Penelitian terdahulu yang menjadi acuan

C. Penelitian terdahulu yang menjadi acuan

Penelitian berjudul Pakaian dan Konsep Kecantikan Migran Turki di Freiburg dan Migran India di Yogyakarta, oleh Runavia Mulyasari (2011).

Pada penelitian ini menghasilkan sebuah temuan bahwa pakaian dan konsep kecantikan yang diterapkan oleh para migran di daerah migrasinya merupakan sebuah identitas. Melalui pakaian dan konsep kecantikan, para migran ini memanfaatkannya sebagai penanda budaya mereka. Perilaku yang ditampilkan oleh para migran ini memang tidak terlepas dari praktik kultural mereka dan pengarul kultural yang ada di wilayah migrasinya terhadap tubuh. Tubuh bisa dikatakan tidak lagi menjadi hal yang privat melainkan juga publik karena keputusan-keputusan yang diambil atas tubuh terkait pula oleh pengaruh dari luar individu baik dari lingkungan barunya maupun dari media dalam balutan globalisasi. Pengaruh inilah yang akhirnya menentukan kedudukan para migran ini dalam kehidupan sosial budaya dalam masyarakatnya.

Penelititan berjudul Pemaknaan Identitas Dalam Kehidupan Kaum Migran India di Yogyakarta, oleh Padma Indranila (2009). Pada penelitian tersebut menemukan bahwa Pertama, identitas berfungsi untuk mempertahankan eksistensi mereka sebagai seorang India, di tengah-tengah dominasi penduduk pribumi. Upaya ini mereka lakukan dengan membentuk sebuah rumah. Rumah menjadi ruang bagi mereka untuk menemukan jati dirinya. Makna rumah disini bukan berarti rumah yang dijelaskan secara harfiah, melainkan lebih kepada pemaknaan kiasan yang merujuk pada tempat berlangsungnya hubungan interaksi sosial dalam suatu komunitas etnis dengan persamaan pemikiran, kultur, serta simbol-simbol tertentu yang melekat pada diri mereka. Kedua, ternyata di sisi lain, identitas juga difungsikan sebagai alat untuk meraup keuntungan, dalam hal ini identitas dapat diperjual belikan layaknya sebuah barang. Kesan India di perankan oleh masing-masing individu, ternyata mampu meyakinkan para penontonnya. Dengan demikian, munculnya keyakinan dalam diri para penonton, yakni masyarakat Indonesia pada umumnya, yang membuat mereka berpikir bahwa orang asing ini pantas untu ditempatkan secara eksklusif dan mendapatkan posisi penting baik secara sosial maupun ekonomi.

International Journal of Ethnic and Migration Studies; The Globalisation of Marriage Fields: The Swedish Case by Thomas Niedomysl, (2009)

Marriage fields -the geographical areas where people meet to partner- traditionally tend to be relatively small and local. Increasing international travel and the use of the internet have broadened the geographical opportunity structure of potential partners. This increases the chances of meeting a partner from abroad, possibly resulting in a rise in international marriage migration. This paper uses unique longitudinal population data for the whole of Sweden to explore the globalisation of Swedish marriage fields. The paper yields two new insights not previously recorded in the literature. First, we found a substantial proportion of all marriage migrants in Sweden to be males, while most existing literature on marriage migration focuses almost exclusively on females. Second, the pattern of geographical origins of marriage migrants is highly gendered, with male and female marriage migrants in Sweden originating from different regions in the world. This suggests that different mechanisms underlie male and female marriage migration.

Pernikahan pada orang-orang dimana mereka bertemu secara local cenderung kecil. Meningkatkan perjalanan internasional dan penggunaan

internet telah membuat dan memperluas struktur dan kesempatan secara geografis. Hal ini akan menyebabkan pada peningkatan kemungkinan

bertemu pasangan dari luar negeri, dan bisa mengakibatkan kenaikan migrasi pernikahan secara intrenasional. Tulisan ini menghasilkan dua temuan yang sebelumnya tidak ada. Pertama, telah ditemukan bahwa sebagian besar pernikahan migrasi yang ada di Swedia adalah laki-laki. Kedua, pola geografis asal migran pernikahan sangat terlohat dengan jelas, dengan migran perkawinan pria dan wanita di Swedia yang berasal dari berbagai daerah di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme yang berbeda mendasari migrasi pernikahan pria dan wanita.

Jurnal international yang ditulis oleh Thomas Niedomysl pada tahun 2009 tersebut menemukan bahwa hampir sebagian besar pernikahan yang terjadi di Swedia disebabkan karena faktor migrasi. Relevansi yang dapat diambil dari hasil penelitian tersebut terhadap penelitian ini adalah pernikahan merupakan salah satu tradisi yang dilakukan oleh berbagai orang yang ada di penjuru dunia, meskipun terdapat perbedaan letak geografis.

International Journal of Current Sociology; Culture, Identity and Hegemony : The Body in a Global Age by Lauren Langman (2009)

The current sociological interests in identity reflect the increasingly problematic nature of subjectivity. Traditional Gemeinschaft societies, with

strong social ties and stable worldviews, provided their members with a clear, fixed and unambiguous identity. However, with the rise of rational commerce, greater division of labor and growth of cities, social mobility became possible; social bonds became attenuated and dominant ideologies and understandings were questioned. Identity became problematic as options increased (Baumeister, 1986). Industrialization accelerated these trends. With consumerism came a number of fantastic identities, available at a price.

Dalam sosiologi saat ini cerminan dan pembahasan mengenai identitas semakin bermasalah secara subjektivitas. Sifat tradisional masyarakat dengan ikatan yang kuat dan pandangan terhadap dunia yang stabil, tetap memiliki identitas yang jelas. Namun seiring berjalannya waktu, munculnya rasional perdagangan dan pembagian kerja yang lebih besar serta mobilitas sosial yang tinggi, menyebabkan ikatan sosial dan ideology menjadi lemah dan muncul banyak pertanyaan. Identitas menjadi bermasalah dan menjadi sebuah pilihan (Baumeister, 1986). Proses industrialisasi yang sangat cepat dan jumlah konsumerisme yang meningkat, menyebabkan identitas bisa dibeli dengan sebuah harga.

Jurnal internasional yang ditulis oleh Lauren Langman pada tahun 2009 menemukan bahwa seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat menyebabkan lunturnya identitas seseorang. Dari dua penelitian dan dua jurnal internasional yang menjadi acuan tersebut, terdapat perbedaan dengan yang dilakukan oleh peneliti, yaitu terletak pada fokus penelitan. Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah mengenai upaya yang dilakukan oleh Etnis India yang ada di Yogyakarta dalam mempertahankan identitas etnisnya.