86 masyarakat miskin dapat menggunakan program ini sebagai peningkatan derajat
kesehatannya.
5.2. Pengaruh Pekerjaan Terhadap Pemanfaatan Jamkesmas Di Kabupaten Labuhanbatu
Berdasarkan hasil penelitian ini, responden yang bekerja sebagian besar pernah memanfaatkan Jamkesmas 87,0, responden yang tidak bekerja sebagian
besar juga pernah memanfaatkan Jamkesmas 80,5. Hasil uji statistik regresi logistik berganda p= 0,4080,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan pemanfaatan Jamkesmas di Kabupaten Labuhanbatu tahun 2009.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Febrian 2005 di Puskesmas Padang bahwa pekerjaan tidak berhubungan secara signifikan terhadap
pemanfaatan JPKMM oleh masyarakat. Demikian juga penelitian Nasution 2006 bahwa pekerjaan tidak berpengaruh secara bermakna terhadap pemanfaatan
JPKMM oleh masyarakat miskin. Masyarakat miskin di Kabupaten Labuhanbatu mayoritas bekerja secara
serabutan mocok-mocok atau sebagai ibu rumah tangga. Masyarakat sering berganti pekerjaan sesuai dengan lapangan pekerjaan yang ada, misalnya dalam
seminggu bekerja sebagai buruh bangunan, pada minggu berikutnya bekerja sebagai buruh tani dan pada lain waktu bekerja sebagai penarik becak. Dengan
pekerjaan seperti itu, masyarakat miskin jika ditanya maka sesuai dengan Kartu
Universitas Sumatera Utara
87 Tanda Penduduk KTP sebagai wiraswasta, sehingga terlihat bahwa lebih banyak
yang menyatakan bekerja dibandingkan yang tidak bekerja. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik masyarakat miskin yang tidak bekerja maupun yang
bekerja sebagian besar pernah memanfaatkan Jamkesmas. Hal ini terlihat bahwa tidak ada perbedaan dalam Pemanfaatan Jamkesmas oleh masyarakat baik yang
tidak bekerja maupun yang bekerja, karena bagi masyarakat miskin Pemanfaatan Jamkesmas merupakan salah satu cara untuk meringankan biaya kesehatan.
5.3. Pengaruh Pendapatan Terhadap Pemanfaatan Jamkesmas Di Kabupaten Labuhanbatu
Pendapatan responden keluarga di Kabupaten Labuhanbatu diklasifikasikan sebagai berikut: sangat miskin Rp.480.000.-, miskin
Rp.480.000 - Rp.600.000, mendekati miskin Rp.600.000 – Rp. 700.000, dan tidak miskin Rp.700.000. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden dalam kategori mendekati miskin yaitu 51,5. Responden sangat miskin sebagian besar pernah memanfaatkan Jamkesmas,
responden miskin sebagian besar juga pernah memanfaatkan Jamkesmas, responden mendekati miskin sebagian besar pernah memanfaatkan Jamkesmas,
dan responden tidak miskin sebagian besar pernah memanfaatkan Jamkesmas. Uji statistik regresi logistik berganda diperoleh p=0,145 0,05, hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan pemanfaatan Jamkesmas oleh masyarakat di Kabupaten Labuhanbatu tahun 2009.
Universitas Sumatera Utara
88 Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nasution 2006,
bahwa masyarakat dengan pendapatan rendah miskin dan sangat miskin yang menggunakan program Jamkesmas di Kota Medan. Bahwa masyarakat miskin
kota Medan sebanyak 61,11 dan hanya 38,89 yang diduga kategori tidak miskin atau kaya karena memiliki rumah dan halaman yang luas.
Penelitian Isaat 2008, yang meneliti implementasi program pengembangan kecamatan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat mendapat hasil bahwa
kemiskinan menyebabkan akses masyarakat kampung untuk memperoleh layanan pendidikan, kesehatan, maupun sarana dan prasarana sosial lainnya menjadi
terbatas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendistribusian kartu Jamkesmas
belum tepat sasaran dan terjadi kesalahan alokasi pendistribusiannya yaitu dengan masih terdapatnya 11,0 masyarakat Kabupaten Labuhanbatu dalam kategori
tidak miskin yang mendapatkanmemanfaatkan kartu Jamkesmas. Dengan melihat kondisi masyarakat di Kabupaten Labuhanbatu dengan
pendapatan di bawah upah minimum, masyarakat miskin akan kesulitan untuk membagi uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan upaya
peningkatan kesehatan dalam keluarga. Inflasi yang terjadi di Indonesia menurunkan minat beli masyarakat terutama dalam pembelian sembako sembilan
bahan pokok terlebih lagi untuk pembiayaan kesehatan keluarga karena biaya kesehatan di puskesmas maupun rumah sakit jika tidak menggunakan kartu sehat
Jamkesmas akan menjadi salah satu faktor rendahnya pemanfaatan pelayanan
Universitas Sumatera Utara
89 kesehatan oleh masyarakat terutama masyarakat miskin. Penghasilan tidak hanya
berhubungan dengan kemampuan dan kemauan membayar, melainkan juga berhubungan dengan permintaan pelayanan kesehatan dan jenis pelayanan yang
diterima. Pendapatan masyarakat ini juga terkait dengan jenis pekerjaan masyarakat,
karena banyak masyarakat miskin di Kabupaten Labuhanbatu yang tidak mempunyai pekerjaan tetap sehingga penghasilan pendapatan setiap bulan tidak
dapat diprediksi. Sebagian besar masyarakat miskin lebih banyak yang bekerja serabutan mocok-mocok, terkadang mempunyai pekerjaan tetapi juga terkadang
menganggur beberapa hari. Pola kerja yang demikian turut mempengaruhi pendapatan terutama untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Kemiskinan dan pendapatan rendah ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kemiskinan merupakan indikator bagi kemunduran sebuah
bangsa, karena dengan banyaknya masyarakat miskin akan meningkatkan kriminalitas, kesehatan yang buruk, rentan terhadap penularan penyakit, dan lain-
lain. Untuk itu dengan adanya program Jamkesmas dan memanfaatkan Jamkesmas bagi masyarakat miskin dengan pendapatan rendah diharapkan dapat membantu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di Kabupaten Labuhanbatu.
Universitas Sumatera Utara
90
5.4. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemanfaatan Jamkesmas Di Kabupaten Labuhanbatu