Patriotisme Konsep Lain yang Berhubungan dengan Nasionalisme
118
imperialisme Barat yang menerapkan ketidaksamaan dan perlakuan yang membeda-bedakan diskriminatif.
2. Kenangan akan kejayaan masa lalu. Rakyat Indonesia pada umumnya menyadari bahwa mereka pernah memiliki negara
kekuasaan yang jaya dan berdaulat di masa lalu Sriwijaya dan Majapahit. Kejayaan ini menimbulkan kebanggaan dan
meningkatnya harga diri sebagai suatu bangsa. Oleh karena itu, rakyat Indonesia berusaha untuk mengembalikan kebanggaan
dan harga diri sebagai suatu bangsa tersebut.
3. Lahirnya kelompok terpelajar yang memperoleh pendidikan Barat dan Islam dari luar negeri. Kesempatan ini terbuka setelah
pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-20 menjalankan Politik Etis edukasi, imigrasi, dan irigasi. Orang-orang Indonesia
yang memperoleh pendidikan Barat berasal dari kalangan priyayi abangan yang memiliki status bangsawan. Sebagian lainnya ber-
asal dari kalangan priyayi dan santri yang secara sosial ekonomi memiliki kemampuan untuk menunaikan ibadah haji serta
memperoleh pendidikan tertentu di luar negeri.
4. Lahirnya kelompok terpelajar Islam telah menyadarkan bangsa Indonesia terjajah yang sebagian besar penduduknya beragama
Islam. Kelompok intelektual Islam telah menjadi agent of change atau agen pengubah cara pandang masyarakat bahwa nasib
bangsa Indonesia yang terjajah tersebut tidak dapat diperbaiki melalui belas-kasihan penjajah seperti Politik Etis misalnya. Nasib
bangsa Indonesia harus diubah oleh bangsa Indonesia sendiri dengan cara memberdayakan bangsa melalui peningkatan taraf
hidup di bidang ekonomi, pendidikan, sosial, dan budaya.
5. Menyebarnya paham-paham baru yang lahir di Eropa, seperti demokrasi, liberalisme, sosialisme, dan komunisme di negeri
jajahan Indonesia yang dilakukan oleh kalangan terpelajar. 6. Muncul dan berkembangnya semangat persamaan derajat pada
masyarakat Indonesia dan berkembang menjadi gerakan politik yang sifatnya nasional. Tindakan pemerintah kolonial yang
semakin represif seperti pembuangan para pemimpin Indische Partiij pada 1913, ikut campurnya Belanda dalam urusan internal
Sarekat Islam, dan penangkapan tokoh-tokoh nasionalis telah menimbulkan gerakan nasional untuk memperoleh kebebasan
berbicara, berpolitik, serta menentukan nasib sendiri tanpa dicampuri pemerintah kolonial Belanda.
119 3. Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia
Budi Utomo BU
Budi utomo adalah suatu organisasi yang didirikan oleh kalangan terpelajar di sekolah kedokteran yang berasal dari priyayi Jawa yang
baru atau priyayi rendahan. Mereka memiliki pandangan bahwa pendidikan adalah kunci untuk kemajuan. Kelompok inilah yang
merupakan kelompok pertama pembentuk suatu organisasi yang benar- benar modern.
Dr. Wahidin Sudirohusodo adalah tokoh yang membidani lahirnya
Budi Utomo melalui kegiatannnya menghimpun dana beasiswa untuk
memberikan pendidikan Barat kepada golongan priyayi Jawa. Kegiatan yang
dilakukan oleh Dr. Wahidin tersebut disambut oleh Soetomo, seorang
mahasiswa School Tot Opleiding van Indische Arsten STOVIA atau
Sekolah Dokter Jawa. Bersama rekan- rekannya dia mendirikan Budi Utomo
BU di Jakarta pada 20 Mei 1908.
Budi utomo sejak awal berdiri sudah menetapkan bahwa bidang perhatian organisasi ini pada upaya peningkatan pendidikan dan
memajukan pendidikan masyarakat dengan memberi kesempatan dan beasiswa bagi rakyat Indonesia untuk menempuh pendidikan. Hanya saja
ruang lingkup yang menjadi obyek pengembangan pendidikan ini pada awalnya hanya meliputi penduduk Jawa dan Madura.
Bilamana diperhatikan dari segi keanggotaannya, organisasi budi utomo mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 1 bersifat lokal, sebab
anggotanya hanya terbatas pada orang jawa dan madura, kemudian berkembang ke Bali, tidak meliputi seluruh wilayah Indonesia; 2 bersifat
moderat dan aristokratis, tidak bertindak radikal dalam memperjuangkan tujuannya. Hal ini dimaklumi karena sebagian besar anggotanya adalah
pegawai negeri dan juga dari lapisan ningrat.
Pada kongres Budi Utomo yang diselenggarakan pada 3-5 Oktober 1908, Tirto Kusumo diangkat menjadi Ketua Pengurus Besar.
Dalam kongres ini, etnonasionalisasi semakin bertambah besar. Selain itu, dalam kongres tersebut juga timbul dua kelompok, yaitu kelompok
pertama diwakili oleh golongan pemuda yang merupakan minoritas yang cenderung menempuh jalan politik dalam menghadapi pemerintah
kolonial. Adapun kelompok kedua merupakan golongan mayoritas
Gambar 2 3 Dr. Sutomo