Pelaksanaan Strategi Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Meningkatkan Prestasi Balajar Siswa SMP Negeri 4 Batu.

2. Pelaksanaan Strategi Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Meningkatkan Prestasi Balajar Siswa SMP Negeri 4 Batu.

SMP Negeri 4 Batu yang merupakan salah satu sekolah umum, yang mana pada pelajaran agama (mata pelajaran Pendidikan Agama Islam) mempunyai target waktu 2 jam mata pelajaran (40 menit/jam pelajaran) dalam 1 minggu dan guru pun harus pandai-pandai memilih dan menggunakan metode dan strategi pembelajaran agar pembelajaran yang direncanakan dapat mencapai target tujuan pembelajaran dan prestasi yang diinginkan. Hal ini menuntut guru untuk profesional dalam melakukan proses pembelajaran dengan efektif, efisien dan menyenangkan.

Untuk mencapai hal ini sekolah dan guru harus merencanakan program-program yang nantinya akan dilaksanakan hingga berlangsung dengan baik, tanpa timbulnya masalah atau gangguan yang tidak diinginkan dalam pembelajaran. Kalaupun timbul masalah atau gangguan guru harus dengan bijak untuk mengatasi atau meminimalisir timbulnya masalah tersebut. Oleh karena itu diperlukan strategi-strategi dalam mengelola kelas dalam rangka menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas agar tetap kondusif untuk pembelajaran. Dari hasil wawancara yang Untuk mencapai hal ini sekolah dan guru harus merencanakan program-program yang nantinya akan dilaksanakan hingga berlangsung dengan baik, tanpa timbulnya masalah atau gangguan yang tidak diinginkan dalam pembelajaran. Kalaupun timbul masalah atau gangguan guru harus dengan bijak untuk mengatasi atau meminimalisir timbulnya masalah tersebut. Oleh karena itu diperlukan strategi-strategi dalam mengelola kelas dalam rangka menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas agar tetap kondusif untuk pembelajaran. Dari hasil wawancara yang

Strategi pengelolaan kelas merupakan usaha yang dilakukan guru dalam hal bagaimana caranya kelas itu menjadi baik, yang mana layak untuk digunakan sebagai sarana tempat belajar dan penciptaan hingga pemulihan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat belajar secara maksimal untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang nantinya berimbas pada pencapaian kualitas prestasi

belajar siswa. 138

Selanjutnya menurut Bapak Drs. Masrukin, selaku guru PAI dan koordinator ekstrakurikuler keagaamaan menyatakan bahwa: Strategi pengelolaan kelas merupakan usaha atau cara-cara mengatur,

menggunakan, memaksimalkan fungsi kelas, agar bisa efektif ketika pembelajaran berlangsung, suasana kelas kondusif, dan bisa menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan siswa dalam belajar, sehingga siswa dapat aktif di kelas dan mencapai prestasi

yang diinginkan. 139

Untuk menciptakan dan mewujudkan itu semua beliau menambahkan bahwa “Sedangkan untuk menambah wawasan dan pengalaman tentang metode dan strategi pembelajaran, guru agama juga aktif dalam mengikuti penataran, pelatihan, workshop, seminar atau

kegiatan MGMP”, 140 Pengelolaan kelas merupakan tanggugjawab guru dan wali kelas.

Dari kedua pihak inilah harus ada kerjasama. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Mahmud Huda, S.Ag. beliau juga sebagai guru PAI sekaligus wali kelas VIIE menyatakan bahwa:

138 Hasil wawancara dengan guru PAI SMP Negeri 4 Batu, Drs. H. Akh. Masrur pada tanggal 21 November 2008 139 .

Masrukin, Op.Cit., tanggal 24 November 2008

140 Ibid.

Tentu saja, antara wali kelas dengan guru mata pelajaran harus ada kumunikasi dan kerjasama dalam mengatur siswa. Setiap ketemu wali kelas dengan guru lain, ya.., yang dibicarakan siswanya, seperti kalau ada siswanya yang nyeleneh kurang tanggap pada pelajara, ya...sama-

sama kita cari solusinya, dengan mencari latar belakangnya. 141

Beliau juga menambahkan, sebagai wali kelas dan guru PAI, beliau memang lebih sering mendekati dan kenal dengan anak yang nyeleneh dan sering bermasalah. Sehingga terdapat keakraban dan beliau bisa memberikan masukan tidak langsung kepada mereka. Dari penjelasan Bapak Mahmud Huda, S.Ag. dapat disimpulkan bahwa guru dan wali kelas haruslah ada kerjasama dalam mencapai tujuan pembelajaran dan sering-sering mengadakan evaluasi sebagai kontrol terhadap siswa.

Dalam uraian hasil penelitian ini akan diklasifikasikan 5 strategi yang digunakan dalam pengelolaan kelas dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP Negeri 4 Batu, diantaranya; manajemen administrasi kelas, manajemen operatif kelas, pengaturan ruang kelas, pengelolaan perilaku siswa, pengelolaan instruksional.

a. Manajemen Administrasi Kelas 1.) Perencanaan kelas

Dari hasil wawancara dengan Bapak Mahmud Huda, S.Ag. menyatakan: Sebelum proses pembelajaran, guru harus membuat perencanaan kelas,

yang berupa perangkat pembelajaran yang terdiri dari: RPP, Silabus,

141 Mahmud Huda, S.Ag. , Op.Cit., tanggal 24 November 2008 .

pemetaan, promes, kalender mengajar dan prota. Guru harus membawa perangkat pembelajaran tersebut. 142

Sesuai dengan observasi yang dilihat pada saat proses pembelajaran PAI di kelas, guru pendidikan agama Islam sudah membuat perangkat pembelajaran yang dibuat sebelumnya antara lain: kalender pendidikan, rencana pekan efektif, prota, promes, pemetaan materi, silabus, RPP. Pada RPP pendidikan agama Islam telah termuat: indikator dan tujuan pembelajaran, appersepsi, kegiatan/langkah-langkah yang akan dilakukan sebagai suatu strategi/metode pembelajaran, penguatan materi, media pembelajaran, alokasi waktu secara tepat, sumber bahan ajar yang bervariasi, dan teknik penilaian

Program kerja yang direncanakan secara konsisten di sekolah ini dan juga merupakan program tahunan OSIS. Sebagaimana pernyataan Bapak Mahmud Huda S.Pd., bahwa

Program rutin yang direncanakan setiap tahun adalah pondok romadhon (pondok kilat) Halal bi Halal dan peringatan Isro’ Mi’roj dan Maulud Nabi SAW. Program OSIS lainnya yang melibatkan pengurus kelas adalah penyembelihan hewan qurban yang dibimbing oleh para guru, khususnya guru agama Islam, yang mana sekarang ini OSIS akan membentuk panitia penyembelihan hewan qurban. Sedangkan program mingguan yang terstruktur sholat berjama’ah

jum’at disekolah. 143

Dari data yang dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap program yang direncanakan dan akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Batu, khususnya dalam pembelajaran agama Islam, guru telah mampu merancang dan membuat RPP yang akan dilaksanakannya. Sedangkan

Ibid. 143 Ibid.

program kerja kelas ekstern, salah satunya penyembelihan hewan qurban oleh OSIS dan guru dapat dikatakan mampu melibatkan semua anggota kelas dalam merancang dan mempersiapkan program tersebut. Hal ini terbukti dengan dibentuknya panitia penyembelihan hewan qurban yang melibatkan OSIS, guru, perangkat kelas, dan siswa.

2.) Pengorganisasian kelas

Program kelas sebagai rencana kerja untuk mencapai suatu tujuan harus bersifat realistis dalam arti benar-benar dapat dilaksanakan dan diwujudkan. Aspek yang terpenting dalam pengorganisasian ini adalah usaha dalam menempatkan personal pada tempat yang tepat, dengan memperhatikan kemampuannya, tingkat pendidikannya, masa kerja dan

pengalamannya dan lain-lain. 144 Kemudian melengkapinya dengan alat- alat yang memugkinkan personal tersebut melaksanakan tugas-tugasnya.

Program kerja yang dirancang, termasuk program kelas dipegang dan diatur oleh personal-personal yang ditunjuk sebagai koordinator pada masing-masing bidang yang sesuai, antara lain; bidang kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana, humas, tata usaha dan BK. Sebagaimana pernyataan Bapak Drs. Masrukin bahwa:

Dalam melaksanakan tugasnya, masing-masing bidang dari staf sekolah ini, dipegang dan dikoordinir oleh personal yang tepat sesuai dengan pengalamannya. Masing masing staf dibantu oleh 2 atau 3 personal, yang mana satu diantaranya terdapat seniornya yang sudah pernah menjabat bidang yang bersangkutan sebelumnya. Misalkan 1 personal guru bisa jadi pernah menghandel bidang kurikulum dalam 2 kali (2

tahun). Sehingga program akan terlaksana dengan efisien. 145

Ibid., hlm. 131. 145 Masrukin, Op.Cit., tanggal 24 November 2008.

Adapun dokumen yang telah diperoleh dalam usaha menempatkan personal yang tepat dalam melaksanakan program kerja. Sekolah telah membuat Pembagian Tugas Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar atau Bimbingan dan Penyuluhan dan membentuk Tim Pembantu Kepala Sekolah serta menentukan tugas-tugas dari masing-masing personal yang bertugas yang sesuai dengan bidang dan pengalamannya,

Dari sinilah, dapat disimpulkan bahwa SMP Negeri 4 Batu telah mengorganisasi program-programnya sebagai suatu tugas dengan terancana dan koordinatif.

3.) Pengarahan kelas

Pengarahan di sekolah ini berkaitan dengan program-program yang sudah direncanakan dan disusun oleh kurikulum, yang didukung oleh kesiswaan ataupun guru agama, yang mana merupakan kesepakatan bersama dari ketiganya mengenai pelaksanaanya. Misalnya membaca doa pada waktu awal jam pelajaran dan akhir jam pelajaran yang juga sudah di bertikan arahan mengenai isi doanya. Sesuai dengan hasil observasi, setiap awal dan akhir jam pelajaran, siswa harus melaksanakan doa bersama yang dipimpin oleh guru atau siswa dan juga setiap akan memulai dan mengakhiri pelajaran di kelas siswa harus mengucapkan salam kepada guru yang mengajar.

Adapun kegiatan keagamaan lainnya yang merupakan program OSIS yang melibatkan pengurus kelas, seperti penyembelihan hewan qurban, peringatan Isro’ Mi’roj dan Maulud Nabi SAW. Pelaksanaan dan Adapun kegiatan keagamaan lainnya yang merupakan program OSIS yang melibatkan pengurus kelas, seperti penyembelihan hewan qurban, peringatan Isro’ Mi’roj dan Maulud Nabi SAW. Pelaksanaan dan

Baca Tulis Al-Qur’an (BTA), sholat berjama’ah juma’at dan dzuhur yang diadakan secara bergiliran dari setiap kelas. Program ini tetap dibimbing

oleh guru. Jadi siswa wajib untuk mengikutinya”. 146

Dari data inilah dapat disimpulkan bahwa pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan program kerja yang disusun oleh kurikulum yang berkaitan dengan PAI telah dilaksanakan melalui bimbingan, dari kesiswaan maupun guru-guru.

4.) Koordinasi kelas

Koordinasi kelas sangat diperlukan agar program yang dilaksanakan berlangsung dengan baik. Sesuai dengan observasi yang dilihat bahwa OSIS juga mengadakan rapat koordinasi mengenai program- program yang dilaksanakannya. Sedangkan salah satunya dalam program pembelajaran, berdasarkan wawancara dengan Bapak Drs. Masrukin yang pernah menjadi koordinator kesiswaan bidang keagamaan menyatakan:

Koordinasi antar guru diadakan dengan membuat jadwal pelajaran. Sedangkan program kegiatan keagamaan melakukan koordinasi dengan membuat jadwal kegiatan baik waktu maupun tempatnya, dan juga mengenai saran-saran dan sanksi pelanggaran bagi siswa yang tidak mengikuti program kegiatan yang sedang dilaksanakan. Membicarakan segala yang menjadi kekurangan untuk dilengkapi dan dicari

solusinya. 147

146 Akh. Masrur. Op.Cit., tanggal 21 November 2008. 147 Masrukin, Op.Cit., tanggal 24 November 2008

Dari keterangan ini, dapat disimpulkan bahwa setiap program yang dilaksanakan oleh OSIS maupun guru, diadakan rapat koordinasi mengenai perkembangan pelaksanaan kegiatan yang diprogram. Hal ini merupakan wujud kerjasama dari diantara guru-guru dan anggota OSIS.

5.) Komunikasi kelas

Komunikasi selalu terjalin dengan antara guru dan wali kelas, guru dengan siswa, baik di kelas maupun diluar kelas. Dari observasi dan wawancara dengan Bapak Drs. Masrukin bahwa hal-hal yang berkenaan dengan program kelas yang direncanakan disampaikan (dikomunikasikan) dengan cara memfungsikan perangkat kelas, seperti ketua kelas atau dengan melalui forum OSIS, tetapi tidak menutup kemungkinan disampaikan melalui pengumuman secara langsung (alat pengeras suara).

Dari keterangan ini, dapat disimpulkan bahwa dari setiap program yang dilaksanakan OSIS maupun guru, mereka dalam mensosialisasikan hal-hal yang penting untuk diinformasikan melalui anggota OSIS dari masing-masing koordianator, perangkat kelas, dan alat pengeras suara. Sehingga pesan atau info dapat tersampaikan dengan efisien

6.) Kontrol kelas

Program yang dilaksanakan juga diperlukan evaluasi sebagai sebagai kontrol tentang keberhasilan dan ketidakberhasilan setiap kegiatan. Menurut Bapak Drs. Masrukin dan Drs, Akh. Masrur menyatakan “mendata siiwa yang hadir dan tidak hadir dalam kegiatan Program yang dilaksanakan juga diperlukan evaluasi sebagai sebagai kontrol tentang keberhasilan dan ketidakberhasilan setiap kegiatan. Menurut Bapak Drs. Masrukin dan Drs, Akh. Masrur menyatakan “mendata siiwa yang hadir dan tidak hadir dalam kegiatan

Hal ini sesuai dengan observasi di lapangan bahwa, semua kegiatan BTA, sholat jamaah jum’at dan dzuhur diadakan pengabsenan pada kelas yang terkena giliran sholat jama.ah, dan setiap hari senin setelah upacara diadakan pemanggilan bagi siswa yang tidak mengikuti tersebut. Sedangkan kontrol terhadap kualitas pelaksanaan tugas murid pada kegiatan keagamaan ini sebagai bentuk evaluasi belum maksimal, hanya sebatas belajar dan latihan saja ketika kegiatan itu berlangsung.

Dari beberapa data inilah dapat disimpulkan bahwa program keagamaan yang merupakan program kurikulum, diadakan pengabsenan terhadap siswa yang hadir maupun yang tidak hadir. Hal ini merupakan kontrol untuk mengukur kualitas sikap atau perhatian siswa dalam berpartisipasi mengikuti program tersebut. Namun tentang kualitas keberhasilan program yang dilaksanakan masih belum terkontrol.

b. Manajemen Operatif Kelas

Untuk mencapai tujuan dan keberhasilan belajar, kegiatan pembelajaran perlu ditunjang oleh kegiatan operatif.

1.) Tata usaha kelas

Kegiatan ini yang telah dilakukan sekolah adalah menghimpun dan mencatat data murid diantaranya nama, tempat dan tanggal lahir, data kesehatan dan nilai hasil belajar, membuat jadwal pelajaran, membuat dan

148 Ibid.

mengirim laporan kelas. buku laporan pendidikan, dan lain-lain yang menyangkut aspek perbekalan dalam kegiatan manajemen.

Pada observasi yang dilihat pencatatan inventaris kelas tidak dicatat pada setiap kelas, namun secara keseluruhan. Sedangkan dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran, masing-masing guru di kelas harus mengisi dan mengirim laporan kelas yang berbentuk jurnal pengajaran, untuk dilaporkan kepada kepala sekolah.

Dari beberapa data diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran PAI sebagai seorang guru mata pelajaran PAI telah mengisi jurnal mengajar dan jurnal guru untuk dilaporkan kepada kepala sekolah. Hal ini merupakan salah satu tugas wajib masing-masing guru yang btelah ditentukan oleh sekolah

2.) Perbekalan kelas

Program kelas dan pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif, bila digunakan media pengajaran yang memadai. Berdasarkan observasi yang dilihat, adanya papan tulis, kursi, bangku, dan sebagainya sudah memenuhi syarat untuk layak digunakan demi kelancaran pembelajaran. Selain itu, dalam ruang multi media yang disediakan sekolah juga menunjang pembelajaran. Ruang ini terdiri dari media pengajaran yang fleksibel, diantaranya LCD, Laptop, Televisi, VCD player, beberapa kursi yang mudah dipindah, dan sebagainya.

Berdasarkan wawancara dengan siswa kelas IX bahwa: Kita pernah diajak ke musholla, multimedia pada waktu pelajaran PAI,

nonton VCD tentang siksa kubur, terus mengajar materi makhorijul nonton VCD tentang siksa kubur, terus mengajar materi makhorijul

Bardasarkan hasil angket dari siswa pada tabel dibawah ini adalah 33,3 % siswa menganggap baik sekali sarana dan prasarana belajar disekolah, dan 64,4 % siswa menganggap cukup baik sarana dan prasarana belajar disekolah, sedangkan hanya 2,3 % siswa yang menganggap kurang baik sarana dan prasarana belajar disekolah. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa menganggap tentang sarana dan prasarana belajar disekolah adalah cukup baik.

TABEL VI

Tanggapan siswa tentang sarana dan prasarana belajar disekolah

No. Item

N F 100% 13 a. Baik sekali

Alternatif jawaban

132 44 33,3 b. Cukup Baik

85 64,4 c. Kurang Baik

Namun demikian Bapak Drs. Akh. Masrur juga menyatakan: Media dan sarana pengajaran yang mendukung untuk pembelajaran PAI

belum memadai, seperti alat-alat peraga untuk praktik haji dan umroh atau alat untuk mengkafani mayit. Ya.., yang sangat diharapkan ruangan sebagai praktik untuk pelajaran agama. Musholla saja tidak cukup untuk menampung untuk 4 kelas. Kalau masalah sarana dan prasarana yang

mendukung pembelajaran agama lumayan mendukung. 150

Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa sarana yang disediakan masih belum maksimal, namun demikian guru tetap berusaha memanfaatkan perbekalan kelas dan media yang ada dalam pembelajaran.

Hasil wawancara dengan siswa kelas IX SMP Negeri 4 Batu, Anggun pada tanggal 22 November 2008. 150 Akh. Masrur, Op.Cit., tanggal 21 November 2008.

3.) Kegiatan keuangan kelas

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan siswa bahwa disetiap kelas memang selalu diadakan pengumpulan uang kas kelas, yang dikumpulkan setiap 1 minggu atau 1 bulan sekali, tergantung kesepakatan kelas. Uang kas kelas digunakan untuk persiapan dana dalam pelaksanaan program kelas, seperti lomba-lomba. Kelengkapan kelas ternyata juga memerlukan dana yang dibuat oleh anggota kelas untuk kreatifitas kelas, struktur organisasi kelas, pot bunga, dan lain-lain.

Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa siswa dari setiap kelas telah mampu menmgelola keuangan kelas secara mandiri. Sehingga alokasi kas kelas dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan kelas.

4.) Pembinaan personal kelas

Pembinaan personal kelas yang dilakukan SMP Negeri 4 Batu, salah satunya adalah dalam aspek penempatan siswa. Pengaturan ini dilakukan tergantung pada kebijakan wali kelas, tetapi tidak menutup kemungkinan guru yang mengajar memindahkan posisi duduk siswa ketika jam pelajaran guru tertentu. Sebagaimana menurut Bapak Drs. Akh. Masrur sebagai guru agama dan wali kelas VIID menyatakan bahwa: tempat duduk siswa diatur menurut kebijakan wali kelas, namun beliau

sendiri sebagai wali kelas memiliki ketentuan dan pertimbangan berikut:

tinggi pendek badan, sehingga siswa yang kebetulan pendek/kecil bisa melihat ke papan tulis tanpa terhalangi teman yang tinggi badannya digunakannya sistem rooling, yaitu siswa perderet bangku secara bergiliran 1 bulan sekali pindah ke deretan sampingnya. sehingga pandangan penglihatan siswa ke depan kelas ada keseimbangan

jenis kelamin yang sama pada tiap bangku. 151

151 Ibid.

Dari pengaturan yang dibuat ini, pada sekolah ini dalam memposisikan tempat duduk siswa cukup baik, namun dasar pembinaannya masih belum terarah. Hal ini terlihat pada dasar pembinaan penempatan posisi duduk siswa yang hanya mempertimbangkan dari aspek fisik saja, belum mempertimbangkan intelegensi, bakat dan minat siswa.

5.) Hubungan masyarakat dilingkungan sekolah

Kegiatan kemasyarakatan atau hubungan masyarakat di sekolah adalah mengadakan pertemuan rutin dengan Komite Sekolah, mengadakan peringatan hari besar nasional dan keagamaaan. Menurut Bapak Drs. Masrukin hal ini bertujuan menanamkan nilai-nilai kepahlawanan dan mental spiritual. Sekolah juga melaksanakan rapat dengan orang tua siswa, seperti rapat pleno Komite Sekolah dengan orang tua siswa kelas VII baru. Semua program yang direncanakan memerlukan partisipasi siswa, sehingga mereka perlu dilibatkan dalam sosialisasi kegiatan ini.

Dari keterangan-keterangan ini, dapat disimpulkan bahwa rapat- rapat sebagai program rutin yang diadakan sekolah dengan komite sekolah dan wali murid, merupakan suatu hubungan antara sekolah dengan masyarakat. Sedangkan kegiatan peringatan hari besar nasional dan keagamaan, seperti isra’mi’raj dan penyembelihan hewan qurban merupakan kegiatan kemasyarakatan di lingkungan sekolah

6.) Kepemimpinan wali/guru kelas

Kepemimpinan guru di dalam kelas khususnya, diartikan sebagai usaha guru dalam merealisasikan program yang direncanakan, Kepemimpinan guru di dalam kelas khususnya, diartikan sebagai usaha guru dalam merealisasikan program yang direncanakan,

sekolah guru yang berada disekolah wajib mengikutinya”. 152 Sebagai suatu program kurikulum, sholat berjama’ah juma’at dan

dzuhur merupakan salah satu sasaran dari rencana operasional sekolah SMP Negeri 4 Batu yaitu mengimplemtasikan ajaran agama menurut agama yang dianutnya. Sebagaimana pernyataan Drs. Masrukin bahwa:

Ya... kita harus ikut bersama-sama untuk sholat berjama’ah dzuhur, bahkan semua guru dianjurkan untuk sholat berjam’ah. Bahkan kami telah baru memprogramkan dan terlaksana sholat sunnat Dzuha di sekolah secara bergiliran dari setiap kelas yang dilaksanakan pada jam pertama. Hal ini bertujuan untuk melatih siswa agar terbiasa dengan rutinitas seperti ini, dan alhamdulillah berjalan dengan dukungan guru

yang membantu untuk membimbing dan membina di musholla. 153

Sesuai observasi yang dilihat, ternyata dalam sholat jum’ah memang semua guru dan siswa secara kompak melaksanakan sholat berjama’ah dhuhur dan juma’at, namun tidak semua guru yang ada di sekolah melaksanakan sholat berjam’ah dzuhur secara kompak, guru-guru secara bergantian sholat, hal ini disebabkan kamar mandi yang terbatas, terkadang berjama’ah dan terkadang tidak berjama’ah. Sebagaimana pernyataan Drs. Akh. Masrur bahwa “Guru agama Islam harus lebih giat lagi memotivasi siswa, memberikan masukan-masukan dengan cerita dan kisah nabi atau rasul. Hal ini salah satu cara dalam memberikan motivasi

dan pengaruh terhadap siswa untuk semangat belajar agama Islam”. 154

Ibid.

153 Masrukin. Op.Cit., tanggal 24 November 2008 .

154 Akh. Masrur. Op.Cit., tanggal 21 November 2008.

Dari keterangan ini disimpulkan bahwa guru PAI di SMP 4 Batu dalam membimbing dan menggerakkan siswanya telah memberikan cara- cara dan motivasi yang tinggi kepada siswanya. Sehingga suasana religius di alami oleh siswa. Namun demikian dukungan dari guru-guru yang lain masih kurang maksimal, yang kurang memberikan pengaruh terhadap siswa. Sehingga guru PAI harus lebih baik lagi dalam memotivasi siswa.

c. Penataan Ruang Kelas

Berdasarkan observasi yang dilihat penataan ruang kelas yang ada di SMP Negeri 4 Batu, bahwa siswa mudah untuk mengetahui dan mengambil alat/sumber belajar yang disediakan. Ukuran kelas cukup baik, tidak sesak, siswa dan guru dapat bergerak kearah mana saja. Sedangkan interaksi antara guru dengan siswa maupun antar siswa cukup mudah, tetapi bagi siswa yang duduk dibagian belakang sedikit kesulitan berinteraksi dengan guru, namun guru tetap berusaha mendekati siswa. Variasi kerja siswa di kelas secara perorangan, berpasangan, dan berkelompok sesuai dengan strategi/metode yang ingin digunakan.

Kelas merupakan fasilitas yang perlu ditata dengan membuat kreasi lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dan efisien yaitu:

1) Meja dan kursi guru dan siswa

Keadaan dan ukuran kursi dan meja guru yang ada cukup memadai bagi guru, yang dilengkapi dengan laci. Sedangkan pernyataan Bapak Mahmud Huda S.Ag. sebagai wali kelas VIIE mengenai posisi bangku ketika pembelajaran, mengemukakan bahwa:

Pengaturan bangku yang ada dikelas masih berbentuk tradisional, yaitu siswa duduk dalam barisan meja dan bangku yang menghadap lurus ke depan kelas dan papan tulis. namun guru berusaha untuk mengadakan variasi bangku itu guru membawa siswa ke ruang multimedia, disanalah siswa dapat belajar dengan kelompok yang pastinya mengubah bentuk bangku. Karena disana kursinya bergabung dengan mejanya, jadi mudah untuk dipindah-pindah. Sedangkan kalau di kelas jarang sekali

mengubah format bangku, karena sangat susah untuk dipindah. 155

Sedangkan menurut Bapak Akh. Masrur tentang format bangku adalah: Saat pembentukan belajar kelompok di kelas, jika tiap kelompok terdiri

dari 2 atau 4 siswa, maka pembelajaran saya adakan di kelas saja dan pengelompokan dibentuk berdasarkan urutan bangku. Tapi kalau anggota kelompoknya terdiri dari 6 siswa atau lebih, pembelajaran saya adakan di ruang multimedia, dan pengelompokannya dibentuk berdasarkan pilihan yang sudah ditentukan, misalkan dari segi kemampuan mereka. variasi format bangku yang sering digunakan

adalah format U, karena dengan ini belajarnya bisa interaktif. 156

Sesuai dengan hasil observasi yang dilihat bahwa di ruang multi media guru mengadakan pembelajaran dengan membentuk kelompok- kelompok diskusi, dan diruang ini juga guru agama menggunakan media VCD dalam pembelajaran materi tajwid, dengan begitu guru dapat mengadakan pembelajaran dengan efektif dan efisien.

Dari beberapa keterangan ini, dapat disimpulkan bahwa pengaturan meja guru dan siswa di dalam kelas sendiri, masih monoton pada bentuk tradisional, karena sulitnya pemindahan bangku dan tidak efisien untuk belajar kelompok, hanya efisien untuk belajar berpasangan. Sedangkan pembelajaran di ruang multimedia dapat dikatakan cukup efektif dari segi pengubahan bangku.

155 Mahmud Huda, Op.Cit., tanggal 21 November 2008 .

156 Akh. Masrur, Op.Cit., tanggal 21 November 2008 .

2) Pajangan kelas

Penataan pajangan atau gambar di kelas atau sekitar kelas merupakan pesan kesan tersendiri bagi siswa dan guru. Berdasarkan observasi banyak sekali pajangan yang berupa gambar/latar menarik dan yang ada di sekitar ruangan termasuk juga taman antara lain adalah:

Di depan ruang guru: “Waktu tidak akan terulang kembali untuk kedua kaliny, jika engkau terlambat maka waktu akan meninggalkanmu” - “Time will never come for the second chance, if you are late time will passed you by”

Di depan musholla: “Sudahkah Anda Sholat” Didepan kelas:” tiada jalan yang mulus untuk menjadi sukses ”-

“there is no smooth road to success” Di depan ruang TU “hari ini harus lebih baik dari pada kemarin, esok

hari harus lebih baik dari pada hari ini”- “to day must be better than yesterday, tomorrow must be better than today”

Di depan taman: “jagalah kebersihan lingkungan kita”- ”keep our environment clean”

Di depan lab IPA:”saya pasti bisa jika saya piker bisa”- “I can, if I think I can!”

Di depan kelas: “perbuatan baik akan selalu terkenang di hati”- “gratitude is the memory of the heart”

Di depan perpustakaan: “saying sudahkah engkau meluangkan waktumu untuk membaca hari ini”- “Honey, have you used your time to read today”

Di depan ruang computer dan internet: “pengetahuan akan sia-sia jika kita tidak menerapkannya dalam tindakan nyata”-“knowledge is useless if you don’t applay it whit the real action”

Berdasarkan wawancara dengan 2 siswa kelas IX bahwa: Ya…ketika gambar dan motto-motto itu baru di pajang di sekitar

sekolah,saya dan temen-teman bergerumun membacanya, bahkan pernah dalam pelajaran bahasa daerah jawa, kami dapat tugas mengartikannya ke bahasa jawa. Mau tidak mau kita mencermati isi dari motto itu. Bagi kami pajang di lingkungan kelas telah memberikan memberikan pesan dan kesan tersendiri untuk terus

semangat. 157

Hasil wawancara dengan siswa kelas IX SMP Negeri 4 Batu, Diah dan Fitri pada tanggal 23 November 2008.

Dari data-data ini dan observasi yang dilihat peneliti, maka disimpulkan bahwa pajangan yang ada di sekitar sekolah dapat dikatakan telah memberikan inspiratif tersendiri bagi siswa.

3) Almari dan Penyimpanan bahan-bahan

Lemari yang berada disudut-sudut kelas, sebagaimana hasil observasi bahwa ternyata almari juga difungsikan sebagai rak buku yang tertata rapi, dan tidak semua kelas terdapat almari, namun tidak semua kelas terdapat lemari hanya 70 % kelas yang terdapat almarinya, itupun tidak semuanya terisi buku-buku yang biasanya untuk dibaca siswa. Pengaturan dan fungsi almari diserahkan kepada kebijakan kelas masing- masing. Penyimpanan barang-barang di kelas seperti sapu dengan digantung disudut belakang kelas. Barang yang lain diletakkan dilemari bagian bawah. Sedangkan bagian atas atau nomor dua ditempati buku- buku yang biasanya siswa membacanya. Jadi penyimpanan barang/bahan dan buku menjadi satu.

Dari observasi ini, dapat disimpulkan bahwa almari sebagai sarana dan prasarana masih belum memenuhi kebutuhan siswa. Hal ini terlihat pada penyimpanan barang/bahan dan buku menjadi satu. Peneliti belum mengetahui penyebab dari hal ini.

4) Papan tulis

Papan tulis yang ada disetiap kelas layak untuk digunakan, baik ukuran maupun warnanya, warnanya hitam yang dilengkapi tempat kapur dan penghapus.

5) Bunga

Bunga merupakan khas tersendiri dari kota Batu. Bunga yang ada pada setiap kelas terletak didepan kelas, atau di depan ruangan kelas (bunga digantung bagian luar kelas). Sesuai observasi yang dilihat peneliti bahwa, siswa sangat rajin menyiram dan merawat bunga di sekitar kelas, meskipun hal itu sebenarnya bukan tugas mereka.

Dari hal ini, dapat dilihat bahwa kelas menjadi indah dan segar, yang memberikan pikiran yang segar dan suasana positif di kelas.

6) Ventilasi

Ventilasi disetiap kelas telah mampu menerima cahaya dari luar ruangan, sehingga siswa tidak merasa silau ataupun gelap. Letak ventilasi berada disebelah kanan dan kiri kelas. Ventilasi tidak berlawanan dengan bagian depan, cahaya tidak masuk dari arah belakang. Dari hasil observasi, disimpulkan bahwa ventilasi yang ada setiap kelas sudah memenuhi syarat sebagai ruangan yang layak untuk ditempati dalam belajar.

7) Papan presensi

Pengadaan papan presensi di setiap kelas oleh siswa difungsikan setiap hari. Berdasarkan observasi, kelengkapan pengisiannya dilakukan oleh siswa yang piket kebersihan pada hari itu.

PAPAN PRESENSI

Kelas: No.

Nama Siswa

Absensi

Keterangan

8) Struktur organisasi kelas

Setiap kelas telah memiki perangkat kelas secara lengkap. Dari hasil observasi siswa membuat struktur kelas dengan bermacam-macam bentuk. Mulai dari yang sederhana berupa print out biasa hingga ada yang menggunakan kertas karton berwarna (manila). Hal ini tergantung pada kreatifitas kelas.

9) Halaman sekolah Berdasarkan wawancara dengan siswa SMP Negeri 4 Batu bahwa: lingkungan yang ada di sekitar sekolah indah sekali, memang sekolah

kita ini terletak di daerah dataran tinggi yang lumayan desa, udaranya segar, lingkungannya masih alami, kita senang sekolah disini. Kalau taman disini bagus sekali, bersih dan hiasan bunga dan tanamannya masih alami, bukan buatan. Oya... kalau tentang kebersihan kelas dan sekitarnya biasanya dilakukan pengontrolan setiap senin setelah

upacara. Semua kelas wajib bersih. 158

Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa halaman dan taman yang ada diakui oleh siswa adalah bagus dan indah. Ketertiban menjaga kebersihan dan keindahan di lingkungan sekolah, termasuk taman adalah tanggung jawab seluruh warga sekolah.

d. Pengelolaan Perilaku Siswa

Perilaku siswa di rumah dan sekolah merupakan suatu warna kepribadian siswa. Sikap dan tindakan mereka terbentuk sedemikian dengan pengaruh kepribadian dan lingkungan mereka, baik di rumah maupun di sekolah. Tingkah laku dan sikap siswa dirumah yang bermacam-macam itu juga berpengaruh terhadap tingkah laku siswa di

158 Anggun, Op.Cit., tanggal 23 November 2008.

sekolah. sehingga guru dalam proses pembelajaran perlu mengelola tingkah laku siswa yang beraneka ragam, agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

Di SMP Negeri 4 Batu dalam membina perilaku siswa sudah ditentukan peraturan-peraturan sekolah yang dapat membantu guru dalam mengatur perilaku siswa. Perilaku peserta didik disekolah memerlukan perhatian dan pengelolaan. Strategi-strategi untuk menciptakan dan memelihara suasana lingkungan pembelajaran yang positif (konsisten) dengan peranan baru peserta didik juga perlu dikelola. Sebagaimana program yang sudah terencana dan terlaksana yaitu sekolah SMP Negeri 4 Batu mengimplementasikan norma yang berlaku dimasyarakat dalam kehidupan sekolah, misalnya berpartisipsi dalam FORMULASATU, kebiasaan antre, santun kepada orang lain (yang merupakan pengembangan diri tak terstruktur). Adapun pernyataan Mahmud Huda S.Ag. mengemukakan:

Untuk menciptakan suasana positif di dalam dan diluar kelas, guru harus merealisasikan program sekolah sebagai suatu pengembangan diri bagi siswa dan guru, seperti sapa, salim, salam, senyum dan santun, ya.. tentu saja dimulai dari guru sendiri, dari sinilah kita sebagai guru mendidik

diri dan siswa, sehingga ada keakraban diantara siswa dan guru. 159

Pernyataan ini diperkuat dengan observasi yang dilihat peneliti, kebiasaan sapa, salim, salam, senyum dan santun di sekolah telah membawa keakraban di kelas dan di sekolah tanpa kehilangan suatu

159 Mahmud Huda, Op.Cit., tanggal 24 November 2008.

wibawa seorang guru. Sesuai hasil wawancara dengan Diah dan Fitri, siswa kelas IX bahwa: kalau di kelas Bapak mengajar selalu jalan ke belakang, tidak berada di

depan saja, terutama waktu belajarnya kelompok, Ya...kita sering di luar kelas ngumpul dengan teman-teman, ngobrol, guyon. Tidak pernah ada masalah dengan guru agama. Pelajaran agama itu nyantai suasananya gak

pernah tegang, gak seperti pelajaran IPA. 160

Dari hasil angket dibawah ini mengenai keakraban siswa dengan guru bahwa 50 % siswa yang mengetahui guru PAI pernah berbicara/bertukar pendapat terhadap permasalahan siswa, 40,9 % siswa mengetahui guru PAI jarang berbicara/bertukar pendapat terhadap permasalahan siswa, sedangkan 9,1 % siswa mengetahui guru PAI tidak pernah berbicara/bertukar pendapat terhadap permasalahan siswa.

Tabel VII

Tanggapan siswa tentang guru PAI dalam berbicara/bertukar pendapat terhadap permasalahan siswa

No.Item Alternatif jawaban

F 100 % 7 a. Ya, pernah

66 50 b. Jarang

54 40,9 c. Tidak pernah

Sedangkan persahabatan atau keakraban antar siswa, sesuai dengan hasil angket dengan 83,3 % siswa yang menanggapi terjalinnya persahabatan atau keakraban menggambarkan bahwa sudah terjalin persahabatan atau keakraban antar siswa. 16,7 % siswa menanggapi kadang-kadang terjalin persahabatan atau keakraban dengan siswa lain, sedangkan tidak ada siswa yang menanggapi tidak pernah terjalinnya persahabatan atau keakraban dengan siswa yang lain.

160 Diah dan Fitri, Op.Cit., tanggal 23 November 2008.

TABEL VIII

Tanggapan siswa tentang terjalinnya persahabatan atau keakraban dengan

teman-temannya

No. Item Alternatif jawaban N F 100% 8 a. ya, sudah

132 110 83,3 b. Kadang-kadang

22 16,7 c. Tidak pernah (sering bermasalah)

- JUMLAH

Dari keterangan ini, dapat disimpulkan bahwa penciptaan suasana positif di sekolah, termasuk kelas pada SMP Negeri 4 Batu, dari perhatian guru terhadap siswa, keakraban guru dengan siswa dan antar siswa sudah dapat dikatakan baik. Hal ini merupakan hasil usaha guru dalam menciptakan suasana kondusif dalam proses pembelajaran PAI dikelas.

Selain itu untuk keakraban yang kukuh, guru sebagai pendidik dapat mengajarkan siswanya berperilaku yang baik. Sebagaimana pernyataan Bapak Drs. Masrukin:

Ketika siswa melakukan perilaku yang tidak dinginkan (perilaku buruk), guru jangan sampai merespon dengan tindakan atau sikap yang negatif, akan tetapi guru mencoba untuk mengajarkan sikap atau perilaku yang sebenarnya, mencoba sharing dengan mereka merupakan

tindakan yang Insya Allah dapat menyadarkan mereka. 161

Sedangkan Bapak Drs. Akh. Masrur juga mempunyai trik tersendiri terhadap siswa yang tidak mengerjakan tugas (PR), sebagaimana ungkapan beliau:

Biasanya saya membuat kesepakatan dengan siswa, sebagai konsekuensi dengan mereka bahwa tindakan atau sanksi apa, apabila ada teman kalian yang tidak mengerjakan PR?, wah, anak-anak biasanya langsung ramai untuk menjawabnya. Biasanya yang sering dilakukan itu bernyanyi di kelas sambil jalan. Atau kalau sudah berulangkali tidak mengerjakannya, saya tetap menagih tugasnya atau

161 Masrukin , Op.Cit., tanggal 24 November 2008.

diberi tugas lain. Hal ini secara tidak langsung, kasarannya sebagai hukuman bagi mereka. 162

Dari hasil angket di bawah ini menunjukkan bahwa 75 % siswa mengetahui guru PAI dalam menghadapi dan menyikapi siswa yang tidak mengerjakan tugas (PR) pelajaran agama Islam, 1,52 % siswa mengetahui sikap guru PAI dengan mengerjakan diluar terhadap siswa yang tidak mengerjakan tugas (PR), sedangkan 9,8 % siswa yang mengetahui sikap guru PAI dengan membiarkan siswa yang tidak mengerjakan tugas (PR).

TABEL IX

Tanggapan siswa tentang guru PAI dalam menyikapi siswa yang tidak mengerjakan tugas rumah (PR) pelajaran agama Islam

No. Item

N F 100% 5 a. Memberi hukuman

Alternatif jawaban

132 99 75 b. Mengerjakan diluar

20 15,2 c. Membiarkan

Dari hasil angket menunjukkan di bahwa 98,48 % siswa mengetahui sikap guru PAI dalam memberikan teguran terhadap siswa yang mengganggu proses pembelajaran PAI, dan 1,52 % siswa yang mengetahui sikap guru PAI dengan membiarkan saja siswa yang mengganggu proses pembelajaran PAI, sedangkan tidak ada siswa yang mengetahui sikap guru dengan mengeluarkan siswa yang mengganggu proses pembelajaran PAI.

Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa guru dalam menyikapi tindakan siswa yang salah, guru menyikapinya dengan teguran dan pendekatan pengajaran yaitu mengajarkan hal yang sebenarnya dari hal yang salah. Sedangakan tindakan siswa yang tidak mengerjakan tugas

162 Akh. Masrur , Op.Cit., tanggal 21 November 2008.

(PR) yaitu dengan memberikan ancaman ringan dan hukuman ringan sebagai konsekuensi dari perbuatannya

Selanjutnya bapak Drs. Masrukin mengemukakan tentang respon guru terhadap perilaku siswa yang baik (positif) bahwa: Guru cukup memberikan penguatan positif terhadap siswa yang

berperilaku baik, misalkan dengan kata-kata “bagus” dan “siip” dan sebagainya, dengan ini dapat mensuport mereka, dan dengan ungkapan-

yang positif akan dapat memberikan kesan tersendiri bagi siswa.. 163 .

Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa guru dalam menyikapi siswa yang berperilaku baik, maka guru menggunakan penguatan positif kepada siswa. Begitu juga pun sebaliknya, siswa yang bersikap negative atau melakukan kesalahan, guru tetap juga menyikapinya dengan sikap positif dan tidak memarahinya.

e. Penerapan Strategi Pembelajaran.

Dalam menerapkan suatu strategi pada suatu pembelajaran, maka sangat dipertimbangkan masalah waktu. Jadwal mata pelajaran pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Batu telah ditentukan oleh kurikulum sebanyak 40 menit / jam pelajaran, yang dikemas dalam 2 jam pelajaran dalam 1 mingguya. Menurut bapak Drs. Akh. Masrur tentang target waktu yang disediakan menyatakan bahwa:

Waktu yang sangat minim ini, guru perlu dan harus pandai-pandai memanaj waktu, sebelum permulaan pelajaran, meskipun sudah membuat RPP jauh sebelumnya. Guru perlu mempelajari pekan efektif yang akan digunakan dalam pembelajaran. Jadi guru harus membuat dan siap dengan promes dan perangkat lainnya yang sesuai dengan KD-

nya. 164

Masrukin , Op.Cit., tanggal 28 November 2008. 164 Akh. Masrur , Op.Cit., tanggal 24 November 2008.

Adapun pernyataan yang disambung oleh Drs. Masrukin yaitu: Setelah menyusun langkah-langkah terencana mengenai pekan-pekan

dan hari efektif, guru perlu menentukan penggunaan blok-blok waktu instruksional yang dialokasikan dalam jadwal harian yaitu: guru mempersiapkan bahan-bahan atau petunjuk-petunjuk prosedur yang akan digunakan, misalnya seperti akan dibentuk kelompok diruang multimedia. Nah guru perlu memberikan petunjuk-petunjuk yang akan dilakukan nantinya.petunjuk ini disosialissikan sebelum jam pelajaran

dimuai atau pada waktu pertemuan sebelumnya, melalui ketua kelas. 165

Mengenai langkah-langkah dalam proses pembelajaran dijelaskan oleh beliau bahwa: Dalam proses pembelajaran langkah awal yang menginformasikan

tujuan pembelajaran dan target apa saja yang harus dikuasai oleh siswa dalam materi yang dipelajari itu. Guru sambil memberikan appersepsi kepada siswa, agar mereka termotivasi dan semangat untuk mempelajari

materi itu. 166

Sesuai dengan observasi dan dokumen yang diperoleh bahwa RPP dan perangkat pembelajaran lainnya sudah dipersiapkan jauh sebelumnya oleh guru PAI. sebagaimana wawancara dengan siswa kelas IX fitri, Diah dan Anggun menyatakan :

Selama ini Bapak yang mengajar pelajaran agama, Bapaknya ketika mengajar selalu siap, tepat waktu, tidak selalu molor, dan suka memberi motivasi kepada kita untuk belajar agama, dan sering nglucu. Kalau pelajaran agama itu gak pernah tegang, tapi kalau mengenai semangat mengikuti pelajaran agama ya tidak pasti. Kalau sudah capek agak siang

jam terakhir, sudah kelihatan malasnya. 167 Kalau tentang materi yang disampaikan, ya.. faham, tapi pastinya ada yang belum dipahami,

biasanya teman-teman tanya hal-hal yang belum dipahami, tapi yang tanya memang tetap anak itu saja, yang lain jarang mau bertanya kalau

gak dipaksa terutama dalam belajar kelompok diskusi. 168

165 Masrukin , Op.Cit., tanggal 28 November 2008.

167 Akh. Masrur , Op.Cit., tanggal 24 November 2008. Fitri dan Diah, Op.Cit tanggal 23 November 2008 168 Anggun, Op.Cit., tanggal 24 November 2008

Dari hasil angket di bahwa ini menunjukkan 35,61 % siswa memiliki semangat/senang yang tinggi mengikuti pembelajaran PAI, dan 64,39 % siswa yang kadang-kadang semangat/senang mengikuti pembelajaran PAI, sedangkan tidak terdapat siswa yang tidak pernah semangat/senang mengikuti pembelajaran PAI.

TABEL X

Tanggapan siswa tentang semangatnya dan sikap senangnya dalam mengikuti pembelajaran PAI

No. Item

N F 100 % 1 a. Selalu senang

Alternatif jawaban

132 47 35,61 b. Kadang-kadang

85 64,39 c. Tidak pernah semangat

JUMLAH

Hasil angket jdibawah ini uga menunjukkan bahwa 33,33 % siswa yang aktif dalam pembelajaran PAI, dan 62,88 % siswa yang kadang- kadang aktif dan tidak aktif dalam pembelajaran PAI, sedangkan hanya terdapat 3,79 % siswa yang tidak pernah aktif dalam pembelajaran PAI.

TABEL XI

Tanggapan siswa tentang partisipasinya aktif dalam pembelajaran PAI No. Item

N F 100% 3 a. Ya, selalu

Alternatif jawaban

132 44 33,33 b. Kadang-kadang

83 62,88 c. Tidak pernah

Dari data-data yang diperoleh ini, disimpulkan bahwa kesiapan guru mengajar di kelas tidak diragukan lagi. Siswa sudah memiliki asumsi terhadap guru PAI bahwa guru mampu dan berhasil membuat kelas tidak tegang dan santai. Mengenai kesemangatan siswa mengikuti pembelajaran tidak pasti, disebabkan energi fisik siswa yang menurun dan capek pada jam pelajaran yang agak siang. Sedangkan keaktifan siswa dikelas masing Dari data-data yang diperoleh ini, disimpulkan bahwa kesiapan guru mengajar di kelas tidak diragukan lagi. Siswa sudah memiliki asumsi terhadap guru PAI bahwa guru mampu dan berhasil membuat kelas tidak tegang dan santai. Mengenai kesemangatan siswa mengikuti pembelajaran tidak pasti, disebabkan energi fisik siswa yang menurun dan capek pada jam pelajaran yang agak siang. Sedangkan keaktifan siswa dikelas masing

Kualitas pengajaran merupakan sesuatu yang harus diupayakan, diperhalus, dan diimplementasikan guru-guru secara sukses, demi tercapainya tujuan poembelajaran dan prestasi belajar siswa. Guru harus cerdas memberdayakan strategi-strategi yang baru dan yang telah teruji keefektifannya. Di SMP Negeri 4 Batu telah mempunyai rencana program sebagai suatu sasaran operasional bahwa melaksanakan proses pembelajaran untuk semua kelas dengan berbasis pendekatan pembelajaran aktif, diantaranya CTL dan PAKEM. Dalam pembelajaran PAI, telah dengan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan efisien, menyenangkan) telah dilakukan oleh guru PAI juga. Namun tidak semua pembelajaran PAI di selesaikan dengan CTL. Sebagaimana pernyataan Drs. Akh. Masrur tentang PAKEM:

Guru membawa siswa keluar kelas menuju taman, tentu saja sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran, yang mana kebetulan pada waktu itu tentang materi tauhid (sifat-sifat Wajib dan Mustahil bagi Allah SWT) hal ini bertujuan untuk meletakkan pemahaman bagi siswa tentang sifat wajib bagi Allah. Dengan terbawanya siswa ke lingkungan luar yang sesungguhnya, penciptaan makhluk hidup dan benda mati,

siswa dapat menangkap makna dari materi itu. 169 Pada hasil observasi yang sempat dilihat pada waktu pembelajaran

oleh beliau yang kebetulan pertemuan pertama untuk mengajar tentang bahasan sholat wajib. Langkah-langkah pembelajaran sebagai suatu strategi yang diadakan di ruang multimedia saat itu adalah sebagai berikut:

169 Akh. Masrur , Op.Cit., tanggal 24 November 2008

1. Melakukan do’a dan tadarrus bersama

2. Mengadakan appersepsi dengan ceramah dan tanya jawab secara interaktif pada awal pembelajaran dan menjelaskan hal-hal apa yang harus dikuasai siswa. Ketika itu di singgung masalah pengertian sholat dan fungsi sholat. dilanjutkan dengan pembentukan kelompok (5 kelompok) yang sudah ditentukan sebelumnya.

3. Anggota kelompok diberi waktu 5 menit untuk membaca dan memahami tentang sholat wajib. Kemudian siswa mengumpulkan dan berdiskusi tentang hal-hal yang berkaitan dengan sholat wajib dan.

4. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain memberikan tanggapan. Ketika itu masing-masing kelompok diberi waktu presentasi hanya 5-7 menit, sehingga yang terjadi masing-masing kelompok mempresentasikan satu bahasan materi yang belum di presentasikan oleh kelompok sebelumnya. Sehingga semua kelompok menghasilkan bahasan tentang syarat wajib, syarat sah, rukun sholat, dan hal-hal yang membatalkan sholat.

5. Guru memberikan penjelasan secara interaktif bersama siswa dengan diselangi tanya jawab dan canda gurau bagi siswa yang kelihatan tidak konsentrasi (melamun). Secara bersamaan guru melakukan penilaian terhadap anak yang aktif bertanya dan menjawab.

6. Diadakan penguatan terhadap materi yang telah dibahas tadi.

7. Guru mengadakan refleksi dan evaluasi bagi setiap kelompok terhadap proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan saat itu

8. Guru memberi tugas (PR) untuk menyalin dalil sholat wajib dan siswa diminta menghafal dalil sholat serta bacaan-bacaan dalam sholat. 170

Berdasarkan observasi pada pembelajaran PAI oleh Bapak Drs. Masrukin, yang mana beliau kebetulan telah mengalami hambatan mengenai waktu dari siklus pembelajarannya di kelas VIIIE bahwa terdapat waktu/pekan efektif yang kebetulan beliau tidak bisa masuk ke kelas ini, sehingga beliau tidak menggunakan strategi yang telah direncanakan sebelumnya. Berikut ini langkah-langkah dalam

pembelajaran sesuai dengan observasi: 171

1. Melakukan do’a dengan bacaan fatihah, dilanjutkan dengan pengabsenan yang selangi dengan canda gurau guru dengan siswa, sehingga tidak tampak adanya ketegangan pada siswa dan guru.

2. Sebelum masuk inti pembelajaran guru menyuruh siswa berdiri dan menggerakkan badannya sagar tidak ngantuk. Selanjutnya guru memotivasi siswa untuk belajar agama Islam, sehingga menghasilkan suatu motto “Belajar Agama?, Yes, Malas?, No!”.

3. Mengadakan appersepsi dengan tanya jawab interaktif dan memberikan penjelasan tentang materi sehingga siswa menguasinya.

4. Siswa memberikan waktu sebentar untuk membaca bukunya tentang sholat rawatib. Sedangkan guru memperhatikan siswa, terutama siswa yang tidak membaca buku.

Observasi proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMP Negeri 4 Batu 171 Observasi proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMP Negeri 4 Batu

5. Guru membahas tentang pengertian sholat sunnah rawatib, dengan menanyakan secara acak dan bergiliran kepada siswa apa sholat rawatib itu? Dan semua siswa respek untuk mempersiapkan jawaban dengan apa yang mereka ketahui tentang materi tersebut. Disamping itu guru memang memperhatikan dan menanyakan siswa yang melamun dan siswa yang sering sekali tidak memperhatikan pelajaran. Sehingga perhatian dan pandangan guru tidak pada satu titik siswa.

6. Setelah pendapat siswa tentang pengertian sholat sunnah rowatib yang masih diketahui abstrak dengan bahasa mereka sendiri, maka guru memberikan arahan mengenai ciri-ciri dari sholat rawatib, sehingga mereka dapat menyimpulkan dari pengertian sholat sunnah rowatib

7. Siswa dan guru bersama-sama membaca niat sholat rowatib, selanjutnya guru menghubungkan bacaan dalam sholat sunnah rawatib dengan sholat wajib. Sehingga siswa dengan sendirinya dapat menyebutkan macam-macam dan waktu dalam sholat sunnah rawatib, serta dapat menggambarkan cara melakukan sholat rawatib. guru juga menghubungkan materi ini dengan sholat lainnya.

8. Guru dan siswa membaca dalil naqli dari sholat rawatib, dilanjutkan bercerita tentang balasan orang yang tidak sholat. Disamping itu diselingi dengan senda gurau, sehingga siswa memperhatikan guru dan aktif bertanya. Dari salah satu siswa bertanya fungsi sholat rawatib.

9. Guru mengadakan penguatan materi dengan menegaskan/merevie kembali materi yang telah dipelajari tadi. Disamping itu guru memberi 9. Guru mengadakan penguatan materi dengan menegaskan/merevie kembali materi yang telah dipelajari tadi. Disamping itu guru memberi

10. Mengadakan evaluasi dengan cara seluruh siswa harus menutup bukunya dan guru memberikan pertanyaan/soal, sedangkan siswa langsung menjawabnya seketika itu dan seterusnya.

11. Setelah evaluasi selesai, terdiri dari 10 pertanyaan yang sesuai dengan indikator yang harus dikuasai oleh siswa, selanjutnya jawaban siswa tadi ditukar dengan teman sebangkunya dan jawabannya dikoreksi/dibahas secara bersama-sama. Kemudian hasil evaluasi dikumpulkan dan akan dimasukkan pada daftar nilai.

Dari hasil evaluasi yang diperoleh tadi, berdasarkan observasi yang dilihat peneliti bahwa nilai yang dicapai oleh siswa tadi secara kognitf dan psikomotorik rata-rata memperoleh nilai bagus. Namun dalam hal sholat secara afektif masih sulit diukur. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Masrukin menyatakan bahwa:

Memang hasil belajar dari aspek afektif sulit diukur, namun kami berusaha untuk memberikan motivasi kepada siswa di kelas, ketika di musholla mengajak untuk mempraktikkan sholat, seperti sholat dzuha. Menilai masing-masing sikap siswa terhadap materi PAI yang telah dipelajari, khususnya sholat, kami hanya bisa melihat dari hasil/keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

keagamaan. 172

Dari beberapa data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Appersepsi yang dilakukan guru ketika mengajar dilakukan dengan pemberian motivasi dan tanya jawab dengan mengaitkan materi dengan

172 Masrukin, Op.Cit., tanggal 28 November 2008.

materi sebelumnya atau pengetahuan yang lain. Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan bahwa umumnya pembukaan pembelajaran dilakukaan dengan tanya jawab ringan, karena keinteraktifan siswa dengan guru bisa terjalin lebih cepat, sehingga materi bisa mudah masuk kepada diri siswa dan suasana kelas dengan lebih cepat. Penyampaian materi yang disajikan dengan sistematis, dengan mendahulukan materi dari pada praktik, yang mana sesuai dengan wawancara bahwa umumnya penyampaian materi disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditetapkan. Strategi dan metode yang digunakan tanya jawab dan ceramah dengan membawa siswa untuk menemukan sendiri apa yang harus ia pelajari. Panilaian diperoleh dari proses kelompok, keaktifan dan individu yang dilakukan setelah materi benar-benar dikuasai oleh siswa.