Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

1. Pengertian pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui/diturut. Selanjutnya kata “ajar” mendapat awalan “ber” menjadi kata kerja “belajar” yang berarti berusaha

46 Bobbi De Porter, Mark Reardon, Sarah Singer-Nourie, Op.Cit, hlm 104.

memperoleh kepandaian suatu ilmu pengetahuan atau keterampilan. Kata “pembelajaran” berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan “pe”

dan akhiran “an”, yang mempunyai arti proses. 47 Kata pembelajaran diinterpretasikan sebagai aktivitas guru yang

merencanakan atau merancang kegiatan belajar dan siswa yang melakukan aktivitas belajar. Istilah pembelajaran diterjemahkan instruction yang menurut Roniszowsky merujuk pada proses pengajaran yang berpusat pada tujuan atau goal directed teaching process yang dapat direncanakan sebelumnya. Sifat proses tersebut adalah perubahan perilaku dalam

konteks pengalaman yang sebagian besar sengaja dirancang. 48 Menurut Muahaimin pembelajaran merupakan proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dimana seseorang bereaksi terhadap kondisi tertentu. 49

Menurut Degeng pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa melalui memilih, menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil

yang diinginkan berdasarkan kondisi pembelajaran yang ada. 50 Bila dikaitkan dengan pengertian pembelajaran PAI, maka diperoleh

pengertian menurut Muhaimin bahwa Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar,

47 Peter Salim dan Yenniy Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press), hlm. 25.

49 Sutiah, Op.Cit., hlm. 8. Muhaimin, Suti’ah dan Nur Ali, Op.Cit., hlm. 164. 50 Sutiah, Op.Cit., hlm. 8.

terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus menerus mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana

cara beragama yang benar, maupun belajar Islam sebagai pengetahuan. 51 Dari pengertian ini dapat dicermati, pembelajaran Pendidikan

Agama Islam telah memberikan dorongan kepada peserta didik dengan mengajak mereka untuk tertarik dan terus menerus mempelajari ajaran agama Islam, sehingga dapat mengaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah dilaksanakan bukan hanya untuk penguasaan materi pada aspek kognitif saja, tetapi juga penguasaannya pada aspek afektif dan psikomotorik

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah memiliki fungsi sebagai: 52

a. Pengembangan yaitu sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat

c. Penyesuaian mental yaitu menyesuaikan diri pada lingkungan fisik dan sosial serta dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran islam

52 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Muhaimin, Suti’ah dan Nur Ali, Op.Cit., hlm. 183. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 134.

d. Perbaikan yaitu memperbaiki kesalahan, kekurangan, anak didik dalam pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya yang dapat membahayakan dirinya menuju manusia indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya

g. Penyaluran, yaitu menyalurkan anak didik yang memiliki bakat khusus di bidang agama islam agar bakat itu dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya dan orang lain.

Dalam Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) bagian Standar Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) yang dikembangkan berdasarkan tujuan dan cakupan muatan dan/atau kegiatan setiap kelompok mata pelajaran bahwa kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia bertujuan: membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Tujuan tersebut dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu

pengetahuan dan tekhnologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan. 53 Dari acuan Permendiknas No. 23 tahun 2006 tersebut disimpulkan

bahwa Pendidikan Agama Islam bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman kepada Allah SWT. dan berakhlak mulia. Tujuan tersebut dicapai melalui kegiatan-kegiatan keagamaan yang sesuai

53 Khaeruddin dan Mahfud Junaedi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan-Konsep dan Implementasinya di Madrasah, (Jogjakarta: Madrasah Development Center (MDC) Jateng dan

Pilar Media, 2007), hlm. 369.

dengan ajaran Islam, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan tekhnologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Sedangkan Standar Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) pada tingkat SMP/MTs/SMPLB*/Paket B untuk selengkapnya bahwa mata

pelajaran Agama dan Akhlak Mulia bertujuan: 54

a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja

b. Menerapkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan

c. Memahami keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi

d. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun yang mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk tuhan.

e. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang sesuai dengan tuntunan agamanya

f. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab

g. Menghargai perbedaan pendapat dalam menjalankan ajaran agama.

Rumusan fungsi dan tujuan Pendidikan Agama Islam ini yang dilalui dan dialami oleh siswa disekolah dimulai dengan 3 tahapan, yaitu: 55

a. Kognisi yaitu pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran islam,

b. Afeksi yaitu terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya,

54 Ibid., hlm. 371. 55 Muhaimin, Suti’ah dan Nur Ali, Op.Cit., hlm. 79.

c. Psikomotorik yaitu tahapan afeksi yang tumbuh dalam diri siswa sebagai motivasi dan tergerak untuk mengamalkannya dan menaati ajaran agama islam yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika dilandasi

pengetahuan dan pemahaman terhadap ajaran dan nilai agama Islam, tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkannya, sehingga akan terbentuk manusia muslim beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia.

3. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

a. Kondisi Pembelajaran PAI Kondisi proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat

bervariasi. Menurut Imam Tholkhah pelaksanaan pembelajaran PAI di sekolah pada umumnya di lakukan melalui dua pendekatan, yaitu: 56

1.) Intrakurikuler adalah proses belajar mengajar bidang Pendidikan Agama Islam secara formal, sesuai dengan standar isi dan standar kelulusan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Waktu pembelajaran siswa sangat terbatas pada jam-jam yang telah ditentukan oleh satuan pendidikan. Pada sekolah tingkat menengah pertama terdapat 2 jam pelajaran perminggu.

2.) Ekstrakurikuler adalah proses belajar mengajar bidang Pendidikan Agama Islam yang dilakukan di luar jam sekolah. Materi dalam pembelajaran agama ekstrakurikuler umumnya digunakan sebagai media pendalaman atau pengembangan materi pendidikan islam, yang dirasakan tidak cukup waktu pada pembelajaran intrakurikuler

56 Imam Tholkhah, Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, 25 Oktober 2007 http://www.ditpais.info . iqbalnurhadi.web.IdI Update: Wednesday, 13 February

Jika dilihat dari waktu jam yang disediakan pada masing-masing pendekatan, maka penggunaan waktu jam pelajaran dan kurikulum intrakurikuler mengikat bagi siswa dan guru, untuk sesuai dengan jadwal dan aturan-aturan yang berlaku secara nasional, sehingga dikhawatirkan kemampuan siswa menguasai pelajaran agama Islam tidak bisa maksimal.

Sedangkan waktu pembelajaran ekstrakurikuler tidak terikat oleh tuntutan kebijakan nasional, tetapi tergantung kebijakan tiap guru dan sekolah. Hal ini perlu perhatian oleh guru agama yang berkualitas dan bersedia mengabdikan secara penuh, tulus dan ikhlas memberikan waktui dan bimbingan agama kepada siswa. Disamping itu juga memerlukan kesediaan para siswa untuk menambah waktu belajarnya di luar jam pelajaran.

b. Metode Pengajaran Metode pengajaran merupakan salah satu kemampuan yang harus di

kuasai guru agama Islam. Guru tidak hanya dituntut dalam penguasaan materi saja, tetapi harus mampu menguasai metode pengajaran yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif. Peningkatan mutu guru agama Islam ini memiliki tujuan akhir meningkatkan keberagamaan siswa yang berimtak.

Untuk meningkatkan keberagamaan siswa sekolah, dapat digunakan metode internalisasi/personalisasi yaitu upaya memasukkan pengetahuan dan keterampilan yang berada di daerah ekstern (otak atau badan) ke dalam Untuk meningkatkan keberagamaan siswa sekolah, dapat digunakan metode internalisasi/personalisasi yaitu upaya memasukkan pengetahuan dan keterampilan yang berada di daerah ekstern (otak atau badan) ke dalam

1.) Teknik pengajaran kognitif yang menggunakan uraian afektif, seperti tahu konsep sholat (knowing), terampil melaksanakan sholat (doing), dan melaksanakan sholat dalam kehidupan sehari-hari (being).

2.) Teknik non pengajaran kognitif yang meliputi; peneladanan, pembiasaan, sholat sunnat yang mutlak sebagai pengganti ceramah Isra’ Mi’raj atau membca sholawat sebagai pengganti ceramah maulud Nabi, perlombaan yang mengandung nilai keberagamaan, doa’do’a, membaca Al-Qur’an, selalu thahur, puasa sunnat, dan sebagainya.

Upaya peningkatan pembelajaran agama Islam di SMP bukan hanya tugas guru agama saja, tetapi harus melibatkan dukungan dari kepala sekolah, tenaga pendidik dan warga sekolah lainnya serta orang tua siswa, demi tercapainya tujuan pembelajaran.