BAB III BAHAN DAN CARA KERJA
3.1 Kerangka Konseptual
3.2 Kerangka Pemikiran
Penelitian dan pencegahan terjadinya apoptosis pada cedera otak dengan peninggian Bcl-2 dan BDNF secara endogen dari dalam tubuh
dan eksogen pemberian obat neuroproteksi sudah memasuki fase III. Di Indonesia penelitian secara biologi molekuler sudah makin
diminati, mengingat di negara berkembang seperti Indonesia, jumlah kejadian cedera otak sangat tinggi walaupun masih terdapat kendala,
seperti biaya pemeriksaan yang terlalu mahal, kurangnya dana penelitian, 78
Universitas Sumatera Utara
tidak tersedianya bahan-bahan, dan kurang memadainya peralatan laboratorium.
Pemahaman patofisiologi cedera otak secara biologi molekuler membawa wawasan dan harapan dalam penanganan cedera otak secara
biokimia dan hormonal yang akurat. Growth factor berperan dalam menghambat Apoptosis, seperti BDNF sebagai neurotrophin family dan
reseptor-reseptornya. Penilaian keberhasilan pemberian ACTH
4-10
Pro
8
- Gly
9
-Pro
10
adalah peningkatan kadar Bcl-2 dan BDNF yang disertai perbaikkan klinis yang tampak dari Barhel’s index dan nilai MMSE.
3.3 Hipotesis 3.3.1 Hipotesis Mayor
Kadar Bcl-2 dan BDNF meninggi pada penderita kontusio serebri dengan pemberian ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
dan Inhibitor HMG CoA Reduktase disertai perbaikan hasil akhir
klinis yaitu dari Barhel’s index dan nilai MMSE.
3.3.2 Hipotesis Minor
1. Kadar Bcl-2 dan BDNF lebih tinggi pada penderita kontusio serebri dibandingan dengan orang normal.
2. Kadar Bcl-2 dan BDNF meningkat pada penderita kontusio serebri setelah terapi standar
3. Kadar Bcl-2 dan BDNF meningkat pada penderita kontusio serebri setelah pemberian ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
.
Universitas Sumatera Utara
4. Kadar Bcl-2 dan BDNF meningkat pada penderita kontusio serebri setelah pemberian inhibitor HMG CoA Reduktase
5. Kadar Bcl-2 dan BDNF penderita kontusio serebri paling tinggi pada kelompok ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
6. Rerata hari rawatan paling singkat pada kelompok ACTH dibandingkan
dengan kelompok terapi standar dan kelompok inhibitor HMG CoA Reduktase,
4- 10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
7. Hasil akhir klinis lebih baik pada kelompok ACTH dibandingkan dengan kelompok terapi
standar dan kelompok inhibitor HMG CoA reduktase,
4-10
Pro
8
- Gly
9
-Pro
10
dibandingkan dengan kelompok terapi standar dan kelompok inhibitor HMG CoA reduktase.
3.4 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian true experimental study pre- post test control group design dengan single blind.
3.5 Tempat dan Waktu
3.5.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada Departemen Ilmu Bedah Saraf FK- USU, Rumah Sakit H.Adam Malik, Medan.
Universitas Sumatera Utara
3.5.2 Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilakukan mulai bulan Maret 2011 sampai dengan Mei 2012
3.6 Populasi dan Subjek Penelitian
3.6.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah semua penderita kontusio serebri dengan GCS 3-13 yang tidak dilakukan tindakan operasi di
Rumah Sakit H.Adam Malik, Medan.
3.6.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah semua penderita kontusio serebri dengan GCS 3-8 CKB dan GCS 9-13 CKS yang tidak
dilakukan operasi di Rumah Sakit H.Adam Malik Medan dan telah memenuhi kriteria penerimaan.
3.7 Kriteria Penerimaan dan Penolakan
3.7.1 Kriteria Penerimaan
1 penderita cedera kepala sedang GCS 9-13 dan berat GCS 3-8,
2 usia 18 tahun sampai 60 tahun, 3 Terjadinya cedera kepala kurang atau sama dengan 48 jam,
4 Penderita yang telah diizinkan untuk ikut serta oleh keluarganya informed consent, dan
Universitas Sumatera Utara
5 Gambaran CT scan menunjukkan suatu kontusio serebri.
Gambar 3.1 Head CT Scan Nonkontras. Tampak contusio serebri bifrontal.
3.7.2 Kriteria Penolakan
1 Usia 18 tahun dan 60 tahun, 2 Cedera kepala dengan multiple injury,
3 Cedera otak tajam penetrating brain injury, 4 Penyakit premorbid yang diderita sebelum terjadi cedera
kepala dan dapat memengaruhi proses penyembuhan, misalnya: hipertensi, kelainan darah, epilepsi, keganasan,
5 penderita sedang menggunakan obat-obatan, seperti heparin atau antikoagulan lain, dan
6 penderita hamil.
Universitas Sumatera Utara
3.8 Besar Sampel
Besar sampel ditetapkan menurut rumus perbedaan rerata dua populasi dengan satu arah.
Rumus menurut Kuntoro, 2010
n adalah besar sampel per kelompok n = besar sampel untuk masing-masing kelompok
α = probabilitas untuk menolak hipotesis nihil andai kata
hipotesis nihil betul = 0,05. β = probabilitas untuk menerima hipotesis nihil andaikata
hipotesis nihil salah = 0,10. Z nilai pada tabel Z untuk α dan β yang dipilih oleh peneliti.
Z
1- α
adalah 1,64 dan Z
1- β
Δ adalah selisih rerata yang bermakna ditetapkan oleh peneliti
adalah 1,64.
Untuk menentukan standar deviasi kadar Bcl-2 dan BDNF serum pada cedera kepala, peneliti melakukan uji pendahuluan
terhadap dua puluh orang normal dan dua puluh orang dengan cedera kepala. Didapati bahwa rerata kadar Bcl-2 pada orang
normal adalah 1,56 ± 0,73 ngmL dan kadar BDNF pada orang
Universitas Sumatera Utara
normal adalah 1758,23 ± 566,03 pgmL. Pada dua puluh orang dengan cedera kepala, kadar Bcl-2 adalah 1,35 ± 0,54 ngmL dan
kadar BDNF adalah 514,14 ± 277,05 pgmL. Pada perhitungan Bcl- 2, penelit
i menetapkan Δ sebesar 32 dan pada perhitungan
BDNF, peneliti menetapkan Δ sebesar 28.
Setelah dilakukan perhitungan jumlah sampel, didapati bahwa jumlah sampel pada perhitungan Bcl-2 adalah 16 dan pada
perhitungan BDNF adalah 9. Jumlah n yang dipilih adalah 16, sehingga jumlah minimal total sampel adalah 6x16 = 96 orang.
Pada penelitian ini, diperkirakan terjadinya drop out sebanyak 20 sehingga digunakan sampel 20 orang untuk tiap kelompok.
3.9 Cara Pengambilan Sampel