reseptor Trk. BDNF diproduksi di endoplasmic reticulum dan diekspresikan melalui dense-core vesicle setelah berikatan dengan
reseptor carboxypeptidase E CPE. Kerusakan ikatan ini dapat menyebabkan hilangnya kemampuan sel untuk mengekspresikan BDNF
melalui dense-core vesicle Fernandes, 2008.
2.15 Polimorfisme Gen BDNF
BDNF memiliki peranan penting pada kognisi, terutama harapan hidup neural dan plastisitas. Terdapat beberapa polimorfisme SNPs di-
dalam gen BDNF yaitu rs1519480, rs7124442, rs6265, rs7934165, rs11030121, rs12273363 dan rs908867. Salah satunya SNPs yaitu rs6265
yang berhubungan dengan kognisi setelah cedera kepala. Berdasarkan penelitian, rs6265 memperlambat proses perbaikkan kognitif. Selain
rs6265 terdapat juga polimorfisme lain yang berkontribusi dalam fungsi memori setelah cedera kepala. Terdapat 2 SNP yaitu rs1519480 dan rs
7124442yang secara signifikan berhubungan dengan perbaikan fungsi kongnitif setelah cedera kepala yaitu menginduksi plastisitas Rostami et
al, 2011.
2.16 Plastisitas Otak
Plastisitas otak neuroplasticity adalah kemampuan otak untuk melakukan reorganisasi dalam bentuk interkoneksi baru pada saraf.
Plastisitas merupakan kapasitas otak untuk berubah dan beradaptasi terhadap kebutuhan fungsional. Mekanisme ini termasuk proses
Universitas Sumatera Utara
neurogenesis angiogenesis, gliagenesis and synaptogenesis, dan melibatkan perubahan kimia saraf neurochemical, penerimaan saraf
neuroreceptive , perubahan struktur neuron saraf dan organisasi otak. Plastisitas juga terjadi pada proses perkembangan dan kematangan
sistem saraf Ganong, 2002. Plastisitas otak berlangsung seumur hidup dengan kecepatan
maksimal pada beberapa tahun pertama kehidupan. Plastisitas ini juga lebih tinggi pada beberapa bagian otak dibandingkan dengan bagian otak
yang lain. Hal ini menjelaskan bahwa anak mampu pulih dari cedera kepala jauh lebih cepat dan lebih baik.Plastisitas otak tidak terbatas pada
keadaan yang tidak direncanakan, seperti kecelakaan, trauma otak, dan kasus penting lain yang memerlukan rewiring untuk membangun kembali
hubungan fungsional Ganong, 2002.
2.17 Neuroproteksi
Secara historis konsep neuroproteksi sudah dikenal dan dipakai oleh praktisi kedokteran Yunani kuno dengan menggunakan ”pendinginan”
untuk mengobati cedera otak dan stroke. Hipotermia kembali berperan seiring dengan kemajuan pada bidang bedah saraf sejak tahun 1960.
Penelitian tahun 1990 menunjukkan hasil percobaan preklinis yang mengesankan dimana kerusakan jaringan otak dapat dikurangi secara
bermakna. Neuroproteksi bertujuan menyelamatkan sebanyak mungkin
neuron akibat cedera kepala, meminimalkan defisit neurologis dan
Universitas Sumatera Utara
tentunya selain menyelamatkan nyawa pasien juga memaksimalkan kwalitas hidupnya pasca cedera.
Konsep neuroproteksi terutama didukung dan lahir dari penelitian patologi dan patofisiologi cedera otak iskemi Cheng, 2004, yaitu bila
terjadi penghentian pasokan oksigen dan glukosa yang tiba-tiba ke jaringan otak, maka akan terjadi serangkaian reaksi beruntun atau
cascade patologis. Jenis neuroproteksi yang digunakan berdasarkan mekanisme kerja obat tersebut dalam mencegah infark otak.
Neuroproteksi ini dibagi menjadi dua macam, yaitu neuroproteksi primer dan neuroproteksi sekunder White, 2000.
Neuroproteksi primer bertujuan untuk mencegah kematian sel nekrotik pada awal kejadian cedera kepala sehingga pemberian
neuroproteksi primer harus pada tiga jam pertama setelah kejadian cedera kepala. Beberapa senyawa yang berperan dalam neuroproteksi primer
adalah potential-dependent calcium-channel antagonists, inhibitors of synthesis and presynaptic release of Glutamate, GABA antagonists, dan
golongan glycine serta glutamate receptor antagonists seperti NMDA receptor antagonist non-competitive, NMDA receptor antagonist selective,
dan Polyamines. Neuroproteksi sekunder bertujuan menghambat pro-inflammatory
cytokines, adhesi sel, pro-oxidant enzymes, menambah trophic support, dan mencegah apoptosis, dimana ini mulai diberikan dalam 3-6 jam
pertama dan dilanjutkan selama 7 hari. Senyawa-senyawa yang merupakan neuroproteksi sekunder adalah free radical scavenger, NO-
Universitas Sumatera Utara
synthese blockers, inhibitors of local inflammation, statin, estrogens, neurotrophic factors, neuropeptide: ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
., regulators of receptors structure Gusev Skvortsova, 2003.
2.17.1. Neuropeptida
Neuromodulator yang telah digunakan secara klinis dengan efek neuroprotektif yang terdokumentasi adalah senyawa ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
- Pro
10
. Setelah pemberian intranasal, 60-70 ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
ACTH akan diabsorpsi secara cepat melalui membran mukosa nasofaring dan
masuk ke dalam sistem sirkulasi dalam waktu 1-5 menit. Konsentrasi puncaknya dicapai setelah 60 menit pemberian. Biotransformasi dilakukan
oleh aminopeptidase dan angiotensin converting enzyme. Waktu paruh obat ini dalam tubuh manusia hanya beberapa menit, tetapi efek terapi
dapat bertahan selama 20-24 jam. Hal ini disebabkan oleh senyawa yang terbentuk setelah degradasi MEHFPGP, yaitu EHFPGP Glu-His-Phe-Pro-
Gly-Pro dan HFPGP His-Phe-Pro-Gly-Pro, juga merupakan neuropeptida yang stabil yang dapat memodulasi neurotransmitter
cholinergic dan membentuk NO secara independen. Senyawa ini diekskresikan melalui ginjal dan dibuang melalui urin Gusev dan
Skvortsova,2003; Husada, 2006; Bashkatova, 2001
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
dapat melindungi sel-sel neuron dengan menghambat apoptosis melalui mekanisme penghambatan produksi NO
yang berlebihan oleh iNOSdan pembentukan SOD yang berfungsi mencegah efek merusak dari ROS Reactive Oxygen Species yaitu
Universitas Sumatera Utara
radikal bebas oksigen, menghambat runtun reaksi kaspase dengan meningkatkan protein ant-apoptotik Bcl-2 dan meningkatkan kadar NGF
dan BDNF di serum maupun CSF. ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
ini telah terbukti mampu memicu secara cepat produksi mRNA growth factors yang
bersifat melindungi sel otak, antara lain Nerve Growth Factor NGF dan BDNF Shadrina M, 2000.ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
Pada sel-sel yang mengalami iskemia ataupun nekrosis, HMGBI akan terekspresi dan merangsang ekskresi IL-1, IL-1
β , IL-6, IL-8, TNF-
α atau lipopolisakarida LPS. Sitokin-sitokin tersebut dapat merangsang
kembali produksi HMGBI. ACTH4-10Pro8-Gly9-Pro10 memunyai kerja multipotensial dan bekerja melalui reseptor melanocortin MC4 untuk
menjalankan fungsi modulatorisnya Fink, 2007; Jung BK, 2006. juga dapat
menurunkan High Mobility Group Box-1 HMGB-1 Fink, 2007.
ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
ini dapat meregulasi aktivasi dan inhibisi reseptor NMDA glutamat, aspartat, glisin dan taurin yang ada pada
sistem saraf sentral dan saraf perifer. Senyawa ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
ditemukan juga memiliki potensi untuk memelihara keseimbangan dinamis antara kadar serotonin dan dopamin pada satu sisi dan kadar dopamin
dan asetilkolin pada sisi yang lain, sehingga dapat memperbaiki kondisi gangguan psikis, emosional, kognitif, dan gangguan vegetatif. Substansi
ini juga dapat meregulasi kardiak output dan laju respirasi serta dapat mempercepat proses adaptasi yang dapat meningkatkan daya tahan
tubuh. ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
dapat menurunkan sitokin proinflamasi, seperti IL-8, IL1
β , dan apoptosis Fink, 2007; Jung BK, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Uji klinis double blind, placebo-controlledterhadap 160 pasien dengan stroke iskemia carotid akut denganACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
- Pro
10
menunjukkan penurunan mortalitas sebesar 76,6 pada cedera kepala sedang dan ringan serta 77,3 pada cedera kepala berat. Setelah
pemberian ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
terjadi peningkatan Bcl-2 sebanyak dua puluh kali lipat dalam CSF pada hari ketiga dan serum pada hari
ketujuh. Pada hari ketiga TGF-1 β
meningkat sebesar 30, NGF naik 18,2, dan BDNF naik 50. Kadar SOD Superoxide Dismutase naik
100 dan IL-10 antiinflamasi meningkat 60 yang diikuti dengan penurunan IL-8 dan IL-1
β proinflamasi masing-masing sebesar 62 dan
25. Dari data-data di atas tampak bahwa ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
Di samping itu, ACTH bekerja melalui modulasi positif mekanisme Survival Pathways dan
modulasi negatifDeath Pathways secara serentak Gusev dan Skvortsova, 2003; Husada, 2006.
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
ACTH secara nyata dapat
menurunkan produksi S100 β
, Myelin Basic Protein MBP dan aktivitas leukocytic elastase LE di serumpenderita stroke iskemia yang diberikan
dosis 12-18 mgr per hari selama 3 hari. Ini menggambarkan adanya pengurangan respon peradangan dan penurunan reaksi autoimmune,
sehingga terjadi perbaikan kondisi sawar darah otak BBB dan penurunan volume infark. S100
β juga merupakan suatu marker untuk trauma otak
Gusev dan Skvortsova, 2003.
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
juga memunyai efek menurunkan Glial Fibrillary Acidic Protein GFAP yang meningkat pada pasien-pasien
Universitas Sumatera Utara
trauma otak. ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
dapat memperbaiki kerusakan saraf mata optik nerve dan memperbaiki lapangan pandang dan visus pada
pasien-pasien dengan gangguan penglihatan oleh karena cedera ataupun iskemia pada mata seperti pada tekanan intra-okuler akibat glaucoma.
ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
Beberapa penelitian membuktikan bahwa ACTH dapat meningkatkan kapasitas kognitif seperti
memori, proses berpikir, dan meningkatkan aktivitas bekerja dengan cara modulasi aktivitas Acetylcholine esterase. Obat ini juga memberi hasil
positif pada kasus depresi dan anxietas dengan cara melancarkantransmisi serotonergik dan noradrenergic di otak Gusev dan
Skvortsova, 2003.
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
juga memunyai efek analgetik. Dengan memberikan dosis sebesar 0.5 mgkgBB pada hewan coba, ternyata ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
dapat mengurangi nyeri. Selain itu, ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
juga berfungsi sebagai senyawa antihipoksik, antipiretik dan antihemmorhagik.
ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
ACTH juga berperan dalam mencegah stress ulcer
dengan dosis sebesar 50mgkgBB yang diberikan intraperitoneal selama 5 hari Umarova et al, 2003
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
dapat mencegah serebral iskemia dan hipoksia dengan cara meningkatkan protein antioksidan SOD dan
meningkatkan resistensi mitokondria terhadap gangguan oksidatif dan imbalans ion kalsium peningkatan ekspresi Bcl-2, serta toksisitas
glutamate yang sering terjadi pada kondisi iskemia ataupun trauma Storozhevykh et al, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Profil keamanan ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
Dosis ACTH cukup tinggi, tidak dijumpai
efek samping yang berarti pada pemberian dosis yang tinggi,.Tidak dijumpai interaksi dengan obat-obat yang lain ataupun reaksi alergi. Akan
tetapi dapat dijumpai mukosa hidung yang pucat sebanyak 10 dan kadar gula darah yang meningkat 7,4 pada penderita diabetes melitus
Gusev dan Skvortsova,2003; Ashmarin, 1989; Cherkasova, 2001
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
yang diberikan pada hewan percobaan bervariasi bergantung pada efek yang diinginkan antara lain
efek antioksidatif, antihipoksia, angioprotektif dan pencegahandampak iskemia dimana rentangnya antara 3-30 µgkgBB. Pada hewan
percobaan, ACTH4-10Pro8-Gly9-Pro10 dapat berfungsi sebagai antioksidan, antihipoksik, dan angioprotektif dengan rentang dosis antara
150-300 µgkgBB, sedangkan pada manusia dosis yang diberikan berkisar antara 3 -18 mgkgBB.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 16. Skema Pemberian Obat Secara Intranasal ke CNSBlood Brain Barrier Chiaretti et al, 2008.
Gambar 16 menunjukkan proses pemberian obat secara intranasal hingga mencapai otak. setelah pemberian melalui tetesan kerongga
hidung,obat berdiffusi melalui rongga perineural traktus olfaktorius dan cabang nervus trigeminus, retrograde axonal transport, mikrosirkulasi
kapiler hidung, hingga mencapai CNS. Dalam waktu 1-4 menit, pemberian ACTH
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
Kadar ACTH intranasal sudah dapat mencapai sawar darah
otak dan cairan CSF, serta efeknya dapat bertahan hingga 20-24 jam walaupun senyawa sudah dielimasi oleh tubuh.Qiu, 2008; Utgaard et al,
1998; Chiaretti et al, 2008; Heinrich et al, 2003; Gopcevic et al, 2007
4-10
Pro
8
-Gly
9
-Pro
10
di jaringan otak dengan pemberian intranasal mencapai 3-4 kali lipat dibandingkan dengan pemberian
intravena. Hal ini dapat terjadi karena pemberian nasal diuntungkan dengan adanya proses fisik difusi melalui CSF dalam rongga perineural
langsung ke CSF dalam otak menempuh jarak yang pendekdan juga memanfaatkan retrograde axonal transport serta tidak melaluiFirst pass
metabolism di hepar. Waktu pemberian dianjurkan sedini mungkin setelah terjadinya cederayang berakibat iskemia agar mendapatkan hasil yang
maksimal, karena perinsip penanganan iskemia otak adalah time is brain Born et al, 1992; Stephanie et al, 2006; Janson, 2004; Jadhay, 2007;
Talegaonkar et al, 2004; Gozes 2001.
2.17.2 Statin
Universitas Sumatera Utara
Statin telah lama digunakan sebagai inhibitor yang poten terhadap biosintesis kolesterol. Statin dapat menurunkan kadar low-density
lipoprotein LDL dan risiko kejadian kardiovaskular Golsteinet al, 1990. Perkembangan penelitian menyebutkan bahwa statin memunyai
kegunaan tambahan sebagai neuroprotektor Cucchiara et al, 2001; Rikitake et al, 2005.
Gambar 17. Struktur Kimia Simvastatin Wikipedia, 2010
Jenis-jenis statin adalah lovastatin, pravastatin, dan simvastatin yang berasal dari jamur; atorvastatin, rosuvastatin, fluvastatin, pravastatin
yang sintetis Schachter, 2005.Atorvastatin dan simvastatin meskipun farmakokinetiknya berbeda, tidak banyak menunjukkan perbedaan dalam
penanganan cedera otak. Efek terapi statin pada cedera otak dibagi berdasarkan mekanisme akut sampai kronis Wang et al, 2007.
Statin sebagai inhibitor 3-hydroxy-3-methylglutaryl coenzim A Inhibitor HMG CoAreduktase dapat menghambat perubahan dari HMG
CoA menjadi mevalonate Wang et al, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 18. Skematik Mekanisme Kerja Statin dalam Signaling Seluler dan Neuroproteksi Van der Most et al, 2009.
Pada gambar 18, ditunjukkan mekanisme kerja statin. Selain digunakan untuk pengobatan dislipidemia, statin juga berfungsi
meningkatkan fungsi endothelial, mengurangi agregisasi platelet, dan mengurangi proses inflamasi dengan cara menghambat produksi C
reactive protein CRP Wang et al, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 19. Beberapa Mekanisme Brose Perpindahan Molekul melalui Membran Sel Brunton, 2006
Simvastatin yang diberikan secara oral akan diserap oleh usus antara 30 hingga 85. Simvastatin diserap dalam bentuk laktone inaktif
sehingga perlu ditransformasi di hati menjadi bentuk aktif, yaitu ß-hydroxy acid dan asam simvastatin. Hampir seluruh Simvastatin yang diserap
akan mengalami first pass metabolism di hati. Mekanisme simvastatin masuk ke dalam hati melalui difusi sederhana karena sifat simvastatin
yang lipofilik, seperti yang ditunjukkan pada gambar 19. Akibat first pass metabolism, bioavabilitas sistemik simvastatin dan metabolitnya bervariasi
antara 5 hingga 30 dari dosis yang diberikan Brunton, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 20. Farmakokinetik Statin McDonagh et al, 2011
Farmakokinetik statin ditunjukkan pada gambar 19. Di dalam plasma, lebih dari 95 simvastatin dan metabolitnya akan berikatan
dengan protein. Setelah pemberian oral, konsentrasi simvastatin dalam plasma akan mencapai puncak dalam waktu 1 hingga 4 jam. Begitu juga
dengan waktu paruh dari simvastatin, yaitu 1 hingga 4 jam. Simvastatin dan metabolitnya diekskresikan melalui feses sebanyak 70 dan sisanya
Universitas Sumatera Utara
melaui urin.Efek samping Simvastatin yang paling sering dijumpai adalah hepatotoksisitas dan miopati Brunton, 2006; Lennernas, 1997
Statin telah terbukti memunyai efek perlindungan yang baik terhadap neuron primer kortikal dan sel neuroblastoma. Simvastatin
dengan pemberian yang lama mampu mencegah kematian neuron dengan cara menstimuli gen kelangsungan hidup sel, yaitu gen Bcl-2.
Simvastatin melindungi produksi Bcl-2 dari penghambatan pada tingkat post-transkripsi, sehingga terjadi peningkatan jumlah mRNA Bcl-2 dan
protein. Selain meningkatkan Bcl-2, simvastatin juga memengaruhi ekspresi dari c-fos, c-myc dan hexokinase 1 yang semua ini berperan
dalam kematian dan keselamatan sel. Hubungan antara Bcl-2 dengan neuroproteksi telah dibahas sebelumnya Johnson-Anuna, 2007
Gambar 21. Efek Statin dalam Cedera Kepala Butterick et al, 2010
Universitas Sumatera Utara
Pada gambar 21 tampak beberapa mekanisme statin sebagai neuroprotektor pada cedera kepala, yaitu Butterick et al, 2010; Van der
Most et al, 2009 1. Meningkatkan aliran darah, yaitu dengan menurunkan
mikrotrombosis, menurunkan aktivitas thrombin, menurunkan vWF, meningkatkan integritas endotelial, dan meningkatkan eNOS.
2. Mengurangi proses neuroinflamasi, yaitu menurunkan sitokin inflamasi, meningkatkan integritas sawar darah otak, menurunkan
edema serebral, menurunkan aktivasi mikroglial, dan menurunkan stress oksidatif.
3. Mengurangi cedera neuronal, yaitu menurunkan kematian akibat excitotoksik
4. Mengurangi apoptosis, yaitu menurunkan Bax dan caspase 3. 5. Meningkatkan neurogenesis dan plastisitas, yaitu meningkatkan
BDNF dan VEGF, meningkatkan PI3K, dan meningkatkan synaptophysin.
6. Meningkatkan angiogenesis melalui peningkatan VEGF, VEGFR2, aktPKB dan eNOS.
2.18 Harapan Ke Depan
Penelitian dan penatalaksanaan cedera otak secara biologi molekuler, baik biokimia maupun immunologi semakin maju. Peningkatan
jumlah penelitian neuroproteksi yang memasuki fase III memberikan harapan dalam pengobatan cedera kepala.Namun, Semua inimemerlukan
Universitas Sumatera Utara
pemahaman dan penilaian yang akurat tentang keabsahan dan faedahnya terhadap penatalaksanaan cedera otak Bath, 2006.
2.19 Kerangka Teori Penelitian