Masalah-masalah Pengelolaan Kelas yang dihadapi Guru Pendidikan Agama Islam

1. Masalah-masalah Pengelolaan Kelas yang dihadapi Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam kegiatan pembelajaran di kelas sering biasa timbul gangguan tingkah laku yang tidak diinginkan dari siswa. Untuk mengatasi gangguan yang sering timbul ini guru dapat melakukan tindakan kuratif

pada masalah pengelolaan kelas yang individual adalah: 73

a. Tingkah laku menarik perhatian Bersikap masa bodoh, terhadap pelanggaran siswa yang menunjukkan tingkah laku menarik perhatian, kemudian memberikan respon positif terhadap tingkah laku siswa yang positif.

b. Tingkah laku mencari kekuasaan Memberikan tugas yang bersifat memimpin, memberikan tugas yang memerlukan keberanian, dan memberikan tugas yang menuntut

73 J.J. Hasibuan dkk., Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remadja Karya, 1988), hlm. 180.

kekuatan fisik, bagi siswa yang menunjukkan tingkah laku dapat menguasai orang lain seperti mendebat, marah, dan selalu lupa pada peraturan kelas yang disepakati sebelumnya.

c. Tingkah laku membalas dendam Tidak memberikan respon, ekspresi wajah yang wajar terhadap siswa yang menunjukkan tingkah laku membalas dendam. Misalnya siswa mengancam, menendang, dan biasanya berperilaku merasa lebih kuat.

d. Peragaan ketidakmampuan. Bagi siswa yang menunjukkan ketidakmampuan, biasanya bersikap sangat apatis (masa bodoh) terhadap pekerjaan apapun, maka guru tidak menyalahkan siswa secara langsung, guru menunjukkan segi keberhasilan siswa.

Masalah individual dalam pengelolaan kelas cenderung tidak menjadi sesuatu yang berkepanjangan. Tetapi masalah kelompok seringkali menjadi masalah serius. Untuk mengatasi masalah pengelolaan

kelas yang bersifat kelompok dapat dilakukan tindakan sebagai berikut: 74

a. Kelas kurang kohesif. Kurangnya kesatuan kelas dapat diatasi dengan meningkatkan keakraban dan kerjasama. Mengusahakan kesatuan kelas dapat dengan membuat kelompok menjadi menarik bagi semua anggota dan memperbaiki iklim kelas. Langkah pertama adalah menganalisis situasi

74 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, hlm. 119 74 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, hlm. 119

b. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya. Masalah ini dapat diatasi dengan membangun kerjasama dan persahabatan, Dengan berinteraksi dan komunikasi, siswa akan dapat gambaran realistik tentang situasi kelompok kelas, mengembangkan pengertian untuk mengurangi konflik antar individu, dan belajar

mengendalikan diri untuk menciptakan situasi belajar yang baik. 76

c. “Membesarkan” hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya pemberian semangat kepada badut kelas. Masalah ini merupakantindakan yang mengganggu kondisi kelas. Guru harus segera menghentikannya secara tepat dan segera. Pesan-pesan non-verbal atau body/language baik berupa isyarat tangan, bahu, kepala,

alis dan sebagainya dapat membantu guru dalam pengelolaan kelas. 77

d. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Misalnya gangguan jadwal, atau guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain, dan sebagainya. Keadaan ini disebabkan menurunnya motivasi dan kegairahan belajar siswa, maka guru perlu membangkitkan semangat siswa untuk belajar

76 Made Pidarta, Op.Cit., hlm. 39. Ibid., hlm. 47- 48 77 Ahmad, Rohani H.M. dan Abu Ahmadi, Op.Cit., hlm. 130.

e. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap. Masalah ini mungkin disebabkan belum adanya tata tertib kelas sebelumnya. Guru melakukan kontrol sosial melalui pendekatan. Dengan siswa merasa dekat dengan guru akan memperkecil kesempatan

mereka untuk berbuat nakal dan melanggar tata tertib sekolah. 78

f. Semangat kerja rendah. Misalnya aksi protes kepada guru karena menganggap tugas yang diberikan kurang adil. Masalah ini diatasi dengan siasat yang tertib, melalui sikap demokratis guru, akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk ikut terlibat dalam menegakkan disiplin sekolah, ikut bertanggung jawab dan ikut

mempertahankan aturan yang telah ditetapkan bersama. 79 Menurut Hadari Nawawi tipe kepemimpinan demokratis oleh

seorang guru dilingkungan kelasnya pada umumnya lebih berhasil dalam menciptakan dinamika kelas yang positif. Namun kepemimpinan demokratis tidaklah berarti pemberian hak kepada seseorang untuk mewujudkan kehendaknya masing-masing, akan tetapi diarahkan pada usaha menciptakan terpenuhinya keinginan pribadi tanpa mengorbankan kepentingan bersama. Oleh karena itu, kepemimpinan ini akan lebih tepat dipergunakan dalam lingkungan lembaga pendidikan dan kelas, bilamana

disertai sikap otoriter yang lunak. 80

79 Ibid., hlm. 131. Ibid., hlm. 135.

80 Ibid., hlm. 140.

Kepemimpinan demokratis bukan hanya memberikan kebebasan secara penuh kepada siswa untuk melakukan hal-hal yang diinginkan mereka, namun juga diperlukan sikap otoriter yang lunak sebagai wujud adanya kedisiplinan demi terlaksananya dinamika kelas yang efektif sehingga akan menjadi suatu dukungan terhadap proses pengelolaan kelas.