Upaya Mempertahankan Identitas Etnis India Melalui Proses Pernikahan Pada Golongan Buruh

D. Upaya Mempertahankan Identitas Etnis India Melalui Proses Pernikahan Pada Golongan Buruh

Upaya mempertahankan identitas etnis juga dilakukan oleh para golongan dari buruh. Pada bagian ini, kedua narasumber yang berprofesi sebagai buruh akan menceritakan bagaimana proses yang terjadi pada pernikahan Etnis India, baik dari mitos, simbol, pola hubungan dan modal.

1. Sebelum Pernikahan

a. Merisik (Perjodohan)

Di India, budaya dalam hal pernikahan dan memilih pasangan hidup masih sangat kuat. Jarang sekali ditemukan pasangan muda mudi yang pacaran atau menjalin hubungan sebelum menikah. Kebanyakan dari mereka sibuk dengan urusannya masing-masing, baik itu bekerja ataupun sekolah. Saat umurnya telah cukup untuk menikah, orang tuanyalah yang akan mencarikan jodoh untuk anak-anaknya terutama yg laki-laki. Seperti apa yang dikatakan oleh Priya :

“Pada saat sebelum pernikahan itu ada yang namanya proses Merisik. Proses ini itu sama aja kaya proses menjodohkan. Di India itu jarang sekali yang pacaran. Kebanyakan mereka itu sudah sibuk dengan dunianya sendiri-sendiri. Nah, kalau mereka semua sudah berumur, maka orang tua-nyalah yang akan mencarikan mereka jodoh.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)

Merisik adalah proses menjodohkan. Setelah menemukan yang cocok, orang tuanya akan mempersilahkan anaknya melihat sang gadis. Hal ini seperti diungkapkan oleh Jayesh :

“Jadi biasanya orang tua itu akan menjodohkan anaknya kalo sudah cukup umur mba. Jadi anaknya itu sudah siaplah, terus si pasangannya

juga harus sudah siap dan sudah mapan pastinya, untuk yang laki-laki ya.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai calon pengantin ini, ada seseorang yang diutus sebagai pencari informasi. Biasanya orang yang melakukannya disebut sebagai tirumana taraga. Hal ini juga diungkapkan oleh Jayesh :

“Yang biasa disuruh untuk menyelidiki pengantin itu namanya tirumana taraga mba. Jadi dia yang harus cari tau segala informasi mengenai calon pengantin.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Sebagai seorang tirumana taraga, ia harus mencari informasi-informasi ini diperolehi secara langsung dari pihak yang terlibat dan juga para kerabat dari calon pengantin.

b. Pen Paarttal (Melihat Calon Istri)

Adat ini dilakukan selepas adat merisik dilakukan. Calon pengantin laki-laki akan mengunjungi calon pengantin perempuan untuk melihat sendiri wajah dan perawakan calon isterinya. Adat ini dikenal sebagai pen paarttal atau melihat calon istri. Hal ini seperti diungkapkan oleh Priya, salah satu warga keturunan India yang juga tinggal di Yogyakarta :

“Sehabis itu, calon laki-laki itu datang ke rumah mempelai wanita buat lihat langsung wajah calon istrinya itu. Adat ini itu namanya pan paartal atau melihat calon isteri.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)

Ketika itu wakil pihak laki-laki perlu datang dalam jumlah ganjil walaupun datangnya beramai-ramai. Buah tangan seperti kelapa, sirih, pinang, cendana, buah-buahan, bunyi-bunyian serta serbuk kumkum akan dibawa. Pihak perempuan akan menerima hantaran tersebut kalau pihak perempuan setuju untuk menikah dengan laki-laki tersebut. Jika tidak, mereka hanya melayaninya Ketika itu wakil pihak laki-laki perlu datang dalam jumlah ganjil walaupun datangnya beramai-ramai. Buah tangan seperti kelapa, sirih, pinang, cendana, buah-buahan, bunyi-bunyian serta serbuk kumkum akan dibawa. Pihak perempuan akan menerima hantaran tersebut kalau pihak perempuan setuju untuk menikah dengan laki-laki tersebut. Jika tidak, mereka hanya melayaninya

“Pada proses ini juga calon laki-laki juga bawa buah tangan kaya kelapa, sirih, pinang, cendana, buah-buahan, bunyi-bunyian, serta bubuk kumkum akan dibawa. Kalau pihak perempuan menerima hantaran tersebut, berarti pihak perempuan setuju kalau laki-laki itu menikah dengan anak perempuannya. Tapi kalau ga diterima, ya si pihak wanita itu cuma menjamu pihak laki-laki sebagai seorang tamu biasa dan ga boleh mengambil barang-barang tersebut ya pastinya.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)

Calon pengantin perempuan akan memakai sari dan disuruh untuk menghidangkan air minum kepada para tamu yang datang. Pada saat itu calon pengantin laki-laki mempunyai kesempatan melihat pengantin perempuan dengan lebih dekat lagi. Hal ini juga disampaikan oleh Priya :

“Terus, pada saat menjamu si pria, si wanita itu akan memakai kain sari dan disuruh menghidangkan air minum. Nah, pada saat itulah si laki-

laki punya kesempatan untuk lihat langsung si calon pengantin wanitanya dengan lebih dekat lagi.”

(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)

Oleh karena itu calon pengantin perempuan harus melayani para tamu yang datang termasuk calon pengantin laki-laki. Kemudian kunjungan ini dibalas oleh wakil dari pengantin perempuan. Kali ini pengantin perempuan tidak turut serta. Dalam masyarakat India, adat pen paarttal juga bertujuan untuk mengetahui latar belakang calon pengantin laki-laki. Setiap tradisi yang dilakukan oleh suatu etnis pasti memiliki mitos-mitos yang masih dipercayai oleh anggota komunitasnya. Mereka percaya, jika tidak mengikuti semua mitos tersebut, maka akan ada kejadian buruk yang menimpa mereka dan keluarga. Begitupun halnya pada tradisi pernikahan etnis India. Banyak sekali mitos-mitos yang masih dipercayai oleh warga keturunan India.

dengan jumlah yang ganjil. Meskipun mereka datang dengan jumlah yang banyak, akan tetapi jumlah orang yang datang harus berjumlah ganjil. Masyarakat India percaya bahwa angka ganjil merupakan angka yang disukai oleh Tuhan dan membawa keberkahan bagi setiap orang yang berhubungan dengan angka ganjil. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Priya, sebagai berikut :

“Saat itu itu laki-laki harus datang dengan jumlah ganjil, meskipun dalam jumlah yang ramai. Soalnya masyarakat India itu percaya Tuhan menyukai angka ganjil. Segala yang ganjil itu baik.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)

Sama halnya pada golongan pemilik modal dan pegawai swasta, pada golongan buruh etnis India juga memiliki mitos-mitos pernikahan yang sama. Pada proses Pen Paarttal atau melihat calon istri, si pria harus datang dengan jumlah yang ganjil. Meskipun mereka datang dengan jumlah yang banyak, akan tetapi jumlah orang yang datang harus berjumlah ganjil. Masyarakat India percaya bahwa angka ganjil merupakan angka yang disukai oleh Tuhan dan membawa keberkahan bagi setiap orang yang berhubungan dengan angka ganjil. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Priya, sebagai berikut :

“Berkunjung dengan jumlah yang ganjil itu soalnya Tuhan kan suka angka ganjil kan dan kami percaya bahwa yang ganjil itu baik.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Tanda-tanda seorang gadis single dan siap dinikahi, dapat dilihat dari bindi atau tanda kecil di tengah-tengah antara alis yang dipakai sang gadis. Warna hitam mengartikan bahwa sang gadis masih single dan sedang mencari jodoh, tanda merah berarti sang gadis telah menikah. Setiap wanita yang menikah pasti akan menggunakan Sindoor atau tanda merah dibelahan rambut. Hal ini juga diungkapkan oleh Priya, sebagai berikut :

“Bindi, tanda kecil yang ada diantar alis. Kalau hitam artinya single dan sedang mencari jodoh, tapi kalo merah itu tandanya sudah menikah. Kalo pengantin juga pakai sindoor, tanda merah yang ada di belahan rambut itu.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

c. Thairumanam Poruttam Paartal (Kajian Kecocokan Pengantin)

Proses selanjutnya adalah Thairumanam Poruttam Paartal yaitu kajian kecocokan pengantin. Adat penyesuaian calon pengantin dijalankan terlebih dahulu, dalam ajaran Hindu tidak terdapat konsep perceraian. Terdapat beberapa aspek yang perlu diambil kira untuk menentukan kesesuaian pasangan bakal pengantin. Hal ini seperti diungkapkan oleh Jayesh :

“Thairumanam poruttam paartal ini itu sama aja kaya proses kajian kecocokan pengantin. Ya tadi itu nanti akan dilihat dari faktor-faktor yang tadi saya bilang, kaya usia, keturunan, kasta, pekerjaan, dan etika serta moralnya sehari-hari.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Proses ini biasanya menggunakan perhitungan tanggal lahir dan faktor lainnya. Faktor-faktor seperti status ekonomi dan status sosial yang terdiri dari aspek seperti umur, tahap pendidikan, jenis pekerjaan, etika dan moral, rupa paras dan latar belakang keluarga juga menjadi bahan pertimbangan sebagai kajian kecocokan pengantin.

Selanjutnya masyarakat India percaya bahwa pada proses pernikahan thairumanam poruttam paartal atau kajian kecocokan pengantin, pengantin harus dikaji atau dilihat kecocokannya berdasarkan faktor-faktor yang di tentukan oleh para sesepuh, salah satunya adalah tanggal lahir. Kajian kecocokan ini dilakukan karena mereka percaya bahwa setiap pasangan itu memiliki satu kecocokan yang sama dan kecocokan itulah yang akan memebuat mereka hidup bersama dan Selanjutnya masyarakat India percaya bahwa pada proses pernikahan thairumanam poruttam paartal atau kajian kecocokan pengantin, pengantin harus dikaji atau dilihat kecocokannya berdasarkan faktor-faktor yang di tentukan oleh para sesepuh, salah satunya adalah tanggal lahir. Kajian kecocokan ini dilakukan karena mereka percaya bahwa setiap pasangan itu memiliki satu kecocokan yang sama dan kecocokan itulah yang akan memebuat mereka hidup bersama dan

“Setiap pasangan itu pasti punya kecocokan yang sama. Nah kecocokan itulah yang bikin pasangan itu bisa hidup bersama dan bahagia. Jadi

proses kajian kecocokan pasangan itu ya penting.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

d. Niccayam (Ikat Janji)

Ikat janji atau Niccayam adalah proses selanjutnya setelah kajian calon pengantin dilakukan. Proses ini dilakukan setelah mendapat persetujuan kedua belah pihak pengantin. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Priya, yaitu :

“Selanjutnya adalah proses niccayam atau proses ikat janji. Semuanya harus melalui proses ikat janji ini. Proses ini dilakukan setelah kedua

belah pihak udah setuju dengan pasangan pengantin.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)

Wakil laki-laki akan datang ke rumah pihak perempuan dalam jumlah bilangan yang ganjil dengan membawa beberapa barang seperti kelapa, sirih pinang, bunga-bungaan, buah-buahan, cendana dan kumkum untuk diberikan kepada wakil perempuan. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh Priya :

“Nanti yang pria itu membawa beberapa barang kaya kelapa, sirih pinang, bunga-bungaan, buah-buahan, cendana dan kumkum, dan nanti bakal dikasih ke wakil perempuan.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)

Ketika calon pengantin pria telah tiba di rumah calon pengantin perempuan, bapak dari kedua belah pihak akan berbicara dan berbincang-bincang mengenai perkawinan tersebut. Apabila bapak salah seorang calon pengantin telah meninggal dunia, perbincangan akan diadakan oleh saudaranya. Kemudian, ketika kedua belah pihak pengantin telah setuju, mereka akan mengikat janji

Seperti apa yang diungkapkan oleh Jayesh yaitu :

“Sesampainya di rumah pengantin perempuan, bapak dari kedua belah pihak akan berbincang-bicang mengenai perkawinan tersebut. Kalau bapak dari salah satu mempelai sudah meninggal dunia, perbincangan akan diwakilkan oleh saudaranya. Nah, kalau mereka sudah setuju, maka mereka akan mengikat janji.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Setelah selesai perbincangan diantara kedua belah pihak selesai dilakukan, kemudian perkawinan tersebut akan diumumkan kepada orang-orang. Sebagai tanda ikatan atas sepakatnya proses pernikahan tersebut, kedua pengantin akan menukar sirih pinang yang dinamakan taambuulan marrutal. Kemudian mereka akan membicarakan mengenai hari perkawinan dan persiapan pernikahan. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Jayesh, yaitu :

“Setelah selesai, pernikahan tersebut akan diumumkan kepada orang- orang ramai. Untuk tanda ikatan, kedua pengantin itu menukar sirih pinang namanya taambuulan marrutal. Terus mereka akan berbicara mengenai hari pernikahan dan persiapan pernikahan.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Kemudian pada proses Niccayam atau ikat janji, calon mempelai pria juga harus tetap datang dengan jumlah yang ganjil. Makna angka ganjil dalam proses ini juga sama dengan makna angka ganjil pada proses sebelumnya, yaitu Tuhan menyukai angka ganjil dan angka ganjil dipercaya dapat membawa keberkahan. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh Jayesh, sebagai berikut :

“Datangnya mempelai pria saat ikat janji dengan jumlah yang ganjil juga

karena angka ganjil adalah angka yang membawa keberkahan.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB) (Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

“Kalo di India, yang nyediain mas kawin itu pihak perempuan mbak. Ya sebagai simbol pernikahan juga”

(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)

Pada saat kunjungan kerumah mempelai wanita buah tangan seperti kelapa, sirih, pinang, cendana, buah-buahan, serta serbuk kumkum akan dibawa. Barang-barang ini dibawa sebagai tanda kedatangan mereka atas niat yang baik dan untuk mengeratkan lagi hubungan kekeluargaan. Hal ini juga diungkapkan oleh Priya, sebagai berikut :

“Tujuan mempelai pria membawa barang-barang ke rumah pengantin wanita itu adalah biar mengeratkan hubungan ajah dengan keluarga perempuan.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

e. Parisam (Pemberian Hadiah)

Proses selanjutnya adalah parisam atau pemberian hadiah. Proses ini terbagi menjadi dua yaitu parisam biasa dan udan parisam. Parisam biasa adalah pemberian hadiah yang dilakukan lebih dahulu dari pada hari pernikahan. Sedangkan udan parisam adalah pemberian hadiah yang dilakukan pada hari yang sama di waktu pagi sebelum perkawinan berlangsung. Dalam masyarakat India, parisam berarti sebuah pertunangan. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Priya, yaitu :

“Kalau di India, parisam ini artinya pemberian hadiah atau pertunangan. Ini itu terbagi jadi dua, yang pertama parisam biasa dan yang kedua adalah udan parisam. Kalau yang bisasa dilakukan lebih awal dari pada “Kalau di India, parisam ini artinya pemberian hadiah atau pertunangan. Ini itu terbagi jadi dua, yang pertama parisam biasa dan yang kedua adalah udan parisam. Kalau yang bisasa dilakukan lebih awal dari pada

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Pemberian parisam ini akan diadakan pada hari yang telah disetujui oleh kedua belah pihak pasangan pengantin. Pihak pengantin lelaki akan menyediakan beberapa jenis hantaran dengan jumlah ganjil. Namun, hantaran ini hanya boleh disediakan oleh wanita yang sudah bersuami saja dan mereka dipanggil cumanggali . Parisam akan dibawa ke rumah pengantin perempuan dan dipimpin oleh calon pengantin laki-laki dengan memakai pakaian tradisional masyarakat India. Hal ini seperti diungkapkan oleh Priya, yaitu:

“Parisam dilakukan dihari yang sudah disetuji oleh keluarga pengantin. Pihak laki-laki nyiapin hantaran dengan jumlah ganjil dna Cuma boleh

disediakan sama wanita yang sudah bersuami saja. Nanti parisam akan dibawa ke rumah pengantin perempuan. Laki-laki ini harus memakai

pakaian tradisional India.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Ketika pengantin pria telah tiba di rumah pengantin wanita, proses parisam akan dimulai. Pada waktu yang sama alat musik tradisional India juga ikut dimainkan. Sebelum dimulai, seluruh keluarga diwajibkan untuk melakukan sembahyang bersama dahulu. Kemudian bapak pengantin perempuan akan membawa parisam yang berisi sari dan diberikan kepada anaknya. Hal ini seperti diungkapkan oleh Priya, yaitu :

“Pada waktu yang sama alat musik tradisional dimainkan. Sebelumnya, keluarga itu harus dulu. Lalu bapak dari si wanita bawa parisam yang isinya sari terus diberikan ke anaknya.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Pada hari tersebut, calon pengantin perempuan memakai sari parisam dan dipimpin keluar oleh seorang wanita lain ke ruang tamu. Pada saat itu beberapa Pada hari tersebut, calon pengantin perempuan memakai sari parisam dan dipimpin keluar oleh seorang wanita lain ke ruang tamu. Pada saat itu beberapa

“Waktu proses itu, calon pengantin perempuan memakai sari dan diantar keluar oleh seorang wanita ke ruang tamu. Nah waktu itu keluarga yang hadir bisa mengalungkan kalungan bunga pada calon pengantin perempuan.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Sama halnya pada proses Parissam atau pemberian hadiah. Pemberian hadiah ini harus berjumlah ganjil, dan harus disediakan oleh wanita yang sudah bersuami saja (cumanggali). Pada etnis India, wanita yang sudah menikah itu dianggap suci dan sudah dewasa serta memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap segala hal yang dilakukan. Hal ini diungkapkan pula oleh Priya, yaitu sebagai berikut :

“Jumlah hadiahnya juga harus ganjil loh. Dan yang boleh menyiapkan itu Cuma yang sudah menikah dan berkeluarga aja, soalnya kalo sudah menikah itu berarti sudah dewasa dan punya tanggung jawab yang besar.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Selain itu, pada proses parissam juga, ketika pengantin wanita menulis sesuatu menggunakan kunyit. Ini adalah sebagai bukti untuk meminta restu dari Tuhan. Kunyit dipercaya oleh masyarakat India sebagai tumbuh-tumbuhan yang memiliki banyak khasiat dan sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Priya, sebagai berikut :

“Kan kunyit itu tumbuhan yang punya banyak manfaat untuk kehidupan sehari-hari. Nah pengantin wanita juga menulis pake kunyit itu artinya meminta restu ke Tuhan.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB) (Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Proses pernikahan mukuurtta kaal adalah proses mendirikan sebuah tanda bahwa di rumah tersebut sedang melakukan pernikahan. Biasanya adat ini dilakukan lima hari sebelum hari perkawinan dilangsungkan. Proses ini dilakukan pada hari baik menurut perhitungan hari baik menurut masyrakat India. Hal ini juga diungkapkan oleh Priya, sebagai berikut :

“Sehabis proses itu, adalagi namanya Mukuurta Kaal. Adat ini dilakukan lima hari sebelum perkawinan. Nah, biasanya kalau adat ini dilakukan sesuai dengan perhitungan tanggal baik yang ada di India. Kalau di jawa mungkin namanya weton ya?”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)

Untuk menjalankan adat tersebut sebatang pohon yang masih muda dan lurus akan ditebang untuk dijadikan mukurtta kaal. Batang pohon tersebut berukuran dua atau tiga meter dan mempunyai lilitan batang antara 20 hingga 30 Cm. Adat mendirikan mukuurtta kaal adalah untuk menandakan akan dilangsungkan pernikahan di rumah tersebut. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Priya, yaitu :

“Jadi, nanti disiapkan sebatang pohon yang masih muda dan lurus, terus akan ditebang dan dijadikan mukuurta kaal. batang pohon ini berukuran dua sampai tiga meter dan punya lilitan batang 20-30 cm. ini dibuat supaya menandakan kalau di rumah itu akan dilangsungkan pernikahan.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)

Bahan-bahan seperti sirih pinang, kum-kum, kunyit dan sebagainya disediakan. Para ahli keluarga dari kedua belah pihak akan memohon pada Tuhan supaya proses pernikahan dapat berlangsung secara lancar tanpa gangguan. Batang kayu diambil dan dibersihkan serta dibuang kulitnya. Lima orang perempuan yang sudah menikah akan menyapukan kunyit cair dan kumkum pada batang kayu tersebut dari pangkal hingga ujung. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Priya, yaitu : Bahan-bahan seperti sirih pinang, kum-kum, kunyit dan sebagainya disediakan. Para ahli keluarga dari kedua belah pihak akan memohon pada Tuhan supaya proses pernikahan dapat berlangsung secara lancar tanpa gangguan. Batang kayu diambil dan dibersihkan serta dibuang kulitnya. Lima orang perempuan yang sudah menikah akan menyapukan kunyit cair dan kumkum pada batang kayu tersebut dari pangkal hingga ujung. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Priya, yaitu :

tersebut dari bawah sampe ujung.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)

Kemudian ujung kayu diikat dengan daun ara atau mangga menggunakan kain bewarna merah. Kayu akan dipotong sedalam setengah meter dan bahan-bahan tadi akan dimasukkan ke dalam lubang tersebut sebagai lambang kekayaan. Kemudian upacara sembahyang dilakukan oleh pengantin beserta lima orang perempuan tersebut. Kebiasaan adat mendirikan mukuurtta kaal dilakukan di rumah pengantin laki-laki.

Pada proses murkatal kaal atau mendirikan batang pohon yang sudah dibuat dan dihias, ada sembilan jenis biji ditabur pada batang kayu dan lampu minyak dinyalakan. Pada waktu yang sama pengantin berikrar akan menjaga alam sekitar sebagai lambang persahabatan dengan alam sekitar. Angka Sembilan bagi masyarakat hindu khususnya masyarakat India memiliki arti yang sangat istimewa karena mereka percaya ada sembilan arah mata angin, dikenal sebagai Dewata Nawa Sanggha. Hal ini senada yang diungkapkan oleh Jayesh, sebagai berikut :

“Di kediaman pria kan dipasang batang pohon yang gede gitu kan, terus di sebar biji sebanyak sembilan jenis, nah artinya Sembilan ini itu kaya sembilan arah mata angin. Kalau di India namanya itu dewata nawa sanggha .”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

g. Mayian

Berikutnya adalah proses Mayian. Pada proses ini, pengantin perempuan akan ditemani oleh ahli keluarga perempuan, seperti ibu, adik perempuan, kakak, bibi dan calon kakak iparnya. Dia akan didudukkan diatas sebuah bangku, kemudian sehelai kain sari akan dipakai diatas kepala pengantin wanita. Kemudian ibu dari mempelai wanita akan menaruh uang di bawah Berikutnya adalah proses Mayian. Pada proses ini, pengantin perempuan akan ditemani oleh ahli keluarga perempuan, seperti ibu, adik perempuan, kakak, bibi dan calon kakak iparnya. Dia akan didudukkan diatas sebuah bangku, kemudian sehelai kain sari akan dipakai diatas kepala pengantin wanita. Kemudian ibu dari mempelai wanita akan menaruh uang di bawah

“Mayian ini sama saja dengan proses sembahyang bersama. Nanti prempuan akan ditemani oleh ibu, adik perempuan, kakak, bibi dan calon kakak iparnya. Dia duduk terus dipakein kain sari ditaruh di kepalanya. Nanti si ibu akan menaruh uang dibawah telapak kaki anaknya.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)

Proses dimulai dengan ibu, dan diikuti oleh keluarga perempuan yang lain. Jika proses ini telah selesai, calon pengantin akan membersihkan diri sementara ibunya akan melangkah di tempat yang diduduki oleh anaknya tadi sambil menjunjung kain di atas kepala.

Mitos selanjutnya yang dipercayai oleh pegawai swasta etnis India adalah pada proses mayian, sang ibu meletakkan uang koin di telapak kaki anaknya. Hal ini dipercaya sebagai lambang kejayaan dan kemakmuran. Kemudian tujuan si ibu melangkah ke tempat duduk anaknya itu adalah untuk menolak bala dan segala kotoran yang terdapat pada si anak. Mereka percaya, dengan demikian, si anak akan menikah dalam keadaan yang suci. Hal ini senada diungkapkan oleh Jayesh, sebagai berikut :

“Waktu proses mayian itu, ibu si wanita naruh uang di telapak kaki anaknya, tandanya kejayaan dan kemakmuran. Kalo waktu ibu melangkah, itu tanda menolak bala biar acara pernikahan bisa berjalan dengan lancar.”

(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)

Pada saat mayian, kakak dan adik pengantin perempuan akan meminta sedikit uang dan meminta pengantin laki-laki untuk menggunting reben (rangkaian bunga) yang diletakkan di pintu masuk ke rumah pengantin Pada saat mayian, kakak dan adik pengantin perempuan akan meminta sedikit uang dan meminta pengantin laki-laki untuk menggunting reben (rangkaian bunga) yang diletakkan di pintu masuk ke rumah pengantin

“Kakak dan adik pengantin perempuan minta uang dan pengantin pria akan menggunting reben atau rangkaian bunga. Tujuannya untuk memesrakan hubungan antara pengantin dengan iparnya.”

(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)

Pengantin laki-laki yang diiringi oleh pendampingnya akan diperkenalkan kepada keluarga pihak perempuan. Tujuannya adalah untuk merapatkan hubungan kekeluargaan antara pihak pengantin lelaki dan perempuan. Pengantin pria juga dilarang untuk keluar rumah selama tiga hari sebelum hari pernikahan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi apa-apa pada calon pengantin tersebut. Hal ini juga diungkapkan oleh Priya, sebagai berikut :

“Calon pengantin pria dikenalkan dengan keluarga pengantin perempuan biar makin erat hubungannya. Terus pria juga dilarang keluar rumah

selama tiga hari, biar ga terjadi apa-apa.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

h. Mehndi

Setelah selesai mayian tadi, pihak keluarga perempuan akan melukiskan henna di tapak tangan pengantin perempuan, proses ini dinakaman mehndi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Jayesh, sebagai berikut :

“Nah sehabis proses ini, ada lagi proses mehndi? Tau tidak mehndi apa? Itu loh yang melukis-lukis di telapak tangan itu. Tau? Nah, ini itu dianggap sebuah tradisi atau adat dalam pernikahan yang harus dilakukan soalnya ini adalah sebuah tradisi yang turun temurun dari leluhur orang India pada zaman dahulu.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Mehndi dilakukan dilakukan di India karena adat ini sudah turun temurun dilakukan dan ini merupakan salah satu proses yang dilakukan dalam pernikahan etnis India. Pada saat sebelum hari pernikahan berlangsung, pengantin wanita akan melakukan proses Mehndi atau melukis tangan menggunakan cat warna (henna). Proses ini dilakukan karena masyarakat India percaya bahwa melukis tangan adalah sebuah keindahan, dan setiap pernikahan itu harus dipenuhi dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan keindahan. Hal ini juga senada diungkapkan oleh Priya, yaitu sebagai berikut :

“Melukis tangan kan sebuah keindahan, dan hari bahagia seperti

pernikahan itu ya harus dihiasi dengan keindahan juga kan.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

i. Jago

Selanjutnya adalah proses Jago. Pada proses ini, semua tamu yang hadir akan menarikan tarian yang bernama boliyan. Tarian ini bertujuan untuk menjemput pengantin lelaki ke rumah pengantin perempuan. Dalam tarian ini, seorang perempuan akan membawa jago, semacam kendi, yang akan diletakkan di kepala dan nyalakan lilin diatasnya. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh Jayesh, yaitu sebagai berikut :

“Jago proses kemeriahan yang mengajak seluruh tamu undangan itu menari tarian boliyan. Tujuan buat menjemput pengantin pria ke rumah pengantin perempuan. Nah, dalam proses ini, seorang perempuan akan membawa jago yang diletakkan di kepalanya dan dinyalakan lilin diatasnya.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

j. Janj Departure

Setelah itu, pengantin laki-laki yang ditemani oleh pendampingnya akan memakai pakaian yang sesuai sebelum pergi ke rumah pengantin perempuan. Pihak pengantin laki-laki akan disambut oleh pihak keluarga Setelah itu, pengantin laki-laki yang ditemani oleh pendampingnya akan memakai pakaian yang sesuai sebelum pergi ke rumah pengantin perempuan. Pihak pengantin laki-laki akan disambut oleh pihak keluarga

“Selanjutnya adalah Janj Departure. Pengantin laki-laki itu ditemenin sama pengapitnya dan dipakaikan pakaian yang sesuai sebelum pergi ke

rumah pengantin perempuan. Pihak pengantin laki-laki nanti akan disambut oleh pihak keluarga perempuan.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

k. Penyediaan Thaali (Tjrumaanggalyam)

Thaali atau tjirumaangalyam merupakan lambang suci perkawinan yang dikalungkan pada leher kedua pengantin. Bentuk dari thaali ini adalah seperti rangkaian bunga atau kalung yang terbuat dari bunga-bunga. Pada thaali itu diikat segumpal benang putih yang oleskan dengan kunyit. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Jayesh, sebagai berikut :

“Thaali atau tjirumaangalyam merupakan lambang suci perkawinan yang dikalungkan pada leher kedua pengantin. Pada thaali itu diikat benang putih yang disapu dengan kunyit.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Adat penyediaan thaali ini dilakukan tujuh atau sembilan hari sebelum hari perkawinan. Pihak laki-laki akan membawa emas, cendana, kumkum, sirih pinang, kelapa sebagai upah kepada pembuat thaali. Ini dilakukan untuk memastikan tukang thaali mengetahui hari yang sesuai untuk membuat thaali. Tiga hari sebelum perkawinan, thaali akan diambil dan diletakkan di tempat sembahyang. Hal ini senada juga diungkapkan oleh Jayesh, yaitu sebagai berikut :

“Adat ini dilakukan tujuh hari atau sembilan hari sebelum pernikahan. Yang laki-laki akan bawa emas, cendana, kumkum, sirih pinang, kelapa sebagainupah dari pembuatan thaali.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB) (Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

”Pengantin laki-laki ga boleh keluar selama tiga hari sebelum hari

perkawinan.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

2. Saat Pernikahan

Pernikahan di dalam masyarakat India pada dasarnya adalah memohon niat restu dari Tuhan. Pasangan pengantin akan melakukan berbaga proses upacara pernikahan dan disaksikan oleh saudara dan kerabat dari kedua belah pihak pengantin. Puncak dari tradisi pernikahan India adalah kedua pengantin akan disandingkan dengan penuh adat dan proses keagamaan. Tidak lupa pula, makanan dan jamuan untuk para tamu undangan yang hadir turut disediakan.

Di hari perkawinan laki-laki India memakai dhoti dilengkapi dengan turban dan wanitanya memakai sari yang dipadukan dengan choli ketat. Dhoti adalah pakaian tradisional India dan turban adalah penutup kepala yang digunakan oleh pengantin pria. Pakaian ini terbuat dari kain yang bewarna putih. Kebanyakan dhoti hanya bisa dilihat di hari pernikahan saja karena generasi muda zaman sekarang tidak berminat dengan pakaian tersebut. Hal serupa juga diungkapkan oleh Priya, sebagai berikut :

“Kalo yang wanita pake sari itu yang dililit dan panjang dan choli adalah baju ketat dalaman yg dipakai sebelum pakai sari, sedangkan yang pria

pake dhoti itu baju yang dipakai pria dan turban itu topi atau penutup kepala yang dipake sama pengantin pria.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Sari merupakan pakaian untuk golongan perempuan. Sari adalah pakaian sehari-hari dan juga dipakai untuk pesta perkawinan. Sari terdiri dari lembaran kain yang berukuran semeter hingga dua meter, lebar dan panjangnya pula antara lima hingga lima belas meter mengikut ukuran pemakai. Hal ini juga senada dengan yang diungkapkan oleh Priya, sebagai berikut :

“Kalo sari itu untuk perempuan ya. Panjangnya itu dari lima sampe lima belas meter, lebarnya sampe dua meter. Nanti cara pakainya itu dililitkan ke tubuh pengantin wanita. Lilitannya agak banyak bisa dua sampai tiga kali, biar ga melorot waktu dipakai.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Kebanyakan bahan kain sari adalah halus dan lembut. Sebelum memakai sari, pengantin wanita perlu memakai baju dalaman yang ketat namanya choli. Kemudian sari dililit dari pinggang dan diselempang pada bahu kiri. Lilitan pinggang sebanyak tiga hingga lima kali untuk menguatkan lilitan supaya tidak longgar.

Setelah adat sebelum proses pernikahan berlangsung, ada beberapa proses yang dilakukan. Calon pengantin pria didampingi oleh orang tua calon pengantin wanita melakukan proses melingkarkan kain di leher pengantin pria. Proses ini dinamakan Minji atau proses melingkarkan kain. Proses ini dilakukan di rumah keluarga mempelai pria. Sedangkan mempelai wanita sudah ada di rumah mempelai lelaki untuk di jemput dan bersama-sama berangkat ke tempat acara utama. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Priya, sebagai berikut :

“Proses minji itu melingkarkan kain ke pengantin pria. Nanti pengantin pria itu pergi ke rumah pengantin wanita.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)

Sebelum mengunjungi pengantin wanita, calon pengantin pria dan keluarga melakukan doa-doa yang khusus dipanjatkan untuk Tuhan agar seluruh proses acara bisa berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Setelah selesai Sebelum mengunjungi pengantin wanita, calon pengantin pria dan keluarga melakukan doa-doa yang khusus dipanjatkan untuk Tuhan agar seluruh proses acara bisa berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Setelah selesai

“Nanti sebelum ke rumah pengantin wanita, di rumah pengantin pria itu berdoa dulu biar prosesnya lancar.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Tidak jauh dari rumah calon mempelai pria, keluar mempelai pria sudah menunggu untuk melakukan proses arak-arakan. Proses ini dilakukan dengan cara pengantin pria menaiki kereta kuda yang telah disediakan, dan langsung menjemput calon pengantin wanita. Disepanjang arak-arakan ini, keluarga yang mengiringi menari dan berdansa bersama layaknya sebuah pesta. Hal ini juga diungkapkan oleh Jayesh, sebagai berikut :

“Nanti itu udah ada kereta kuda buat si pengantin pria. Nanti arak-arakan itu semuanya pergi ke tempat mempelai wanita untuk jemput pengantin

wanita.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Setelah tiba di rumah mempelai lelaki, calon penganting lelaki dan wanita dipersilahkan untuk duduk bersama. Perhiasan-perhiasan seperti gelang, kalung, dan cincin, dipasangkan kepada kedua calon pengantin. Setelah itu proses Paal atau proses membersihkan kaki menggunakan air susu. Hal ini senada yang diungkapkan oleh Priya, sebagai berikut :

“Nanti si pengantin wanita itu akan dipakaikan perhiasan-perhiasan kayak gelang, kalung dan cincin. Terus proses paal dilakukan. Proses ini itu mencuci kaki pengantin dengan air susu”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB) (Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)

“Mencuci kaki pengantin dengan air susu itu maksudnya kan air susu dianggap air yang istimewa dan bisa membawa keberkahan. Kalo tangan yangg diikat oleh benang itu tandanya biar pengantin bisa hidup bersama selamanya.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Sehabis proses ini, selanjutnya kedua tangan kanan calon pengantin diikat oleh seutas tali berwarna merah. Setelah itu calon pengantin menaiki kereta kuda dan melakukan arak-arakan kembali untuk menuju ketempat pernikahan. Seperti apa yang diungkapkan oleh Priya, yaitu sebagai berikut :

“Nanti habis kakinya dicuci dengan susu, tangan kedua pengantin diikat dengan seutas tali warna merah, terus mereka naik kereta kuda pergi ketempat resepsi pernikahan.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)

Setelah tiba di tempat penikahan, kedua mempelai duduk berdampingan, ditemani oleh kedua orang tua mereka dan satu orang sesepuh atau Pendada. Upacara perkawinan dilakukan oleh Pendada/Ayeer Mantherem (juru nikah) dengan berdoa supaya pengantin hidup bahagia hingga hari tua. Pedanda akan menabur sembilan jenis biji setelah selesai acara tukar cincin. Hal ini serupa yang disampaikan oleh Jayesh, sebagai berikut : Setelah tiba di tempat penikahan, kedua mempelai duduk berdampingan, ditemani oleh kedua orang tua mereka dan satu orang sesepuh atau Pendada. Upacara perkawinan dilakukan oleh Pendada/Ayeer Mantherem (juru nikah) dengan berdoa supaya pengantin hidup bahagia hingga hari tua. Pedanda akan menabur sembilan jenis biji setelah selesai acara tukar cincin. Hal ini serupa yang disampaikan oleh Jayesh, sebagai berikut :

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Pada saat hari pernikahan, Pedanda akan menabur sembilan jenis biji setelah selesai acara tukar cincin. Angka sembilan ini juga berasal dari kepercayaan terhadap jumlah mata angin di masyarakat hindu. Kemudian, setelah proses membakar ramuan, orang tua akan menyapu debu suci yang diusapkan ke dahi pasangan pengantin. Hal ini dilakukan karena mereka percaya bahwa debu-debu suci tersebut bisa membawa keberkahan untuk kehidupan pasangan tersebut. Hal ini juga senada dengan yang diungkapkan oleh Priya, sebagai berikut :

“Pendada menabur sembilan jenis biji setelah tukar cincin juga karena

masyarakat hindu percaya mengenai sembilan arah mata angin.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Sebelum memulai proses pernikahan, calon pengantin akan diberi penjelasan ringkas mengenai tanggung jawab suami istri dalam sebuah rumah tangga. Pasangan pengantin duduk berhadapan dengan pendada dan pihak keluarga dari kedua belah pihak akan duduk di belakang atau di kedua sisi pasangan pengantin. Hal ini seperti diungkapkan pula oleh Nari, sebagai berikut :

“Sebelum dimulai, pendada itu ngasih semacam ceramah tentang

tanggung jawab suami istri dalam sebuah rumah tangga”

(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)

Pendada melakukan doa-doa yang dipanjatkan untuk Tuhan. Selagi pendada membacakan doa-doa, pasangan pengantin saling menempelkan kedua kepalanya, dan tidak lupa pula tangan mereka masih terikat oleh seutas tali berwarna merah. Setelah itu, kedua orang tua akan melakukan proses Poree atau Pendada melakukan doa-doa yang dipanjatkan untuk Tuhan. Selagi pendada membacakan doa-doa, pasangan pengantin saling menempelkan kedua kepalanya, dan tidak lupa pula tangan mereka masih terikat oleh seutas tali berwarna merah. Setelah itu, kedua orang tua akan melakukan proses Poree atau

“Orang tua akan membakar ramuan yang sudah disiapkan. Nanti api dari ramuan ini yang jadi api suci dan dikelilingi oleh pengantin. Proses membakar ramuan ini namanya poree.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Setelah proses membakar ramuan tersebut, orang tua akan menyapu debu suci yang diusapkan ke dahi pasangan pengantin. Hal ini dilakukan secara bergantian dilakukan oleh kedua belah pihak pengantin. Setelah proses tersebut, selanjutnya adalah Vaalem Varuthel atau mengelilingi api suci sebanyak 7 (tujuh) kali. Hal ini juga diungkapkan oleh Jayesh, sebagai berikut :

“Dari hasil membakar tersebut, orang tua akan menyapukan debu suci ke dahi pasangan penganti. Setelah proses itu, pengantin akan memutar api

suci tadi sebanyak tujuh kali.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Setelah selesai memutar api suci, selanjutnya adalah saling bertukar kembang yang dikalungkan ke masing-masing pasangan. Upacara ini menandakan pasangan ini secara resmi telah menjadi suami istri. Hal ini senada diungkapkan pula oleh Priya, sebagai berikut :

“Nanti habis memutar api suci, pengantin saling bertukar kalungan bunga yang dikalungkan di leher masing-masing pengantin. Ini juga menandakan kalo mereka udah resmi jadi pasangan suami istri. Setelah itu proses pani waar nanti pengantin minta restu ke orang tua mereka. Habis itu semuanya akan lihat tarian bhangra, semua keluarga akan nari ini berpasang-pasangan juga.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)

Senada dengan yang disampaikan oleh Priya diatas, proses terakhir dalam adat istiadat perkawinan ini adalah Pani waar yaitu meminta restu dari Senada dengan yang disampaikan oleh Priya diatas, proses terakhir dalam adat istiadat perkawinan ini adalah Pani waar yaitu meminta restu dari

3. Setelah Pernikahan

Setelah semua proses pernikahan selesai, maka selanjutnya adalah pesta. Biasanya selama proses pernikahan yang telah dijelaskan sebelumnya, tidak boleh ada orang di luar Etnis India yang ikut meramaikan proses pernikahan tersebut. Hanya orang-orang yang berkepentingan saja yang boleh ikut serta melihat prosesi ini. Orang-orang di luar Etnis India dipersilahkan untuk menghadiri acara pesta pernikahan saja, setelah semua proses adat pernikahan dilangsungkan. Hal ini dikarenakan warga keturunan India tidak biasa disaksikan pernikahannya oleh orang diluar etnis India. Kalau ada orang yang ingin melihat proses pernikahan ini, harus meminta izin terlebih dahulu. Hal ini senada diungkapkan oleh Jayesh, yaitu sebagai berikut :

“Yang boleh lihat proses pernikahan ini itu cuma keluarga dari sesama etnis India. Lainnya hanya boleh melihat saat resepsi pernikahan saja. Kalo ada yang mau lihat, ya harus minta izin dulu.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Biasanya setelah resepsi pernikahan, pengantin menginap di rumah mempelai pria. Selanjutnya mereka akan menentukan kemana mereka akan melaksanakan bulan madu. Kebanyakan dari etnis India ini, si wanita akan mengikuti kemana saja si pria tinggal. Tergantung bagaimana pasangan tersebut mengatur rencana hidupnya kelak.

Pola hubungan yang dimiliki oleh golongan buruh etnis India berbeda dengan pola hubungan yang ada pada golongan pemilik modal dan pegawai swasta. Perbedaan yang paling mendasar adalah pada saat proses pernikahan, banyak para pemiliki modal atau pengusaha yang hadir. Para golongan atas menjadi tamu istimewa pada pernikahan golongan ini. Hal ini juga diungkapkan oleh Jayesh, sebagai berikut :

“Kalo saya sih pasti akan ngundang bos saya mba, nanti bos-bos itu jadi tamu istimewa juga sih. Terus yang kerabat-kerabat gitu, yang bukan dari India, ya datang pas hari resepsi terakhir itu.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Pada saat proses perjodohan tetap sama dan tidak berbeda jauh dengan golongan atas dan menengah, banyak faktor yang akan menjadi bahan pertimbangan orang tua, yaitu faktor etnis, sub etnis, kasta, dan agama. Selain itu, faktor-faktor lain seperti status ekonomi dan status sosial adalah aspek seperti umur, tahap pendidikan, jenis pekerjaan, etika dan moral, rupa paras dan latar belakang keluarga juga menjadi bahan pertimbangan. Hal serupa juga dipaparkan oleh Jayesh, sebagai berikut :

“Jadi ga semuanya itu bisa main dijodohkan saja. Kaya saya misalnya nih, saya kemungkinan saya dapat anak pengusaha besar dan kaya itu

sangat kecil. Karena saya saja masih bekerja sama orang, jadi yaa harus berusaha keras kalau mau dapat wanita dari keturunan kaya.”

(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)

Selain itu, jumlah atau besarnya mas kawin (dowry) juga sangat berpengaruh karena inilah yang menjadi beban terberat bagi keluarga mempelai perempuan. Jika dowry yang diberikan terlalu murah, keluarga mempelai laki- laki akan memandang rendah mereka sebagai keluarga yang tak mampu. Hal ini juga diungkapkan oleh Priya, sebagai berikut :

“Kalo dowry yang diberikan terlalu murah, keluarga mempelai laki-laki akan memandang rendah mereka sebagai keluarga yang tak mampu.”

(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 17.00 WIB)

Pada proses pernikahan etnis India, pastinya banyak biaya yang akan dikeluarkan. Mulai dari proses merisik sampai proses resepsi pernikahan. Di etnis India, seseorang tidak akan menikah sampai memiliki biaya yang cukup Pada proses pernikahan etnis India, pastinya banyak biaya yang akan dikeluarkan. Mulai dari proses merisik sampai proses resepsi pernikahan. Di etnis India, seseorang tidak akan menikah sampai memiliki biaya yang cukup

“Ya kalau kaya gitu, adat India harus tetap dilakukan mbak. Tapi pestanya dibuat sesederhana mungkin, biar ga keluar banyak uang. Kan kasihan juga orang tua dan pengantinnya kalau uangnya habis hanya untuk pesta pernikahan.”

(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)

Selain mengenai biaya, pada pernikahan etnis India juga mempunyai rasa saling percaya, rasa saling mengerti, dan nilai-nilai yang dianut bersama- sama. Hal ini juga diungkapkan oleh Jayesh, sebagai berikut :

“Yang biasa disuruh untuk menyelidiki pengantin itu namanya tirumana taraga mba. Jadi dia yang harus cari tau segala informasi mengenai

calon pengantin.”

(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)

Pada proses perjodohan, informasi-informasi yang didapatkan untuk mencari latar belakang mengenai calon pengantin tersebut. Selain itu, informasi tersebut juga diperolehi secara langsung dari pihak yang terlibat dan juga para kerabat. Biasanya untuk melakukan merisik ini adalah orang yang dipanggil tirumana taraga. Rasa saling mengerti juga dilakukan antara sesama etnis India kelas buruh. Hal ini terlihat pada saat proses pernikahan dilangsungkan, kelas buruh akan mengundang para pemilik modal dan kerabat lainnya. Hal ini serupa yang diungkapkan oleh Jayesh, sebagai berikut :

“Kalo kita kan dari kelas buruh ya mbak, wajar kalo kita ga diundang waktu bos-bos kita melakukan pernikahan. Ya kan kita juga jaga toko.

tanpa terkecuali.”

(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)

Semua tradisi ini tidak akan pernah berjalan secara turun temurun jika masyarakat India tidak pernah melakukannya secara bersama-sama. Hal ini merupakan modal sosial dalam kaitannya dengan nilai-nilai bersama yang dianut atau dipercaya.

Matriks 3

Upaya Mempertahankan Identitas Etnis India Melalui Proses Pernikahan

Pada Golongan Buruh

Sebelum Pernikahan

Saat Pernikahan

Setelah Pernikahan

1. Merisik

- Pola Hubungan : Menjodohkan hanya dengan orang yang setara tingkat ekonominya

- Modal Sosial : Kepercayaan pada orang yang mencarikan jodoh.

- Modal Ekonomi : Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung. Kemudian ada juga yang menjual harta kekayaan yang dimiliki.

3. Minji

- Mitos : melingkarkan

kain sebagai lambang kesejahteraan.

- Simbol : melingkarkan

kain. - Modal Ekonomi :

Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung. Kemudian ada juga yang menjual harta kekayaan yang dimiliki.

- Simbol : Pesta pernikahan yang sederhana.

- Pola Hubungan : Tamu undangan yang hadir dari golongan yang sama yaitu kelas pemilik modal.

- Modal Ekonomi : Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung. Kemudian ada juga yang menjual harta kekayaan yang dimiliki.

2 . Pen Partal (melihat calon istri)

- Mitos : Harus datang dalam jumlah ganjil. - Simbol : wanita Memakai kain sari dan melayani tamu.

- Modal Ekonomi : Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung. Kemudian ada juga yang menjual harta kekayaan yang dimiliki.

2. Paal

- Mitos : Susu dianggap

air yang suci karena berasal dari sapi.

- Simbol : Air susu - Modal Ekonomi :

Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung. Kemudian ada juga yang menjual harta kekayaan yang dimiliki.

3. Thairumanam Poruttam Paartal (Kecocokan Pengantin)

- Mitos : melihat kecocokan berdasarkan faktor tertentu.

3. Poor

- Mitos : Menjauhi dari

kesusahan. - Simbol : Membakar

ramuan. - Modal Ekonomi :

Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung. Kemudian ada juga yang menjual harta kekayaan yang dimiliki.

4. Niccayam (ikat janji)

- Mitos : Datang dalam

4. Valeem Varuthel

- Mitos : Setiap putaran - Mitos : Setiap putaran

- Simbol : Api suci.

5. Parisam (Pemberian Hadiah)

- Mitos : Wanita yang sudah menikah yang menyiapkan hadiah, pengantin menulis menggunakan kunyit.

- Simbol : Hadiah yang dibawa. - Modal Ekonomi : Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung. Kemudian ada juga yang menjual harta kekayaan yang dimiliki.

5. Pani waar

- Mitos : Meminta Restu

kepada orang tua untuk kehidupan yang lebih baik.

6. Mukuurta Kaal

- Mitos : Menabur sembilan jenis biji. - Simbol : Batang Pohon. - Modal Ekonomi :

Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung. Kemudian ada juga yang menjual harta kekayaan yang dimiliki.

7. Mayian

- Mitos : Ibu meletakkan uang koin, Ibu melangkah ke kursi.

- Modal Ekonomi : Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung. Kemudian ada juga yang menjual harta kekayaan yang dimiliki.

8. Mehndi

- Mitos : Melukis tangan

- Simbol : Melukis tangan

9 . Jago

- Mitos : meletakkan kendi dan lilin diatas kepala

- Simbol : Kendi dan lilin - Modal Ekonomi :

Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung. Kemudian ada juga yang menjual harta kekayaan yang dimiliki.

10. Thaali

- Simbol : Kalung berasal dari bunga Sumber : Wawancara bulan Febuari 2012 – Juni 2012