gambar 9

Pengantin Pria memakai Tallapa (penutup kepala)

Sebelum mengunjungi pengantin wanita, calon pengantin pria dan keluarga melakukan doa-doa yang khusus dipanjatkan untuk Tuhan agar seluruh proses acara bisa berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Setelah selesai ritual berdoa, selanjutnya adalah menuju kediaman pria, untuk menjemput calon pengantin wanita. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Heera, sebagai berikut :

“Nanti sebelum ke rumah pengantin wanita, di rumah pengantin pria itu berdoa dulu biar prosesnya lancar.”

(Sumber : Wawancara 17 Februari 2012 pukul 10.00 WIB)

Tidak jauh dari rumah calon mempelai pria, keluar mempelai pria sudah menunggu untuk melakukan proses arak-arakan. Proses ini dilakukan dengan cara pengantin pria menaiki kereta kuda yang telah disediakan, dan langsung menjemput calon pengantin wanita. Disepanjang arak-arakan ini, keluarga yang mengiringi menari dan berdansa bersama layaknya sebuah pesta. Hal ini juga diungkapkan oleh Heera, sebagai berikut :

“Nanti itu udah ada kereta kuda buat si pengantin pria. Nanti arak-arakan itu semuanya pergi ke tempat mempelai wanita untuk jemput pengantin wanita.”

(Sumber : Wawancara 17 Februari 2012 pukul 10.00 WIB)

Gambar 10

Proses Paal

Setelah tiba di rumah mempelai lelaki, calon penganting lelaki dan wanita dipersilahkan untuk duduk bersama. Perhiasan-perhiasan seperti gelang, kalung, dan cincin, dipasangkan kepada kedua calon pengantin. Setelah itu proses Paal atau proses membersihkan kaki menggunakan air susu. Hal ini senada yang diungkapkan oleh Tekani, sebagai berikut :

“Nanti si pengantin wanita itu akan dipakaikan perhiasan-perhiasan kayak gelang, kalung dan cincin. Terus proses paal dilakukan. Proses ini itu

mencuci kaki pengantin dengan air susu”

(Sumber : Wawancara 12 Febuari 2012 pukul 19.00 WIB)

Gambar diatas adalah gambar ketika pengantin sedang melakukan proses paal. Setelah itu proses Paal atau proses membersihkan kaki menggunakan air susu. Hal ini dilakukan karena air susu dianggap air yang istimewa dan bisa membawa keberkahan. Selanjutnya kedua tangan kanan calon pengantin diikat oleh seutas tali berwarna merah. Hal ini dilakukan sebagai simbol pengikat diantara keduanya agar bisa bersama selamanya. Setelah itu calon pengantin

Gambar 11

Pendada Membacakan Doa

menaiki kereta kuda dan melakukan arak-arakan kembali untuk menuju ketempat pernikahan. Hal serupa juga diungkapkan oleh Tekani, sebagai berikut :

“Proses mencuci kaki pengantin dengan air susu itu maksudnya karena air susu dianggap air yang istimewa dna bisa membawa keberkahan. Kalo tangan yg diikat oleh benang itu tandanya biar pengantin bisa hidup bersama selamanya.”

(Sumber : Wawancara 12 Februari 2012 pukul 19.00 WIB)

Sehabis proses ini, selanjutnya kedua tangan kanan calon pengantin diikat oleh seutas tali berwarna merah. Setelah itu calon pengantin menaiki kereta kuda dan melakukan arak-arakan kembali untuk menuju ketempat pernikahan. Seperti apa yang diungkapkan oleh Heera, yaitu sebagai berikut :

“Nanti habis kakinya dicuci dengan susu, tangan kedua pengantin diikat dengan seutas tali warna merah, terus mereka naik kereta kuda pergi ketempat resepsi pernikahan.”

(Sumber : Wawancara 17 Febuari 2012 pukul 10.00 WIB)

berdampingan, ditemani oleh kedua orang tua mereka dan satu orang sesepuh atau Pendada. Upacara perkawinan dilakukan oleh Pendada/Ayeer Mantherem (juru nikah) dengan berdoa supaya pengantin hidup bahagia hingga hari tua. Pedanda akan menabur sembilan jenis biji setelah selesai acara tukar cincin. Hal ini serupa yang disampaikan oleh Tekani, sebagai berikut :

“Yang memimpin pernikahan itu namanya Pendada/Ayeer Mantherem atau juru nikah. Nanti pendada yang akan memimpin seluruh proses pernikahan”

(Sumber : Wawancara 12 Febuari 2012 pukul 19.00 WIB)

Pada saat hari pernikahan, Pedanda akan menabur sembilan jenis biji setelah selesai acara tukar cincin. Angka sembilan ini juga berasal dari kepercayaan terhadap jumlah mata angin di masyarakat hindu. Kemudian, setelah proses membakar ramuan, orang tua akan menyapu debu suci yang diusapkan ke dahi pasangan pengantin. Hal ini dilakukan karena mereka percaya bahwa debu- debu suci tersebut bisa membawa keberkahan untuk kehidupan pasangan tersebut. Hal ini juga senada dengan yang diungkapkan oleh Tekani, sebagai berikut :

“Sama kaya proses yang mendirikan batang pohon itu, pendada menabur sembilan jenis biji setelah tukar cincin juga karena masyarakat hindu percaya mengenai sembilan arah mata angin.”

(Sumber : Wawancara 12 Februari 2012 pukul 19.00 WIB)

Sebelum memulai proses pernikahan, calon pengantin akan diberi penjelasan ringkas mengenai tanggung jawab suami istri dalam sebuah rumah tangga. Pasangan pengantin duduk berhadapan dengan pendada dan pihak keluarga dari kedua belah pihak akan duduk di belakang atau di kedua sisi

Gambar 12

Proses Poree

pasangan pengantin. Hal ini seperti diungkapkan pula oleh Tekani, sebagai berikut :

“Sebelum dimulai, pendada itu ngasih semacam ceramah tentang

tanggung jawab suami istri dalam sebuah rumah tangga”

(Sumber : Wawancara 12 Februari 2012 pukul 19.00 WIB)

Pendada melakukan doa-doa yang dipanjatkan untuk Tuhan. Selagi pendada membacakan doa-doa, pasangan pengantin saling menempelkan kedua kepalanya, dan tidak lupa pula tangan mereka masih terikat oleh seutas tali berwarna merah. Setelah itu, kedua orang tua akan melakukan proses Poree atau membakar ramuan yang telah disiapkan sebelumnya. Api inilah yang dinamakan api suci yang nantinya akan dikelilingi sebanyak 7 (tujuh) kali oleh pengantin. Hal serupa juga diungkapkan oleh Jayesh, sebagai berikut :

“Orang tua akan membakar ramuan yang sudah disiapkan. Nanti api dari ramuan ini yang jadi api suci dan dikelilingi oleh pengantin. Proses membakar ramuan ini namanya poree.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Gambar 13

Pengantin Mengelilingi Api Suci

Setelah proses membakar ramuan tersebut, orang tua akan menyapu debu suci yang diusapkan ke dahi pasangan pengantin. Hal ini dilakukan secara bergantian dilakukan oleh kedua belah pihak pengantin. Setelah proses tersebut, selanjutnya adalah Vaalem Varuthel atau mengelilingi api suci sebanyak 7 (tujuh) kali. Hal ini juga diungkapkan oleh Heera, sebagai berikut :

“Dari hasil membakar tersebut, orang tua akan menyapukan debu suci ke dahi pasangan penganti. Setelah proses itu, pengantin akan memutar api suci tadi sebanyak tujuh kali.”

(Sumber : Wawancara 17 Febuari 2012 pukul 10.00 WIB)

Setelah selesai memutar api suci, selanjutnya adalah saling bertukar kembang yang dikalungkan ke masing-masing pasangan. Upacara ini menandakan pasangan ini secara resmi telah menjadi suami istri. Hal ini senada diungkapkan pula oleh Priya, sebagai berikut :

Gambar 14

Suasana Proses Pernikahan

“Nanti habis memutar api suci, pengantin saling bertukar kalungan bunga yang dikalungkan di leher masing-masing pengantin. Ini juga menandakan kalo mereka udah resmi jadi pasangan suami istri.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)

“Setelah itu proses pani waar nanti pengantin minta restu ke orang tua mereka. Habis itu semuanya akan lihat tarian bhangra, semua keluarga akan nari ini berpasang-pasangan juga.”

(Sumber : Wawancara 17 Febuari 2012 pukul 10.00 WIB)

Senada dengan yang disampaikan oleh Heera diatas, proses terakhir dalam adat istiadat perkawinan ini adalah Pani waar yaitu meminta restu dari ayah dan ibu mereka. Setelah itu mereka akan duduk dan menyaksikan tarian bhangra. Semua pihak keluarga akan menarikan tarian ini secara berpasang- pasangan.

Bagi kelas atas atau pemilik modal, mereka akan melakukan tradisi pernikahan dengan sangat mewah dan besar-besaran. Tamu undangan yang hadir juga kebanyakan dari golongan yang sama, yaitu sama-sama pemilik modal atau Bagi kelas atas atau pemilik modal, mereka akan melakukan tradisi pernikahan dengan sangat mewah dan besar-besaran. Tamu undangan yang hadir juga kebanyakan dari golongan yang sama, yaitu sama-sama pemilik modal atau

“Jadi kalo waktu proses pernikahan itu yang boleh datang Cuma keluarga ajah. Terus tamu undangan yang hadir juga kaya dari kerabat dan keluarga. Kalo pegawai datengnya dan diundang pas resepsi ajah.”

(Sumber : Wawancara 17 Februari 2012 pukul 10.00 WIB)

3. Setelah Pernikahan

Setelah semua proses pernikahan selesai, maka selanjutnya adalah pesta. Biasanya selama proses pernikahan yang telah dijelaskan sebelumnya, tidak boleh ada orang di luar Etnis India yang ikut meramaikan proses pernikahan tersebut. Hanya orang-orang yang berkepentingan saja yang boleh ikut serta melihat prosesi ini. Orang-orang di luar Etnis India dipersilahkan untuk menghadiri acara pesta pernikahan saja, setelah semua proses adat pernikahan dilangsungkan. Hal ini dikarenakan warga keturunan India tidak biasa disaksikan pernikahannya oleh orang diluar etnis India. Kalau ada orang yang ingin melihat proses pernikahan ini, harus meminta izin terlebih dahulu. Hal ini senada diungkapkan oleh Heera, yaitu sebagai berikut :

“Yang boleh lihat proses pernikahan ini itu cuma keluarga dari sesama etnis India. Lainnya hanya boleh melihat saat resepsi pernikahan saja. Kalo ada yang mau lihat, ya harus minta izin dulu.”

(Sumber : Wawancara 17 Februari 2012 pukul 10.00 WIB)

Biasanya setelah resepsi pernikahan, pengantin menginap di rumah mempelai pria. Selanjutnya mereka akan menentukan kemana mereka akan melaksanakan bulan madu. Kebanyakan dari etnis India ini, si wanita akan Biasanya setelah resepsi pernikahan, pengantin menginap di rumah mempelai pria. Selanjutnya mereka akan menentukan kemana mereka akan melaksanakan bulan madu. Kebanyakan dari etnis India ini, si wanita akan

“Kalo di India itu, orang ga akan menikah sampe punya biaya sendiri dan cukup untuk melakukan prosesi pernikahan. Tapi kalau uangnya

ga cukup, ya dilakukan dengan cara yang sederhana, tapi ga boleh ada adat yang ditinggalkan.”

(Sumber : Wawancara 12 Februari 2012 pukul 19.00 WIB)

Selain mengenai biaya, pada pernikahan etnis India juga mempunyai rasa saling percaya, rasa saling mengerti, dan nilai-nilai yang dianut bersama- sama. Pada proses perjodohan, informasi-informasi yang didapatkan untuk mencari latar belakang mengenai calon pengantin tersebut. Selain itu, informasi tersebut juga diperolehi secara langsung dari pihak yang terlibat dan juga para kerabat. Biasanya untuk melakukan merisik ini adalah orang yang dipanggil tirumana taraga. Hal ini juga serupa dengan yang diungkapkan oleh Heera, sebagai berikut :

“Ya kalau proses perjodohan sih kita percaya sama orang yang udah terpercaya. Kalo di India itu namanya tiruma taraga. Nanti informasi tentang calon pengantin itu di dapat dari kerabat juga. ”

(Sumber : Wawancara 17 Februari 2012 pukul 10.00 WIB) (Sumber : Wawancara 17 Februari 2012 pukul 10.00 WIB)

“Yaa mereka sudah mengerti koq mbak kenapa ga diundang pas proses

pernikahan. Lagipula mereka kan juga bekerja mbak.”

(Sumber : Wawancara 17 Februari 2012 pukul 10.00 WIB)

Semua tradisi ini tidak akan pernah berjalan secara turun temurun jika masyarakat India tidak pernah melakukannya secara bersama-sama. Hal ini merupakan modal sosial dalam kaitannya dengan nilai-nilai bersama yang dianut atau dipercaya.

Matriks 1

Upaya Mempertahankan Identitas Etnis India Melalui Proses Pernikahan

Pada Golongan Pemilik Modal

Sebelum Pernikahan

Saat Pernikahan

Setelah Pernikahan

1. Merisik

- Pola Hubungan : Menjodohkan hanya dengan orang yang setara tingkat ekonominya

- Modal Sosial : Kepercayaan pada orang yang mencarikan jodoh.

- Modal Ekonomi : Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung.

1. Minji

- Mitos : melingkarkan

kain sebagai lambang kesejahteraan.

- Simbol : melingkarkan

kain. - Modal Ekonomi :

Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung.

- Simbol : Pesta pernikahan yang mewah dan meriah.

- Pola Hubungan : Tamu undangan yang hadir dari golongan yang sama yaitu kelas pemilik modal.

- Modal Ekonomi : Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung.

2. Pen Partal (melihat calon istri)

- Mitos : Harus datang dalam jumlah ganjil.

- Simbol : wanita Memakai kain sari dan melayani tamu.

- Modal Ekonomi : Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung.

2. Paal

- Mitos : Susu dianggap

air yang suci karena berasal dari sapi.

- Simbol : Air susu - Modal Ekonomi :

Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung.

3. Thairumanam Poruttam

Paartal

(Kecocokan Pengantin)

- Mitos : melihat kecocokan berdasarkan faktor tertentu.

3. Poor

- Mitos : Menjauhi dari

kesusahan. - Simbol : Membakar

ramuan. - Modal Ekonomi :

Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung.

4. Niccayam (ikat janji)

- Mitos : Datang dalam jumlah ganjil. - Simbol : Dowry atau mas kawin. - Modal Ekonomi : Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung.

4. Valeem Varuthel

- Mitos : Setiap putaran

- Simbol : Api suci.

5. Parisam (Pemberian Hadiah)

5. Pani waar

- Mitos : Meminta Restu

- Mitos : Wanita yang sudah menikah yang menyiapkan hadiah, pengantin menulis menggunakan kunyit.

- Simbol : Hadiah yang dibawa. - Modal Ekonomi : Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung.

kepada orang tua untuk kehidupan yang lebih baik.

6. Mukuurta Kaal

- Mitos : Menabur sembilan jenis biji. - Simbol : Batang Pohon. - Modal Ekonomi :

Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung.

7. Mayian

- Mitos : Ibu meletakkan uang koin, Ibu

melangkah ke kursi. - Modal Ekonomi :

Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung

8. Mehndi

- Mitos : Melukis tangan - Simbol : Melukis tangan

9. Jago

- Mitos : meletakkan kendi dan lilin diatas kepala - Simbol : Kendi dan lilin - Modal Ekonomi :

Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung

10. Thaali

- Simbol : Kalung berasal dari bunga Sumber : Wawancara bulan Febuari 2012 – Juni 2012