Upaya Mempertahankan Identitas Etnis India Melalui Proses Pernikahan Pada Golongan Pegawai Swasta
C. Upaya Mempertahankan Identitas Etnis India Melalui Proses Pernikahan Pada Golongan Pegawai Swasta
Upaya mempertahankan identitas etnis juga dilakukan oleh para golongan dari pegawai swasta. Pada bagian ini, kedua narasumber yang berprofesi sebagai pegawai swasta akan menceritakan bagaimana proses yang terjadi pada pernikahan Etnis India, baik dari mitos, simbol, pola hubungan dan modal.
1. Sebelum Pernikahan
a. Merisik (Perjodohan)
Di India, budaya dalam hal pernikahan dan memilih pasangan hidup masih sangat kuat. Jarang sekali ditemukan pasangan muda mudi yang pacaran atau menjalin hubungan sebelum menikah. Kebanyakan dari mereka sibuk dengan urusannya masing-masing, baik itu bekerja ataupun sekolah. Saat umurnya telah cukup untuk menikah, orang tuanyalah yang akan mencarikan jodoh untuk anak-anaknya terutama yg laki-laki. Seperti apa yang dikatakan oleh Nari, sebagai berikut :
“Pada saat sebelum pernikahan itu ada yang namanya proses Merisik. Proses ini itu sama aja kaya proses menjodohkan. Di India itu jarang sekali yang pacaran. Kebanyakan mereka itu sudah sibuk dengan dunianya sendiri-sendiri. Nah, kalau mereka semua sudah berumur, maka orang tua-nyalah yang akan mencarikan mereka jodoh.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)
Merisik adalah proses menjodohkan. Setelah menemukan yang cocok, orang tuanya akan mempersilahkan anaknya melihat sang gadis. Hal ini seperti diungkapkan oleh Nari :
“Jadi biasanya orang tua itu akan menjodohkan anaknya kalo sudah cukup umur mba. Jadi anaknya itu sudah siaplah, terus si pasangannya
juga harus sudah siap dan sudah mapan pastinya, untuk yang laki-laki ya.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)
Untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai calon pengantin ini, ada seseorang yang diutus sebagai pencari informasi. Biasanya orang yang melakukannya disebut sebagai tirumana taraga. Hal ini juga diungkapkan oleh Lakshmi :
“Yang biasa disuruh untuk menyelidiki pengantin itu namanya tirumana taraga mba. Jadi dia yang harus cari tau segala informasi mengenai calon pengantin.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Sebagai seorang tirumana taraga, ia harus mencari informasi-informasi ini diperolehi secara langsung dari pihak yang terlibat dan juga para kerabat dari calon pengantin. Tanda-tanda seorang gadis single dan siap dinikahi, dapat dilihat dari bindi atau tanda kecil di tengah-tengah antara alis yang dipakai sang gadis. Warna hitam mengartikan bahwa sang gadis masih single dan sedang mencari jodoh, tanda merah berarti sang gadis telah menikah. Setiap wanita yang menikah pasti akan menggunakan Sindoor atau tanda merah dibelahan rambut. Hal ini juga diungkapkan oleh Lakshmi, sebagai berikut :
“Bindi, tanda kecil yang ada diantara alis. Kalau hitam artinya single dan sedang mencari jodoh, tapi kalo merah itu tandanya sudah menikah. Kalo pengantin juga pakai sindoor, tanda merah yang ada di belahan rambut itu.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Pada saat proses perjodohan, banyak faktor yang akan menjadi bahan pertimbangan orang tua, yaitu faktor etnis, sub etnis, kasta, dan agama. Selain itu, faktor-faktor lain seperti status ekonomi dan status sosial adalah aspek seperti umur, tahap pendidikan, jenis pekerjaan, etika dan moral, rupa paras dan latar belakang keluarga juga menjadi bahan pertimbangan. Hal ini juga diungkapkan oleh Nari, sebagai berikut : Pada saat proses perjodohan, banyak faktor yang akan menjadi bahan pertimbangan orang tua, yaitu faktor etnis, sub etnis, kasta, dan agama. Selain itu, faktor-faktor lain seperti status ekonomi dan status sosial adalah aspek seperti umur, tahap pendidikan, jenis pekerjaan, etika dan moral, rupa paras dan latar belakang keluarga juga menjadi bahan pertimbangan. Hal ini juga diungkapkan oleh Nari, sebagai berikut :
bahan pertimbangan.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
b. Pen Paarttal (Melihat Calon Istri)
Adat ini dilakukan selepas adat merisik dilakukan. Calon pengantin laki- laki akan mengunjungi calon pengantin perempuan untuk melihat sendiri wajah dan perawakan calon isterinya. Adat ini dikenal sebagai pen paarttal atau melihat calon istri. Hal ini seperti diungkapkan oleh Lakhsmi:
“Sehabis itu, calon laki-laki itu datang ke rumah mempelai wanita buat lihat langsung wajah calon istrinya itu. Adat ini itu namanya pan paartal atau melihat calon isteri.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Ketika itu wakil pihak laki-laki perlu datang dalam jumlah ganjil walaupun datangnya beramai-ramai. Buah tangan seperti kelapa, sirih, pinang, cendana, buah-buahan, bunyi-bunyian serta serbuk kumkum akan dibawa. Pihak perempuan akan menerima hantaran tersebut kalau pihak perempuan setuju untuk menikah dengan laki-laki tersebut. Jika tidak, mereka hanya melayaninya sebagai tamu biasa seperti orang yang datang dan tidak boleh mengambil barang-barang tersebut. Hal ini senada dikatakan oleh Nari :
“Pada proses ini juga calon laki-laki juga bawa buah tangan kaya kelapa, sirih, pinang, cendana, buah-buahan, bunyi-bunyian, serta bubuk kumkum akan dibawa. Kalau pihak perempuan menerima hantaran tersebut, berarti pihak perempuan setuju kalau laki-laki itu menikah dengan anak perempuannya. Tapi kalau ga diterima, ya si pihak wanita itu cuma menjamu pihak laki-laki sebagai seorang tamu biasa dan ga boleh mengambil barang-barang tersebut ya pastinya.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB) (Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)
“Terus, pada saat menjamu si pria, si wanita itu akan memakai kain sari dan disuruh menghidangkan air minum. Nah, pada saat itulah si laki- laki punya kesempatan untuk lihat langsung si calon pengantin wanitanya dengan lebih dekat lagi.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)
Oleh karena itu calon pengantin perempuan harus melayani para tamu yang datang termasuk calon pengantin laki-laki. Kemudian kunjungan ini dibalas oleh wakil dari pengantin perempuan. Kali ini pengantin perempuan tidak turut serta. Dalam masyarakat India, adat pen paarttal juga bertujuan untuk mengetahui latar belakang calon pengantin laki-laki. Setiap tradisi yang dilakukan oleh suatu etnis pasti memiliki mitos-mitos yang masih dipercayai oleh anggota komunitasnya. Mereka percaya, jika tidak mengikuti semua mitos tersebut, maka akan ada kejadian buruk yang menimpa mereka dan keluarga. Begitupun halnya pada tradisi pernikahan etnis India. Banyak sekali mitos-mitos yang masih dipercayai oleh warga keturunan India.
Pada proses Pen Paarttal atau melihat calon istri, si pria harus datang dengan jumlah yang ganjil. Meskipun mereka datang dengan jumlah yang banyak, akan tetapi jumlah orang yang datang harus berjumlah ganjil. Masyarakat India percaya bahwa angka ganjil merupakan angka yang disukai oleh Tuhan dan membawa keberkahan bagi setiap orang yang berhubungan dengan angka ganjil. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Heera, seorang pemilik toko kain yang ada di Yogyakarta sebagai berikut :
“Saat itu itu laki-laki harus datang dengan jumlah ganjil, meskipun dalam jumlah yang ramai. Soalnya masyarakat India itu percaya Tuhan menyukai angka ganjil. Segala yang ganjil itu baik.”
(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB) (Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)
“Ya mbak, waktu berkunjung itu laki-laki harus datang dengan jumlah ganjil, meskipun dalam jumlah yang ramai. Soalnya masyarakat India itu percaya Tuhan menyukai angka ganjil. Segala yang ganjil itu baik.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
c. Thairumanam Poruttam Paartal (Kajian Kecocokan Pengantin)
Proses selanjutnya adalah Thairumanam Poruttam Paartal yaitu kajian kecocokan pengantin. Adat penyesuaian calon pengantin dijalankan terlebih dahulu, dalam ajaran Hindu tidak terdapat konsep perceraian. Terdapat beberapa aspek yang perlu diambil kira untuk menentukan kesesuaian pasangan bakal pengantin. Hal ini seperti diungkapkan oleh Lakshmi,:
“Ada pula thairumanam poruttam paartal. Nah ini itu sama aja kaya proses kajian kecocokan pengantin. Ya tadi itu nanti akan dilihat dari faktor-faktor yang tadi saya bilang, kaya usia, keturunan, kasta, pekerjaan, dan etika serta moralnya sehari-hari.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Proses ini biasanya menggunakan perhitungan tanggal lahir dan faktor lainnya. Faktor-faktor seperti status ekonomi dan status sosial yang terdiri dari aspek seperti umur, tahap pendidikan, jenis pekerjaan, etika dan moral, rupa paras dan latar belakang keluarga juga menjadi bahan pertimbangan sebagai kajian kecocokan pengantin.
thairumanam poruttam paartal atau kajian kecocokan pengantin, pengantin harus dikaji atau dilihat kecocokannya berdasarkan faktor-faktor yang di tentukan oleh para sesepuh, salah satunya adalah tanggal lahir. Kajian kecocokan ini dilakukan karena mereka percaya bahwa setiap pasangan itu memiliki satu kecocokan yang sama dan kecocokan itulah yang akan memebuat mereka hidup bersama dan bahagia. Hal ini seperti diungkapkan oleh Nari, sebagai berikut:
“Proses pengkajian kecocokan itu harus dilakukan soalnya setiap pasangan itu pasti punya kecocokan yang sama. Nah kecocokan itulah yang bikin pasangan itu bisa hidup bersama dan bahagia.”
(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)
d. Niccayam (Ikat Janji)
Ikat janji atau Niccayam adalah proses selanjutnya setelah kajian calon pengantin dilakukan. Proses ini dilakukan setelah mendapat persetujuan kedua belah pihak pengantin. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Nari, yaitu :
“Selanjutnya adalah proses niccayam atau proses ikat janji. Semuanya harus melalui proses ikat janji ini. Proses ini dilakukan setelah kedua belah pihak udah setuju dengan pasangan pengantin.”
(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)
Wakil laki-laki akan datang ke rumah pihak perempuan dalam jumlah bilangan yang ganjil dengan membawa beberapa barang seperti kelapa, sirih pinang, bunga-bungaan, buah-buahan, cendana dan kumkum untuk diberikan kepada wakil perempuan. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh Lakshmi :
“Nanti yang pria itu membawa beberapa barang kaya kelapa, sirih pinang, bunga-bungaan, buah-buahan, cendana dan kumkum, dan nanti bakal dikasih ke wakil perempuan.”
(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 16.00 WIB)
Ketika calon pengantin pria telah tiba di rumah calon pengantin perempuan, bapak dari kedua belah pihak akan berbicara dan berbincang-bincang mengenai perkawinan tersebut. Apabila bapak salah seorang calon pengantin telah meninggal dunia, perbincangan akan diadakan oleh saudaranya. Kemudian, ketika kedua belah pihak pengantin telah setuju, mereka akan mengikat janji untuk menyatakan persetujuan untuk mengawini calon pengantin perempuan. Seperti apa yang diungkapkan oleh Nari yaitu :
“Sesampainya di rumah pengantin perempuan, bapak dari kedua belah pihak akan berbincang-bicang mengenai perkawinan tersebut. Kalau bapak dari salah satu mempelai sudah meninggal dunia, perbincangan akan diwakilkan oleh saudaranya. Nah, kalau mereka sudah setuju, maka mereka akan mengikat janji.”
(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)
Setelah selesai perbincangan diantara kedua belah pihak selesai dilakukan, kemudian perkawinan tersebut akan diumumkan kepada orang-orang. Sebagai tanda ikatan atas sepakatnya proses pernikahan tersebut, kedua pengantin akan menukar sirih pinang yang dinamakan taambuulan marrutal. Kemudian mereka akan membicarakan mengenai hari perkawinan dan persiapan pernikahan. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Nari, yaitu :
“Setelah selesai, pernikahan tersebut akan diumumkan kepada orang- orang ramai. Untuk tanda ikatan, kedua pengantin itu menukar sirih pinang namanya taambuulan marrutal. Terus mereka akan berbicara mengenai hari pernikahan dan persiapan pernikahan.”
(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)
Kemudian pada proses Niccayam atau ikat janji, calon mempelai pria juga harus tetap datang dengan jumlah yang ganjil. Makna angka ganjil dalam proses ini juga sama dengan makna angka ganjil pada proses sebelumnya, yaitu Kemudian pada proses Niccayam atau ikat janji, calon mempelai pria juga harus tetap datang dengan jumlah yang ganjil. Makna angka ganjil dalam proses ini juga sama dengan makna angka ganjil pada proses sebelumnya, yaitu
“Waktu proses ikat janji, calon mempelai pria harus datang dengan jumlah ganjil. Maknanya ya sama, karena Tuhan itu menyukai angka yang ganjil dan angka ganjil itu juga bisa membawa keberkahan.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Pada saat kunjungan kerumah mempelai wanita buah tangan seperti kelapa, sirih, pinang, cendana, buah-buahan, serta serbuk kumkum akan dibawa. Barang-barang ini dibawa sebagai tanda kedatangan mereka atas niat yang baik dan untuk mengeratkan lagi hubungan kekeluargaan. Hal ini juga diungkapkan oleh Nari, sebagai berikut :
“Tujuan mempelai pria membawa barang-barang ke rumah pengantin wanita itu adalah biar mengeratkan hubungan ajah dengan keluarga
perempuan.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Dowry atau mas kawin, di India, mas kawin diberikan oleh keluarga mempelai perempuan kepada anak perempuan dari keluarga mempelai pria. Hal ini juga diungkapkan oleh Lakshmi, yaitu sebagai berikut :
“India yang menyiapkan mas kawin atau dowry itu ya perempuan. Maknanya sih sama, yaitu sebagai simbol kalo pernikahan akan dilakukan.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB) (Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Proses selanjutnya adalah parisam atau pemberian hadiah. Proses ini terbagi menjadi dua yaitu parisam biasa dan udan parisam. Parisam biasa adalah pemberian hadiah yang dilakukan lebih dahulu dari pada hari pernikahan. Sedangkan udan parisam adalah pemberian hadiah yang dilakukan pada hari yang sama di waktu pagi sebelum perkawinan berlangsung. Dalam masyarakat India, parisam berarti sebuah pertunangan. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Lakshmi, yaitu :
“Kalau di India, parisam ini artinya pemberian hadiah atau pertunangan. Ini itu terbagi jadi dua, yang pertama parisam biasa dan yang kedua adalah udan parisam. Kalau yang bisasa dilakukan lebih awal dari pada hari perkawinan. Terus kalo udan parisam itu pada hari yang sama diwaktu pagi sebelum perkawinan berlangsung.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Pemberian parisam ini akan diadakan pada hari yang telah disetujui oleh kedua belah pihak pasangan pengantin. Pihak pengantin lelaki akan menyediakan beberapa jenis hantaran dengan jumlah ganjil. Namun, hantaran ini hanya boleh disediakan oleh wanita yang sudah bersuami saja dan mereka dipanggil cumanggali . Parisam akan dibawa ke rumah pengantin perempuan dan dipimpin oleh calon pengantin laki-laki dengan memakai pakaian tradisional masyarakat India. Hal ini seperti diungkapkan oleh Lakshmi, yaitu:
“Parisam dilakukan dihari yang sudah disetuji oleh keluarga pengantin. Pihak laki-laki nyiapin hantaran dengan jumlah ganjil dna Cuma boleh disediakan sama wanita yang sudah bersuami saja. Nanti parisam akan dibawa ke rumah pengantin perempuan. Laki-laki ini harus memakai pakaian tradisional India.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Ketika pengantin pria telah tiba di rumah pengantin wanita, proses parisam akan dimulai. Pada waktu yang sama alat musik tradisional India juga Ketika pengantin pria telah tiba di rumah pengantin wanita, proses parisam akan dimulai. Pada waktu yang sama alat musik tradisional India juga
“Pada waktu yang sama alat musik tradisional dimainkan. Sebelumnya, keluarga itu harus dulu. Lalu bapak dari si wanita bawa parisam yang isinya sari terus diberikan ke anaknya.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Pada hari tersebut, calon pengantin perempuan memakai sari parisam dan dipimpin keluar oleh seorang wanita lain ke ruang tamu. Pada saat itu beberapa orang saudara dapat mengalungkan kalungan bunga pada calon pengantin perempuan. Ini dikenal sebagai orrai-maalai atau kalungan tunggal. Pengiring akan memberi kad jemputan kepada kedua pihak pengantin. Hal ini sama juga disampaikan oleh Lakhsmi, yaitu :
“Waktu proses itu, calon pengantin perempuan memakai sari dan diantar keluar oleh seorang wanita ke ruang tamu. Nah waktu itu keluarga yang hadir bisa mengalungkan kalungan bunga pada calon pengantin perempuan.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB) Sama halnya pada proses Parissam atau pemberian hadiah. Pemberian hadiah ini harus berjumlah ganjil, dan harus disediakan oleh wanita yang sudah bersuami saja (cumanggali). Pada etnis India, wanita yang sudah menikah itu dianggap suci dan sudah dewasa serta memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap segala hal yang dilakukan. Hal ini diungkapkan pula oleh Lakshmi, yaitu sebagai berikut :
“Jumlah hadiah yang diberikan jumlahnya juga harus ganjil, sama kaya proses yang sebelumnya. Terus yang boleh nyediain parisam ini juga Cuma wanita yang sudah bersuami soalnya kalo sudha bersuami itu sudah dewasa dan punya tanggung jawab.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Selain itu, pada proses parissam juga, ketika pengantin wanita menulis sesuatu menggunakan kunyit. Ini adalah sebagai bukti untuk meminta restu dari Tuhan. Kunyit dipercaya oleh masyarakat India sebagai tumbuh-tumbuhan yang memiliki banyak khasiat dan sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Nari, sebagai berikut :
“Pada saat parissam itu kan wanitanya nulis pake kunyit, nah itu adalah tanda kalau kita lagi minta restu ke Tuhan. Terus kunyit itu kan tanaman yang banyak khasiatnya dan bermanfaat buat kehidupan sehari-hari”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)
f. Mukuurtta Kaal
Proses pernikahan mukuurtta kaal adalah proses mendirikan sebuah tanda bahwa di rumah tersebut sedang melakukan pernikahan. Biasanya adat ini dilakukan lima hari sebelum hari perkawinan dilangsungkan. Proses ini dilakukan pada hari baik menurut perhitungan hari baik menurut masyrakat India. Hal ini juga diungkapkan oleh Nari, sebagai berikut :
“Sehabis proses itu, adalagi namanya Mukuurta Kaal. Adat ini dilakukan lima hari sebelum perkawinan. Nah, biasanya kalau adat ini dilakukan sesuai dengan perhitungan tanggal baik yang ada di India.?”
(Sumber : Wawancara 18 Febuari 2012 pukul 17.00 WIB)
Untuk menjalankan adat tersebut sebatang pohon yang masih muda dan lurus akan ditebang untuk dijadikan mukurtta kaal. Batang pohon tersebut berukuran dua atau tiga meter dan mempunyai lilitan batang antara 20 hingga 30 Cm. Adat mendirikan mukuurtta kaal adalah untuk menandakan akan dilangsungkan pernikahan di rumah tersebut. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Nari, yaitu :
“Jadi, nanti disiapkan sebatang pohon yang masih muda dan lurus, terus akan ditebang dan dijadikan mukuurta kaal. batang pohon ini berukuran “Jadi, nanti disiapkan sebatang pohon yang masih muda dan lurus, terus akan ditebang dan dijadikan mukuurta kaal. batang pohon ini berukuran
(Sumber : Wawancara 18 Febuari 2012 pukul 17.00 WIB)
Bahan-bahan seperti sirih pinang, kum-kum, kunyit dan sebagainya disediakan. Para ahli keluarga dari kedua belah pihak akan memohon pada Tuhan supaya proses pernikahan dapat berlangsung secara lancar tanpa gangguan. Batang kayu diambil dan dibersihkan serta dibuang kulitnya. Lima orang perempuan yang sudah menikah akan menyapukan kunyit cair dan kumkum pada batang kayu tersebut dari pangkal hingga ujung. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Nari, yaitu :
“Disana nanti ahli keluarga akan meminta dan memohon pada Tuhan agar acara bisa berjalan dengan lancar. Lima orang perempuan yang sudah
menikah akan menyapukan kunyit cair dan kumkum pada batang kayu tersebut dari bawah sampe ujung.”
(Sumber : Wawancara 18 Febuari 2012 pukul 17.00 WIB)
Kemudian ujung kayu diikat dengan daun ara atau mangga menggunakan kain bewarna merah. Kayu akan dipotong sedalam setengah meter dan bahan-bahan tadi akan dimasukkan ke dalam lubang tersebut sebagai lambang kekayaan. Kemudian upacara sembahyang dilakukan oleh pengantin beserta lima orang perempuan tersebut. Kebiasaan adat mendirikan mukuurtta kaal dilakukan di rumah pengantin laki-laki.
Pada proses murkatal kaal atau mendirikan batang pohon yang sudah dibuat dan dihias, ada sembilan jenis biji ditabur pada batang kayu dan lampu minyak dinyalakan. Pada waktu yang sama pengantin berikrar akan menjaga alam sekitar sebagai lambang persahabatan dengan alam sekitar. Angka Sembilan bagi masyarakat hindu khususnya masyarakat India memiliki arti yang sangat istimewa karena mereka percaya ada sembilan arah mata angin, dikenal sebagai Dewata Nawa Sanggha. Hal ini senada yang diungkapkan oleh Nari, sebagai berikut :
“Saat mempelai pria mendirikan batang pohon yang sebagai tanda kalo ada pernikahan disitu, ada sembilan jenis biji yang disebar itu soalnya di India itu percaya tentang sembilan arah mata angin. Namanya itu dewata nawa sanggha.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)
g. Mayian
Berikutnya adalah proses Mayian. Pada proses ini, pengantin perempuan akan ditemani oleh ahli keluarga perempuan, seperti ibu, adik perempuan, kakak, bibi dan calon kakak iparnya. Dia akan didudukkan diatas sebuah bangku, kemudian sehelai kain sari akan dipakai diatas kepala pengantin wanita. Kemudian ibu dari mempelai wanita akan menaruh uang di bawah telapak kaki pengantin wanita. Proses ini sama saja dengan sembahyang bersama-sama memanjatkan doa kepada Tuhan. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Lakshmi, sebagai berikut :
“Mayian ini sama saja dengan proses sembahyang bersama. Nanti prempuan akan ditemani oleh ibu, adik perempuan, kakak, bibi dan calon kakak iparnya. Dia duduk terus dipakein kain sari ditaruh di kepalanya. Nanti si ibu akan menaruh uang dibawah telapak kaki anaknya.”
(Sumber : Wawancara 18 Febuari 2012 pukul 16.00 WIB)
Proses dimulai dengan ibu, dan diikuti oleh keluarga perempuan yang lain. Jika proses ini telah selesai, calon pengantin akan membersihkan diri sementara ibunya akan melangkah di tempat yang diduduki oleh anaknya tadi sambil menjunjung kain di atas kepala. Mitos selanjutnya yang dipercayai oleh pegawai swasta etnis India adalah pada proses mayian, sang ibu meletakkan uang koin di telapak kaki anaknya. Hal ini dipercaya sebagai lambang kejayaan dan kemakmuran. Kemudian tujuan si ibu melangkah ke tempat duduk anaknya itu adalah untuk menolak bala dan segala kotoran yang terdapat pada si anak.
suci. Hal ini senada diungkapkan oleh Nari, sebagai berikut :
“Pada proses mayian, ibu dari mempelai wanita itu menaruh uang di telapak kaki anaknya. Itu sih artinya kejayaan dan kemakmuran. Terus waktu si ibu melangkah ke tempat anaknya itu, tandanya untuk menolak bala, supaya pas anaknya nikah bisa lancar segalanya.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)
Pada saat mayian, kakak dan adik pengantin perempuan akan meminta sedikit uang dan meminta pengantin laki-laki untuk menggunting reben (rangkaian bunga) yang diletakkan di pintu masuk ke rumah pengantin perempuan. Ini adalah untuk memesrakan hubungan antara pengantin laki-laki dengan iparnya. Hal ini seperti diungkapkan oleh Lakshmi, sebagai berikut :
“Kakak dan adik pengantin perempuan minta uang dan pengantin pria akan menggunting reben atau rangkaian bunga. Tujuannya untuk
memesrakan hubungan antara pengantin dengan iparnya.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB) Pengantin laki-laki yang diiringi oleh pendampingnya akan diperkenalkan kepada keluarga pihak perempuan. Tujuannya adalah untuk merapatkan hubungan kekeluargaan antara pihak pengantin lelaki dan perempuan. Pengantin pria juga dilarang untuk keluar rumah selama tiga hari sebelum hari pernikahan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi apa-apa pada calon pengantin tersebut. Hal ini juga diungkapkan oleh Lakshmi, sebagai berikut :
“Nanti si calon pengantin pria dikenalkan dengan keluarga pengantin perempuan biar makin erat hubungannya. Terus pria juga dilarang keluar rumah selama tiga hari, biar ga terjadi apa-apa gitu.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB) (Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Setelah selesai mayian tadi, pihak keluarga perempuan akan melukiskan henna di tapak tangan pengantin perempuan, proses ini dinakaman mehndi . Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Nari, sebagai berikut :
“Nah sehabis proses ini, ada lagi proses mehndi? Tau tidak mehndi apa? Itu loh yang melukis-lukis di telapak tangan itu. Tau? Nah, ini itu dianggap sebuah tradisi atau adat dalam pernikahan yang harus dilakukan soalnya ini adalah sebuah tradisi yang turun temurun dari leluhur orang India pada zaman dahulu.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)
Mehndi dilakukan dilakukan di India karena adat ini sudah turun temurun dilakukan dan ini merupakan salah satu proses yang dilakukan dalam pernikahan etnis India. Pada saat sebelum hari pernikahan berlangsung, pengantin wanita akan melakukan proses Mehndi atau melukis tangan menggunakan cat warna (henna). Proses ini dilakukan karena masyarakat India percaya bahwa melukis tangan adalah sebuah keindahan, dan setiap pernikahan itu harus dipenuhi dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan keindahan. Hal ini juga senada diungkapkan oleh Lakshmi, yaitu sebagai berikut :
“Melukis tangan kan sebuah keindahan, dan hari bahagia seperti
pernikahan itu ya harus dihiasi dengan keindahan juga kan.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)
i. Jago
Selanjutnya adalah proses jago. Pada proses ini, semua tamu yang hadir akan menarikan tarian yang bernama boliyan. Tarian ini bertujuan untuk menjemput pengantin lelaki ke rumah pengantin perempuan. Dalam tarian ini, seorang perempuan akan membawa jago, semacam kendi, yang akan diletakkan di kepala dan nyalakan lilin diatasnya. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh Nari, yaitu sebagai berikut :
“Jago proses kemeriahan yang mengajak seluruh tamu undangan itu menari tarian boliyan. Tujuan buat menjemput pengantin pria ke rumah pengantin perempuan. Nah, dalam proses ini, seorang perempuan akan membawa jago yang diletakkan di kepalanya dan dinyalakan lilin diatasnya.”
(Sumber : Wawancara 18 Febuari 2012 pukul 17.00 WIB)
j. Janj Departure
Setelah itu, pengantin laki-laki yang ditemani oleh pendampingnya akan memakai pakaian yang sesuai sebelum pergi ke rumah pengantin perempuan. Pihak pengantin laki-laki akan disambut oleh pihak keluarga perempuan. Proses ini dinamakan janj departure. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Nari, sebagai berikut :
“Selanjutnya adalah Janj Departure. Pengantin laki-laki itu ditemenin sama pengapitnya dan dipakaikan pakaian yang sesuai sebelum pergi
ke rumah pengantin perempuan. Pihak pengantin laki-laki nanti akan disambut oleh pihak keluarga perempuan.”
(Sumber : Wawancara 18 Febuari 2012 pukul 17.00 WIB)
k. Penyediaan Thaali (Tjrumaanggalyam)
Thaali atau tjirumaangalyam merupakan lambang suci perkawinan yang dikalungkan pada leher kedua pengantin. Bentuk dari thaali ini adalah seperti rangkaian bunga atau kalung yang terbuat dari bunga-bunga. Pada thaali itu diikat segumpal benang putih yang oleskan dengan kunyit. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Lakshmi, sebagai berikut :
“Thaali atau tjirumaangalyam merupakan lambang suci perkawinan yang dikalungkan pada leher kedua pengantin. Pada thaali itu diikat
benang putih yang disapu dengan kunyit.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB) (Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
“Adat ini dilakukan tujuh hari atau sembilan hari sebelum pernikahan. Yang laki-laki akan bawa emas, cendana, kumkum, sirih pinang, kelapa sebagainupah dari pembuatan thaali.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Upacara saat pelaksanaan Thirumanan bertujuan untuk menyatukan ikatan suci melalui pernikahan antara pasangan suami istri agar kekal hingga akhir hayat. Pengantin laki-laki tidak dibenarkan keluar selama tiga hari sebelum hari perkawinan. Kedatangan pengantin lelaki akan disambut oleh pihak keluarga pengantin perempuan dengan gurauan untuk memeriahkan kehadiran pengantin. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Heera, yaitu sebagai berikut :
”Pengantin laki-laki ga boleh keluar selama tiga hari sebelum hari
perkawinan.”
(Sumber : Wawancara 17 Februari 2012 pukul 10.00 WIB)
2. Saat Pernikahan
Pernikahan di dalam masyarakat India pada dasarnya adalah memohon niat restu dari Tuhan. Pasangan pengantin akan melakukan berbaga proses upacara pernikahan dan disaksikan oleh saudara dan kerabat dari kedua belah pihak pengantin. Puncak dari tradisi pernikahan India adalah kedua pengantin akan disandingkan dengan penuh adat dan proses keagamaan. Tidak lupa pula, makanan dan jamuan untuk para tamu undangan yang hadir turut disediakan.
turban dan wanitanya memakai sari yang dipadukan dengan choli ketat. Dhoti adalah pakaian tradisional India dan turban adalah penutup kepala yang digunakan oleh pengantin pria. Pakaian ini terbuat dari kain yang bewarna putih. Kebanyakan dhoti hanya bisa dilihat di hari pernikahan saja karena generasi muda zaman sekarang tidak berminat dengan pakaian tersebut. Hal serupa juga diungkapkan oleh Lakshmi sebagai berikut :
“Kalo yang wanita pake sari itu yang dililit dan panjang dan choli adalah baju ketat dalaman yg dipakai sebelum pakai sari, sedangkan yang pria pake dhoti itu baju yang dipakai pria dan turban itu topi atau penutup kepala yang dipake sama pengantin pria.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)
Sari merupakan pakaian untuk golongan perempuan. Sari adalah pakaian seharian dan juga dipakai untuk pesta perkawinan. Sari terdiri dari lembaran kain yang berukuran semeter hingga dua meter, lebar dan panjangnya pula antara lima hingga lima belas meter mengikut ukuran pemakai. Hal ini juga senada dengan yang diungkapkan oleh Lakshmi, sebagai berikut :
“Kalo sari itu untuk perempuan ya. Panjangnya itu dari lima sampe lima belas meter, lebarnya sampe dua meter. Nanti cara pakainya itu dililitkan ke tubuh pengantin wanita. Lilitannya agak banyak bisa dua sampai tiga kali, biar ga melorot waktu dipakai.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)
Kebanyakan bahan kain sari adalah halus dan lembut. Sebelum memakai sari, pengantin wanita perlu memakai baju dalaman yang ketat namanya choli. Kemudian sari dililit dari pinggang dan diselempang pada bahu kiri. Lilitan pinggang sebanyak tiga hingga lima kali untuk menguatkan lilitan supaya tidak longgar.
proses yang dilakukan. Calon pengantin pria didampingi oleh orang tua calon pengantin wanita melakukan proses melingkarkan kain di leher pengantin pria. Proses ini dinamakan Minji atau proses melingkarkan kain. Proses ini dilakukan di rumah keluarga mempelai pria. Sedangkan mempelai wanita sudah ada di rumah mempelai lelaki untuk di jemput dan bersama-sama berangkat ke tempat acara utama. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Lakshmi, sebagai berikut :
“Proses minji itu melingkarkan kain ke pengantin pria. Nanti pengantin pria itu pergi ke rumah pengantin wanita.”
(Sumber : Wawancara 18 Febuari 2012 pukul 16.00 WIB)
Sebelum mengunjungi pengantin wanita, calon pengantin pria dan keluarga melakukan doa-doa yang khusus dipanjatkan untuk Tuhan agar seluruh proses acara bisa berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Setelah selesai ritual berdoa, selanjutnya adalah menuju kediaman pria, untuk menjemput calon pengantin wanita. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Lakshmi, sebagai berikut :
“Nanti sebelum ke rumah pengantin wanita, di rumah pengantin pria itu berdoa dulu biar prosesnya lancar.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Tidak jauh dari rumah calon mempelai pria, keluar mempelai pria sudah menunggu untuk melakukan proses arak-arakan. Proses ini dilakukan dengan cara pengantin pria menaiki kereta kuda yang telah disediakan, dan langsung menjemput calon pengantin wanita. Disepanjang arak-arakan ini, keluarga yang mengiringi menari dan berdansa bersama layaknya sebuah pesta. Hal ini juga diungkapkan oleh Lakshmi, sebagai berikut : Tidak jauh dari rumah calon mempelai pria, keluar mempelai pria sudah menunggu untuk melakukan proses arak-arakan. Proses ini dilakukan dengan cara pengantin pria menaiki kereta kuda yang telah disediakan, dan langsung menjemput calon pengantin wanita. Disepanjang arak-arakan ini, keluarga yang mengiringi menari dan berdansa bersama layaknya sebuah pesta. Hal ini juga diungkapkan oleh Lakshmi, sebagai berikut :
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Setelah tiba di rumah mempelai lelaki, calon penganting lelaki dan wanita dipersilahkan untuk duduk bersama. Perhiasan-perhiasan seperti gelang, kalung, dan cincin, dipasangkan kepada kedua calon pengantin. Setelah itu proses Paal atau proses membersihkan kaki menggunakan air susu. Hal ini senada yang diungkapkan oleh Priya, sebagai berikut :
“Nanti si pengantin wanita itu akan dipakaikan perhiasan-perhiasan kayak gelang, kalung dan cincin. Terus proses paal dilakukan. Proses ini itu mencuci kaki pengantin dengan air susu”
(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)
Setelah itu proses Paal atau proses membersihkan kaki menggunakan air susu. Hal ini dilakukan karena air susu dianggap air yang istimewa dan bisa membawa keberkahan. Selanjutnya kedua tangan kanan calon pengantin diikat oleh seutas tali berwarna merah. Hal ini dilakukan sebagai simbol pengikat diantara keduanya agar bisa bersama selamanya. Setelah itu calon pengantin menaiki kereta kuda dan melakukan arak-arakan kembali untuk menuju ketempat pernikahan. Hal serupa juga diungkapkan oleh Nari, sebagai berikut :
“Proses mencuci kaki pengantin dengan air susu itu maksudnya karena air susu dianggap air yang istimewa dna bisa membawa keberkahan. Kalo tangan yg diikat oleh benang itu tandanya biar pengantin bisa hidup bersama selamanya.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)
Gambar diatas adalah gambar ketika pengantin sedang melakukan proses paal. Sehabis proses ini, selanjutnya kedua tangan kanan calon pengantin Gambar diatas adalah gambar ketika pengantin sedang melakukan proses paal. Sehabis proses ini, selanjutnya kedua tangan kanan calon pengantin
“Nanti habis kakinya dicuci dengan susu, tangan kedua pengantin diikat dengan seutas tali warna merah, terus mereka naik kereta kuda pergi ketempat resepsi pernikahan.”
(Sumber : Wawancara 18 Febuari 2012 pukul 17.00 WIB)
Setelah tiba di tempat penikahan, kedua mempelai duduk berdampingan, ditemani oleh kedua orang tua mereka dan satu orang sesepuh atau Pendada. Upacara perkawinan dilakukan oleh Pendada/Ayeer Mantherem (juru nikah) dengan berdoa supaya pengantin hidup bahagia hingga hari tua. Pedanda akan menabur sembilan jenis biji setelah selesai acara tukar cincin. Hal ini serupa yang disampaikan oleh Nari, sebagai berikut :
“Yang memimpin pernikahan itu namanya Pendada/Ayeer Mantherem atau juru nikah. Nanti pendada yang akan memimpin seluruh proses pernikahan”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)
Pada saat hari pernikahan, Pedanda akan menabur sembilan jenis biji setelah selesai acara tukar cincin. Angka sembilan ini juga berasal dari kepercayaan terhadap jumlah mata angin di masyarakat hindu. Kemudian, setelah proses membakar ramuan, orang tua akan menyapu debu suci yang diusapkan ke dahi pasangan pengantin. Hal ini dilakukan karena mereka percaya bahwa debu- debu suci tersebut bisa membawa keberkahan untuk kehidupan pasangan tersebut. Hal ini juga senada dengan yang diungkapkan oleh Nari, sebagai berikut :
“Pendada menabur sembilan jenis biji setelah tukar cincin juga karena masyarakat hindu percaya mengenai sembilan arah mata angin.”
(Sumber : Wawancara 12 Februari 2012 pukul 14.00 WIB)
Sebelum memulai proses pernikahan, calon pengantin akan diberi penjelasan ringkas mengenai tanggung jawab suami istri dalam sebuah rumah tangga. Pasangan pengantin duduk berhadapan dengan pendada dan pihak keluarga dari kedua belah pihak akan duduk di belakang atau di kedua sisi pasangan pengantin. Hal ini seperti diungkapkan pula oleh Nari, sebagai berikut :
“Sebelum dimulai, pendada itu ngasih semacam ceramah tentang
tanggung jawab suami istri dalam sebuah rumah tangga”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 17.00 WIB)
Pendada melakukan doa-doa yang dipanjatkan untuk Tuhan. Selagi pendada membacakan doa-doa, pasangan pengantin saling menempelkan kedua kepalanya, dan tidak lupa pula tangan mereka masih terikat oleh seutas tali berwarna merah. Setelah itu, kedua orang tua akan melakukan proses Poree atau membakar ramuan yang telah disiapkan sebelumnya. Api inilah yang dinamakan api suci yang nantinya akan dikelilingi sebanyak 7 (tujuh) kali oleh pengantin. Hal serupa juga diungkapkan oleh Nari, sebagai berikut :
“Orang tua akan membakar ramuan yang sudah disiapkan. Nanti api dari ramuan ini yang jadi api suci dan dikelilingi oleh pengantin. Proses membakar ramuan ini namanya poree.”
(Sumber : Wawancara 18 Febuari 2012 pukul 17.00 WIB)
Setelah proses membakar ramuan tersebut, orang tua akan menyapu debu suci yang diusapkan ke dahi pasangan pengantin. Hal ini dilakukan secara bergantian dilakukan oleh kedua belah pihak pengantin. Setelah proses tersebut, selanjutnya adalah Vaalem Varuthel atau mengelilingi api suci sebanyak 7 (tujuh) kali. Hal ini juga diungkapkan oleh Nari, sebagai berikut :
“Dari hasil membakar tersebut, orang tua akan menyapukan debu suci ke dahi pasangan penganti. Setelah proses itu, pengantin akan memutar api suci tadi sebanyak tujuh kali.”
(Sumber : Wawancara 18 Febuari 2012 pukul 17.00 WIB)
Setelah selesai memutar api suci, selanjutnya adalah saling bertukar kembang yang dikalungkan ke masing-masing pasangan. Upacara ini menandakan pasangan ini secara resmi telah menjadi suami istri. Hal ini senada diungkapkan pula oleh Nari, sebagai berikut :
“Nanti habis memutar api suci, pengantin saling bertukar kalungan bunga yang dikalungkan di leher masing-masing pengantin. Ini juga menandakan kalo mereka udah resmi jadi pasangan suami istri.”
(Sumber : Wawancara 18 Febuari 2012 pukul 17.00 WIB)
“Setelah itu proses pani waar nanti pengantin minta restu ke orang tua mereka. Habis itu semuanya akan lihat tarian bhangra, semua keluarga
akan nari ini berpasang-pasangan juga.”
(Sumber : Wawancara 26 Juni 2012 pukul 15.00 WIB)
Senada dengan yang disampaikan oleh Priya diatas, proses terakhir dalam adat istiadat perkawinan ini adalah Pani waar yaitu meminta restu dari ayah dan ibu mereka. Setelah itu mereka akan duduk dan menyaksikan tarian bhangra. Semua pihak keluarga akan menarikan tarian ini secara berpasang- pasangan.
Selain itu, jumlah atau besarnya mas kawin (dowry) juga sangat berpengaruh karena inilah yang menjadi beban terberat bagi keluarga mempelai perempuan. Jika dowry yang diberikan terlalu murah, keluarga mempelai laki-laki akan memandang rendah mereka sebagai keluarga yang tak mampu. Hal ini juga senada diungkapkan oleh Nari, sebagai berikut : Selain itu, jumlah atau besarnya mas kawin (dowry) juga sangat berpengaruh karena inilah yang menjadi beban terberat bagi keluarga mempelai perempuan. Jika dowry yang diberikan terlalu murah, keluarga mempelai laki-laki akan memandang rendah mereka sebagai keluarga yang tak mampu. Hal ini juga senada diungkapkan oleh Nari, sebagai berikut :
kawin loh mbak.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Berbeda dengan kelas pemilik modal, pada kelas pegawai swasta ini, mereka akan melakukan tradisi pernikahan sesuai dengan dana yang ada. Kalau ada dana yang cukup maka pesta pernikahan akan dilakukan dengan mewah. Namun jika tidak ada maka melakukan pesta pernikahan yang biasa-biasa saja. Tamu undangan yang hadir juga kebanyakan dari keluarga saja. Untuk kerabat dan sahabat, hanya akan hadir pada hari terakhir proses penikahan saja. Hal serupa juga diungkapkan oleh Nari, sebagai berikut :
“Kalo pas nikahan gitu yang boleh datang ya cuma keluarga ajah sih. Paling ada bos-bos dan pejabat yang hadir gitu. Tapi kalo buat temen- temen itu tetep datang pas hari pernikahan sih.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
3. Setelah Pernikahan
Setelah semua proses pernikahan selesai, maka selanjutnya adalah pesta. Biasanya selama proses pernikahan yang telah dijelaskan sebelumnya, tidak boleh ada orang di luar Etnis India yang ikut meramaikan proses pernikahan tersebut. Hanya orang-orang yang berkepentingan saja yang boleh ikut serta melihat prosesi ini. Orang-orang di luar Etnis India dipersilahkan untuk menghadiri acara pesta pernikahan saja, setelah semua proses adat pernikahan dilangsungkan. Hal ini dikarenakan warga keturunan India tidak biasa disaksikan pernikahannya oleh orang diluar etnis India. Kalau ada orang yang ingin melihat proses pernikahan ini, harus meminta izin terlebih dahulu. Hal ini senada diungkapkan oleh Lakshmi, yaitu sebagai berikut : Setelah semua proses pernikahan selesai, maka selanjutnya adalah pesta. Biasanya selama proses pernikahan yang telah dijelaskan sebelumnya, tidak boleh ada orang di luar Etnis India yang ikut meramaikan proses pernikahan tersebut. Hanya orang-orang yang berkepentingan saja yang boleh ikut serta melihat prosesi ini. Orang-orang di luar Etnis India dipersilahkan untuk menghadiri acara pesta pernikahan saja, setelah semua proses adat pernikahan dilangsungkan. Hal ini dikarenakan warga keturunan India tidak biasa disaksikan pernikahannya oleh orang diluar etnis India. Kalau ada orang yang ingin melihat proses pernikahan ini, harus meminta izin terlebih dahulu. Hal ini senada diungkapkan oleh Lakshmi, yaitu sebagai berikut :
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Biasanya setelah resepsi pernikahan, pengantin menginap di rumah mempelai pria. Selanjutnya mereka akan menentukan kemana mereka akan melaksanakan bulan madu. Kebanyakan dari etnis India ini, si wanita akan mengikuti kemana saja si pria tinggal. Tergantung bagaimana pasangan tersebut mengatur rencana hidupnya kelak.
Pada proses pernikahan etnis India, pastinya banyak biaya yang akan dikeluarkan, baik pada golongan pemilik modal ataupun pegawai swasta. Mulai dari proses merisik sampai proses resepsi pernikahan. Di etnis India, seseorang tidak akan menikah sampai memiliki biaya yang cukup untuk melakukan proses pernikahan. Seandainya ada pasangan atau keluarga yang tidak memiliki cukup biaya untuk melakukan proses pernikahan, maka seluruh proses pernikahan harus tetap dilakukan. Akan tetapi dibuat sesederhana mungkin, tanpa harus meninggalkan satupun tradisi yang sudah ada. Hal ini juga diungkapkan oleh Nari, sebagai berikut :
“Yaa kita harus ngumpulin uang buat penikahan tersebut. Kalau tidak ada uang, ya tidak usah menikah saja. Tunggu ada uang dan baru menikah. Ini kan juga jadi motivasi, kenapa kita selalu berusaha untuk berjuang lebih keras lagi kan? Atau nikahnya dibuat sederhana juga bisa. Asal tidak meninggalkan adat yang sudah ada.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Selain mengenai biaya, pada pernikahan kelas pegawai swasta etnis India juga mempunyai rasa saling percaya, rasa saling mengerti, dan nilai-nilai yang dianut bersama-sama. Pada proses perjodohan, informasi-informasi yang didapatkan untuk mencari latar belakang mengenai calon pengantin tersebut. Selain itu, informasi tersebut juga diperolehi secara langsung dari pihak yang Selain mengenai biaya, pada pernikahan kelas pegawai swasta etnis India juga mempunyai rasa saling percaya, rasa saling mengerti, dan nilai-nilai yang dianut bersama-sama. Pada proses perjodohan, informasi-informasi yang didapatkan untuk mencari latar belakang mengenai calon pengantin tersebut. Selain itu, informasi tersebut juga diperolehi secara langsung dari pihak yang
“Pada saat perjodohan itu ya, kita juga memantau dan mengamati sendiri. Tapi kita juga minta tolong sama yang namanya tiruma taraga. Nanti dia yang akan cari semua informasi mengenai calon pengantin. Kaya mata-mata gitu.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Rasa saling mengerti juga dilakukan antara sesama etnis India. kelas pegawai swasta. Hal ini terlihat pada saat proses pernikahan dilangsungkan, kelas buruh yang tidak diundang sedangkan kelas pemilik modal ikut diundang dalam proses tersebut mengerti dan paham mengapa hal tersebut dilakukan. Hal ini serupa yang diungkapkan oleh Nari, sebagai berikut :
“Waktu proses pernikahan kita pasti undang bos-bos kita dan keluarga. Tapi kalo yang kerabat lainnya ya tetap hadir waktu resepsi saja. Mereka juga udah ngerti koq mbak.”
(Sumber : Wawancara 18 Februari 2012 pukul 16.00 WIB)
Semua tradisi ini tidak akan pernah berjalan secara turun temurun jika masyarakat India tidak pernah melakukannya secara bersama-sama. Hal ini merupakan modal sosial dalam kaitannya dengan nilai-nilai bersama yang dianut atau dipercaya.
Matriks 2
Upaya Mempertahankan Identitas Etnis India Melalui Proses Pernikahan
Pada Golongan Pegawai Swasta
Sebelum Pernikahan
Saat Pernikahan
Setelah Pernikahan
1. Merisik
- Pola Hubungan : Menjodohkan hanya dengan orang yang setara tingkat ekonominya
- Modal Sosial : Kepercayaan pada orang yang mencarikan jodoh.
- Modal Ekonomi : Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung.
2. Minji
- Mitos : melingkarkan
kain sebagai lambang kesejahteraan.
- Simbol : melingkarkan
kain. - Modal Ekonomi :
Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung.
- Simbol : Pesta pernikahan yang mewah dan meriah.
- Pola Hubungan : Tamu undangan yang hadir dari golongan yang sama yaitu kelas pegawai swasta
- Modal Ekonomi : Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung.
2. Pen Partal (melihat calon istri)
- Mitos : Harus datang dalam jumlah ganjil. - Simbol : wanita Memakai kain sari dan melayani tamu.
- Modal Ekonomi : Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung.
2. Paal
- Mitos : Susu dianggap
air yang suci karena berasal dari sapi.
- Simbol : Air susu - Modal Ekonomi :
Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung.
3. Thairumanam Poruttam Paartal (Kecocokan Pengantin)
- Mitos : melihat kecocokan berdasarkan faktor tertentu.
3. Poor
- Mitos : Menjauhi dari
kesusahan. - Simbol : Membakar
ramuan. - Modal Ekonomi :
Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung.
4. Niccayam (ikat janji)
- Mitos : Datang dalam jumlah ganjil. - Simbol : Dowry atau mas kawin. - Modal Ekonomi : Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung.
4. Valeem Varuthel
- Mitos : Setiap putaran
- Simbol : Api suci.
5. Parisam (Pemberian Hadiah)
- Mitos : Wanita yang
5. Pani waar
- Mitos : Meminta Restu
kepada orang tua untuk kepada orang tua untuk
- Simbol : Hadiah yang dibawa. - Modal Ekonomi : Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung.
kehidupan yang lebih baik.
6. Mukuurta Kaal
- Mitos : Menabur sembilan jenis biji. - Simbol : Batang Pohon. - Modal Ekonomi :
Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung.
7. Mayian
- Mitos : Ibu meletakkan uang koin, Ibu
melangkah ke kursi. - Modal Ekonomi :
Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung
8. Mehndi
- Mitos : Melukis tangan - Simbol : Melukis tangan
9. Jago
- Mitos : meletakkan kendi dan lilin diatas kepala - Simbol : Kendi dan lilin - Modal Ekonomi :
Didapatkan dari hasil bekerja dan menabung
10. Thaali
- Simbol : Kalung berasal dari bunga Sumber : Wawancara bulan Febuari 2012 – Juni 2012