Prestasi Belajar
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi akan dihasilkan selama seseorang melakukan suatu kegiatan. Nasrun Harahap dan kawan-kawan memberikan batasan, bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. 58 Menurut
57 Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam di Sekolah, http://www.ditpais.info . Hlm.: 9-11. 58 Syaiful Bakri Djamarah, Op.Cit., hlm. 20.
Syaiful Bahri Djamarah prestasi adalah hasil dari sebuah kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. 59
Prestasi dapat diartikan penilaian dari hasil kegiatan pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran dan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum
Sedangkan pengertian belajar secara psikologis menurut Slameto merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 60 Setelah mengetahui pengertian ”prestasi´ dan ”belajar” dari para
ahli, maka dapat diambil pengertian yang sederhana bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. 61 Dengan demikian prestasi belajar yang dikehendaki dalam
pembahasan ini adalah suatu hasil usaha kegiatan belajar dalam pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yang mana hasil belajar itu dapat dilihat dalam Kompetensi Dasar tertentu yang terwujud dalam bentuk nilai deskriptif maupun angka.
59 Ibid. 60 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Bina Aksara, 1988),
hlm. 2. 61 Syaiful Bahri Dajmarah, Op.Cit., hlm. 23.
2. Sistem Penilaian Prestasi Belajar
Sistem penilaian merupakan suatu prosedur dan kriteria-ktiteria penilaian yang diberlakukan sekolah untuk menetapkan tingkat ketuntasan belajar dan kenaikan kelas peserta didik. Sistem penilaian itu berfungsi untuk mengendalikan proses dan hasil belajar prestasi belajar dalam mengimplentasikan kurikulum. Dalam dokumen KTSP, pembahasan
tentang sistem penilaian sekurang-kurangnya menggambarkan: 62
1. Model dan prosedur penilaian proses dan hasil belajar
2. Penetapan kriteria ketuntasan belajar minimal (KKM)
3. Penetapan kriteria ketentuan kenaikan kelas Sistem penilaian di SMP/MTs sebagai berikut :
a. Penilaian dilakukan dengan mengacu pada kriteria hasil penilaian proses, ujian blok, dan ujian sekolah/madrasah.
b. Penentuan kenaikan kelas dilaksanakan setiap akhir tahun pelajaran
c. Peserta didik dinyatakan tidak naik ke kelas VIII, apabila yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih dari tiga mata pelajaran
d. Peserta didik dinyatakan tidak naik ke kelas IX, apabila yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih dari tiga mata pelajaran
62 Muhaimin, Sutiah, dan Sugeng Listyo Prabowo, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah & Madrasah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008),
hlm. 104.
e. Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas, diwajibkan mengulang, yaitu mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran pada tingkat kelas yang sama pada tahun pelajaran berikutnya
f. Laporan hasil belajar peserta didiik disampaikan kepada peserta didik dan orang tua/wali peserta didik, setiap akhir semester.
g. Ketuntasan belajar peserta didik ditetapkan oleh musyawarah guru bidang studi berdasarkan acuan yang ditetapkan oleh SMP/MTS masing-masing. SKBM atau KKM peserta didik tersebut berbeda pada tiap mata pelajaran setelah diperhitungkan tingkat kompleksitas, daya dukung, dan intake (kemampuan rata-rata siswa). Misalnya di SMP tertentu ditetapkan KKM pada mata pelajaran PAI adalah nilai 75.
Sedangkan Penetapan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berisi tentang kriteria dan mekanisme penetapan ketuntasan minimal per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah/madrasah. Penetapan nilai ketuntasan belajar minimum dilakukan melalui analisis ketuntasan minimum pada setiap indikator KD dan SK. Masing-masing dimungkinkan adanya perbedaan nilai ketuntasan belajar dan penetapannya harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut: 63
a. Tingkat kompleksitas Tingkat kompleksitas adalah tingkat kerumitan dan kesulitan setiap indikator, KD dan SK per mata pelajaran yang harus dicapai oleh
63 Ibid.
siswa. Tingkat kompleksitas tinggi, bila dalam pelaksanaan suatu indikator, KD, SK, MP menuntut kemampuan berfikir tingkat tinggi, SDM memahami kompetensi yang harus dicapai siswa secara kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran, membutuhkan waktu cukup lama karena perlu pengulangan.
Pertimbangan tingkat kompleksitas mata pelajaran dalam menetapkan KKM didasarkan pengalaman dan analisis guru bidang studi terhadap tingkat kerumitan dan kesulitan setiap indikator, KD dan SK mata pelajatan. Semakin tinggi tingkat kompleksitas mata pelajaran, maka semakin sulit untuk dicapai, sehingga rata-rata nilainya sangat rendah. Semakin rendah tingkat kompleksitas, maka semakin mudah dapat dicapai, sehingga rata-rata nilainya sangat
tinggi. 64 Dari sinilah penetapan kriteria penilaian dapat diperoleh : • Kompleksitas 1 jika tingkat kesulitan, kerumitan materi pada setiap
SK/KD/Indikator yang harus dikuasai peserta didik sangat sulit/tinggi untuk mencapai nilai ketuntasan
• Kompleksitas 2 jika tingkat kesulitan, kerumitan materi pada setiap SK/KD/Indikator yang harus dikuasai peserta didik sulit/tinggi
untuk mencapai nilai ketuntasan (tingkat kesulitannya lebih rendah dari kompleksitas 1 )
64 Ibid.
• Kompleksitas 3 jika tingkat kesulitan, kerumitan materi pada setiap SK/KD/Indikator yang harus dikuasai peserta didik cukup mudah
untuk mencapai nilai ketuntasan • Kompleksitas 4 jika tingkat kesulitan, kerumitan materi pada setiap
SK/KD/Indikator yang harus dikuasai peserta didik sangat mudah untuk mencapai nilai ketuntasan
b. Tingkat intake Intake adalah tingkat kemampuan rata-rata siswa pada sekolah/madrasah yang bersangkutan. Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh kesiapan da kemampuan peserta didik. Karena itu kondisi rata- rata kemampuan peserta didik perlu dijadikan acuan standar keberhasilan pembelajaran.
Pertimbangan intake siswa dalam menetapkan KKM kelas awal didasarkan pada rata-rata tingkat kemampuan awal peserta hasil seleksi PSB, NUN, raport kelas 3 SMP, test seleksi masuk atau psikotes, didasarkan dari hasil belajar semestar sebelumnya. Sedangkan untuk kelas diatasnya didasarkan pada tingkat pencapaian KKM siswa pada semester atau kelas sebelumnya. Semakin tinggi rata-rata kemampuan peserta didik, maka semakin mudah untuk mencapai hasil belajar, sehingga nilainya sangat tinggi. dan semakin rendah rata-rata kemampuan peserta didik, maka semakin sulit untuk mencapai hasil Pertimbangan intake siswa dalam menetapkan KKM kelas awal didasarkan pada rata-rata tingkat kemampuan awal peserta hasil seleksi PSB, NUN, raport kelas 3 SMP, test seleksi masuk atau psikotes, didasarkan dari hasil belajar semestar sebelumnya. Sedangkan untuk kelas diatasnya didasarkan pada tingkat pencapaian KKM siswa pada semester atau kelas sebelumnya. Semakin tinggi rata-rata kemampuan peserta didik, maka semakin mudah untuk mencapai hasil belajar, sehingga nilainya sangat tinggi. dan semakin rendah rata-rata kemampuan peserta didik, maka semakin sulit untuk mencapai hasil
• Intake 4 jika rata-rata kemampuan siswa sangat mudah untuk dapat mencapai nilai ketuntasan
• Intake 3 jika rata-rata kemampuan siswa mudah untuk mencapai nilai ketuntasan (tingkat kemudahannya lebih rendah dari intake 4).
• Intake 2 jika rata-rata kemampuan siswa cukup mudah untuk dapat mencapai nilai ketuntasan
• Intake 1 jika rata-rata kemampuan siswa sangat sulit/rendah untuk dapat mencapai nilai ketuntasan
c. Daya dukung Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing sekolah/madrasah. semakin tecukupi sumber daya baik yang berupa sumber daya manusia maupun lainnya, semakin tinggi tingkat keefektifan pembelajaran.
Pertimbangan daya dukung sekolah dalam menetapkan KKM dapat didasarkan pada tingkat ketersediaan dan ketercukupan ketersediaan tenaga pendidikan, fasilitas yang tersedia, sarana dan prasarana pendidikan yang sangat dibutuhkan, Biaya Operasional Pendidikan, manajemen sekolah, kepedulian stakeholder sekolah. Semakin tinggi tingkat ketercukupan dan kesesuaian daya dukung, maka semakin mudah untuk mencapai hasil belajar, sehingga nilainya sangat tinggi.
65 Ibid.
Dan semakin rendah ketercukupan dan kesesuaian daya dukung sekolah, maka semakin sulit untuk dapat mencapai hasil belajar yang
ditetapkan, sehingga rata-rata nilainya sangat rendah. 66 Dengan demikian penetapan kritria penilaian dapat diperoleh
dengan : • Daya dukung 4 apabila ketersediaan, ketercukupan, dan kesesuaian
sumber pendukung sangat tinggi untuk dapat membantu dan mempermudah dalam mencapai nilai ketuntasan
• Daya dukung 3 apabila ketersediaan, ketercukupan, dan kesesuaian sumber pendukung tinggi untuk dapat membantu dan mempermudah dalam mencapai nilai ketuntasan (tingkat ketersediaan, ketercukupan dan kesesuaian sumber pendukung lebih rendah dari daya dukung 4)
• Daya dukung 2 apabila ketersediaan, ketercukupan, dan kesesuaian sumber pendukung cukup untuk dapat membantu dan
mempermudah dalam mencapai nilai ketuntasan • Daya dukung 1 apabila ketersediaan, ketercukupan, dan kesesuaian
sumber pendukung kurang cukup untuk dapat membantu dan mempermudah dalam mencapai nilai ketuntasan. Ada beberapa cara untuk menetapkan kriteria penilaian, yaitu:
a. Menggunakan penilaian skala, dengan memberikan point angka pada setiap kriteria yang ditetapkan.
66 Ibid., hlm. 98.
• Itake
: Sangat tinggi = 4
: Sangat tinggi = 1
• Daya dukung
: Sangat tinggi = 4
Contoh: jika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi dan intake siswa sedang nilainya adalah
(2+3+2) x 100 = 58,33
b. Menggunakan Rentang nilai pada setiap kriteria • Intake
: Sangat tinggi = 86 – 100
= ... < 54 • Kompleksitas : Sangat tinggi
= 86 - 100 • Daya dukung : Sangat tinggi
Contoh jika indikator memiliki kriteria kompleksitas rendah, daya dukung tinggi dan intake siswa sedang nilainya adalah
c. Melakukan analisis dan memberikan kriteria penilaian indikator KD, SK per mata pelajaran, untuk dimasukkan dalam kolom. Formula perhitungan nilai kesimpulan KKM per semester/tahun dihitung dengan cara:
Nilai Kriteria (K+DI) x 100 =KKM Per KD & Indikator
12 (skor maksimal)
Keterangan : K = Kompleksitas
D = Daya dukung
I = Intake
• KKM Standar Kompetensi (SK) = rata-rata dari seluruh jumlah nilai KKM KD & Indikatr
• KKM Mata Pelajaran (per smt/th) = rata-rata dari seluruh julah KKM SK-KD & Indikator
dalam satu semester/satu tahun
Contoh format
Kompetensi Dasar dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Indikatornya
Kriteria Penetapan Ketuntasan Nilai KKM
Kompleksitas (K) Daya Dukung (D) Intake (I) 1.1 Mendeskripsikan
hakikat bangsa dan unsur-unsur terbentuknya negara
• Mendeskripsikan
Sangat tinggi Tinggi 83,33 kedudukan
Sedang
(3) sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial •
Sedang 58,33 bangsa
Menguraikan pengertian
Tinggi
Sedang
(3) terbentuknya bangsa
• Manganalisis pengertian
Rendah 41,66 negara
Sangat tinggi
Tinggi
(1) terbentuknya negara
KKM KD & Indikator = Rata-rata dari JUMLAH TOTAL 61,10
Penilaian hasil belajar oleh pendidik hendaknya dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas. Adapun penilaian yang digunakan bertujuan menilai pencapaian kompetensi siswa sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian hasil belajar pelajaran agama dan akhlak mulia maupun kewarganegaraan dilakukan meliputi: 1) pengamatan terhadap ketaatan Penilaian hasil belajar pelajaran agama dan akhlak mulia maupun kewarganegaraan dilakukan meliputi: 1) pengamatan terhadap ketaatan
ujian ulangan atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif siswa. 67
Prestasi siswa yang dicapai tidak hanya dipandang dari hasil ulangan dan penugasan saja, tetapi peningkatan sikap dan pribadi mukmin yang bertakwa. Perhatian guru terhadap siswa mengenai ketaatannya dalam mengamalkan ajaran Islam sangat dibutuhkan sebagai suatu kontrol.
3. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP
Karakteristik utama pendidikan agama Islam adalah banyaknya muatan komponen being, disamping sedikit komponen knowing dan doing. Pembelajaran untuk mencapai being yang tinggi lebih mengarahkan pada usaha pendidikan agar murid melaksanakan apa yang diketahuinya itu dalam kehidupan sehari-hari. Bagian paling penting dalam PAI adalah mendidik murid agar beragama dengan memahami agama (knowing) dan terampil
melaksanakan ajaran agama (doing) yang mengambil porsi sedikit saja. 68 Peningkatan mutu guru agama Islam bertujuan agar mampu mendidik
muridnya untuk menguasai tiga tujuan ini sebagai suatu prestasi yang harus dicapai siswa di sekolah. Prestasi belajar pada pelajaran agama Islam diarahkan pada pembentukan kepribadian siswa yang utuh, yaitu siswa harus memahami ajaran Islam. Terampil melaksanakan ajaran agama Islam, dan dapat melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
67 Khaeruddin dan mahfud Junaedi, Op. Cit., hlm. 68. 68 Ahmad Tafsir, Op.Cit., hlm. 7.
4. Penilaian Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP
Standar penilaian berorientasi pada tingkat penguasaan kompetensi yang ditargetkan dalam Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Dalam Peraturan Pemerintah (PP) 19 Pasal 1 butir 5 dinyatakan bahwa Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Sedangkan dalam Pasal 1 butir 4 yang dimaksud SKL merupakan kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 69
Berdasarkan PP 19 Pasal 63 ayat (1) penilaian pada jenjang pendidikan dasar dan menengah bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik, pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, adalah dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan
hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. 70 Sedangkan pada Pasal 64 ayat 1 dan 2. Pasal 64 ayat 3 menyatakan
bahwa penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
69 Harris, 3_September_2007, panduan penilaian kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, Badan Standar Nasional Pendidikan, Departemen
Pendidikan Nasional 2007, oleh maspriesukorejo di/pada Januari 14, 2009, Ditulis dalam Uncategorized Maspriesukorejo’s Weblog , Just another WordPress.com weblog.
70 Ibid., 70 Ibid.,
ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. 71 Indikator yang terdapat dalam Standar Kompetensi mata pelajaran
Pendidikan Agama dikelompokkan menjadi aspek: Kemampuan untuk mengembangkan konsep dan nilai-nilai kehidupan beragama, dan
Kemampuan untuk menerapkan konsep dan nilai-nilai kehidupan beragama melalui Praktik atau Pengalaman Belajar.
Berdasarkan hal itu, nilai hasil belajar yang dicantumkan dalam Rapor juga mencakup aspek: Penguasaan Konsep dan Nilai-nilai, dan Penerapan.
Untuk kepentingan pembelajaran dan penilaian, analisis terhadap seluruh indikator diperlukan untuk menentukan indikator yang termasuk ke dalam masing-masing aspek. Hasil belajar yang dicantumkan dalam Rapor merupakan keputusan akhir yang menyimpulkan pencapaian setiap aspek.
Berdasarkan PP 19 Tahun 2005, aspek yang dinilai pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia adalah aspek afektif dan kognitif. Penilaian aspek kognitif dilakukan oleh guru agama melalui ujian, ulangan, atau perilaku dilakukan melalui pengamatan. Untuk aspek afektif, guru agama memperoleh informasi ataupun nilai dari guru mata pelajaran lain.
71 Ibid.,
Berikut ini prosedur penilaian oleh pendidik menurut panduan penilaian kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia oleh Badan Standar Nasional Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional 2007 dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 72
a. Penentuan Tujuan Penilaian Penentuan tujuan penilaian merupakan langkah awal dalam rangkaian kegiatan penilaian secara keseluruhan, penilaian harian, tengah semester, akhir semester, kenaikan kelas, atau penilain akhir dari satuan pendidikan.
b. Penyusunan Kisi-kisi Penyusunan kisi-kisi penilaian berupa kegiatan perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Di dalam silabus, pendidik menunjukkan keterkaitan antara SK, KD, materi pokok/materi pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar di satu sisi, dengan indikator pencapaian KD yang bersangkutan beserta teknik penilaian dan bentuk instrumen yang digunakan. Berikut ini disajikan contoh format kisi- kisi penilaian yang menyatu dengan silabus.
Kompetensi Materi Pokok/
Alokasi Sumber Dasar
Waktu Belajar Pembelajaran
Perencanaan penilaian yang dilengkapi dengan contoh instrumen disajikan secara menyatu dengan RPP. Contoh:
72 Ibid.,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sekolah : …………………………….. Mata Pelajaran : …………………………….. Kelas/Semester : …………………………….. Alokasi Waktu : … jam pelajaran (… x pertemuan)
A. SK :………………………………………………………………
B. KD : ………………………………………………………………………….
C. Materi Pembelajaran : ……………………………..
D. Model/Metode Pembelajaran : …………………………….
E. Skenario/Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 : ………………………………………….. Pertemuan 2 : …………………………………………. dst.
F. Sumber Belajar : ……………………………..
G. Penilaian
Bentuk Instrumen Contoh Pencapaian
Catatan: Indikator yang ada dalam rumusan silabus sesuai dengan KD yang bersangkutan
Teknik penilaian: teknik penilaian yang dipilih sesuai dengan karakteristik indikator pencapaian, seperti tes tertulis, tes lisan, tes kinerja, dan portofolio
Bentuk instrumen: bentuk instrumen yang sesuai dengan teknik penilaian yang dipilih, misalnya memilih bentuk pilihan ganda untuk teknik penilaian tertulis atau memilih bentuk instrumen lembar penilaian portofolio untuk
teknik penilaian portofolio. Contoh instrumen: contoh butir instrumen yang sesuai dengan bentuk
instrumen yang telah dipilih.
Untuk menilai pencapaian standar kompetensi dalam satu semester, pendidik merancang penilaian untuk semester yang bersangkutan. Kisi-kisi ulangan akhir semester memuat SK, KD, dan indikator pencapaiannya yang dapat dijadikan dasar penyusunan tes pada akhir semester. Kisi-kisi ulangan akhir semester dapat dirancang dengan memuat tes tertulis dan tes praktik yang formatnya disajikan sebagai berikut.
Kisi-Kisi Ulangan Akhir Semester
Sekolah : …………………………….. Mata Pelajaran : …………………………….. Kelas/Semester : …………………………….. Alokasi waktu : …………………………….
Standar Kompetensi
Kompetensi
Indikator
Teknik Penilaian
Dasar
Pencapaian
Tes Praktik Dituliskan seluruh SK
Tes Tertulis
Dituliskan bentuk dalam semester
Dituliskan KD
Dituliskan
Dicantumkan
bentuk butir tes tes yang dipilih bersangkutan
yang esensial dari
indikator
SK yang
seperti tes bersangkutan
pencapaian
yang dipilih,
yang esensial
seperti benar-
identifikasi, simulasi
dari KD yang
salah,
atau petik kerja.
bersangkutan.
menjodohkan, dan pilihan ganda
Untuk tes tertulis, guru dapat membuat kisi-kisi tes tertulis untuk ulangan akhir semester seperti contoh berikut.
Kisi-Kisi Tes Tertulis Ulangan Akhir Semester
Sekolah : …………………………….. Mata Pelajaran : …………………………….. Kelas/Semester : …………………………….. Alokasi waktu : ……………………………..
Bentuk Butir Tes Kompetensi
Standar Kompetensi
…butir …butir …butir seluruh SK
Dituliskan KD
Dituliskan indikator
… butir
yang esensial
pencapaian yang
dalam semester dari SK yang
esensial dari KD
bersangkutan bersangkutan
yang bersangkutan.
Keterangan: di bawah kolom bentuk butir tes diisi bentuk butir tes yang akan
digunakan seperti pilihan ganda, uraian, dan menjodohkan
c. Perumusan indikator pencapaian Indikator pencapaian dikembangkan oleh pendidik berdasarkan KD mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Rumusan indikator menggunakan kata kerja operasional.
Tiap KD dikembangkan dua atau lebih indikator Tiap indikator dapat dibuat lebih dari satu butir instrumen. Indikator memiliki aspek manfaat/terkait dengan kehidupan sehari-hari.
d. Penyusunan Instrumen Tes Penyusunan tes disesuaikan dengan karakteristik teknik dan bentuk butir instrumennya.
1) Penyusunan tes tertulis dengan: memperhatikan persyaratan penyusunan tes tertulis, baik dari aspek materi/isi/ konsep, konstruksi, maupun bahasa;
mengacu pada indikator pencapaian; memilih bentuk butir yang sesuai dengan indikator, misalnya bentuk
isian, uraian, pilihan ganda atau lainnya; membuat kunci jawaban dan/atau pedoman penskoran.
2) Penyusunan pedoman observasi dengan: mengacu pada indikator pencapaian; mengidentifikasi perilaku atau langkah kegiatan yang diobservasi; menentukan model skala yang dipakai, yakni skala penilaian (rating
scale ) atau daftar cek (check list); membuat rubrik/pedoman penskoran.
3) Penyusunan penugasan (pekerjaan rumah/proyek) dengan: mengacu pada indikator pencapaian; mengacu pada jenis tugas yang dikerjakan; membuat rubrik/pedoman penskoran
4) Penyusunan pedoman wawancara dan inventori Untuk mengumpulkan informasi kemajuan peserta didik bisa
dilakukan wawancara atau membagikan inventori kepada guru mata pelajaran lain. Pedoman wawancara atau inventori disusun dengan:
mengacu pada indikator pencapaian; memilih pernyataan/pertanyaan yang tidak menuntut respon yang
mengandung keberpihakan sosial (social desirability) yang tinggi; menyediakan pernyataan yang tidak merujuk pada hal yang benar/salah; menentukan jenis skala yang dipilih dan pedoman penskorannya.
e. Telaah instrumen Instrumen penilaian dalam bentuk tertulis, lisan maupun kinerja harus melalui analisis secara kualitatif yang dilakukan bersama dengan teman sejawat. Selain itu, pendidik dapat juga melakukan analisis secara kuantitatif.
1) Telaah instrumen secara kualitatif Analisis instrumen secara kualitatif dilakukan dengan menelaah atau mereviu instrumen penilaian yang telah dibuat. Telaah mencakup substansi isi, konsep, dan bahasa yang digunakan. Berdasarkan hasil telaah tersebut dilakukan revisi terhadap butir soal yang kurang baik.
2) Telaah Instrumen Secara Kuantitatif Analisis instrumen secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan data empiris baik hasil uji coba maupun dari ulangan peserta didik. Analisis instrumen kuantitatif mencakup analisis validitas dan reliabilitas, serta analisis butir soal.
f. Pelaksanaan Penilaian Pelaksanaan penilaian dilakukan dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, penugasan, dan pengamatan dengan menggunakan instrumen yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian harus dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang memungkinkan peserta didik menunjukkan kemampuan optimalnya yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian.