c. PCR Polymerase Chain Reaction; Tes ini digunakan untuk : c.1 Tes HIV pada bayi, karena zat antimaternal masih ada pada bayi yang dapat
menghambat pemeriksaan secara serologis. Seorang ibu yang menderita HIV akan membentuk zat kekebalan untuk melawan penyakit tersebut. Zat
kekebalan tubuh yang diturunkan pada bayi melalui plasenta yang akan mengaburkan hasil pemeriksan, seolah-olah sudah ada infeksi pada bayi
tersebut pemeriksan HIV sering merupakan deteksi dari zat anti HIV bukan deteksi HIV nya sendiri
c.2 Menetapkan status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok berisiko tinggi
c.3 Tes pada kelompok berisiko tinggi sebelum terjadi serokonversi c.4 Tes konfirmasi untuk HIV-2, sebab ELISA mempunya sensitifitas yang
rendah untuk HIV-2.
2.1.5. Pengobatan
Pengobatan pada penderita HIVAIDS meliputi : a. Pengobatan suportif
b. Penanggulangan penyakit oportunistik c. Pemberian obat antivirus
d. Penanggulangan dampak psikososial Obat antivirus HIVAIDS adalah :
a. Didanosin ddl
Universitas Sumatera Utara
Dosis : 2 x 100 mg, setiap 12 jam BB 60 kg
2 x 125 mg, setiap 12 jam BB 60 kg b. Zidovudin ZDV
Dosis 500-600 mghari, pemberian setiap 4 jam sebanyak 100 mg, pada saat penderita tidak tidur.
c. Lamivudin 3TC d. Stavudin d4T
Obat ARV antiretrovirus masih merupakan terapi pilihan karena : a. Obat ini bisa memperlambat progresivitas penyakit dan dapat memperpanjang
daya tahan tubuh. b. Obat ini aman, mudah dan tidak mahal. Angka transmisi dapat diturunkan
sampai mendekati nol melalui identifikasi dini ibu hamil dengan HIV positif dan pengelolaan klinis yang agresif.
c. Hasil penelitian dalam hal upaya pencegahan dengan imunisasi belum memuaskan.
Beberapa ahli mengusulkan penelitian tentang bagaimana agar CD4 tiruan diserang oleh virus, sehingga CD4 alami tetap normal. Bagian yang diserang virus
HIV adalah sel darah putih terutama sel limfosit pada bagian CD4. CD4 adalah bagian dari limfosit yang menunjukkan seberapa besar fungsi pertahanan tubuh
manusia. Jumlah CD4 yang rendah menunjukkan pertahanan tubuh yang lemah dan mudah terkena infeksi virus, bakteri dan jamur.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Pencegahan HIVAIDS
Pada prinsipnya pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah penularan virus HIV melalui perubahan perilaku seksual yang terkenal dengan istilah
“ABC” yang telah terbukti mampu menurunkan percepatan penularan HIV, terutama di Uganda dan beberapa negara Afrika lain. Prinsip ‘ABC” ini telah dipakai dan
dibakukan secara intenasional, sebagai cara paling efektif mencegah HIV lewat hubungan seksual. Prinsip “ABC” itu adalah :
“A” : Anda jauhi seks sampai anda kawin atau menjalin hubungan jangka panjang dengan pasangan Abstinensia
“B” : Bersikap saling setia dengan pasangan dalam hubungan perkawinan atau hubungan jangka panjang tetap Be faithful
“C” : Cegah dengan memakai kondom yang benar dan konsisten untuk penjaja seks atau orang yang tidak mampu melaksanakan A dan B Condom
Untuk penularan non seksual berlaku prinsip “D” dan “E” yaitu : “D” : Drug; “say no to drug” atau katakan tidak pada napzanarkoba
“E” : Equipment; “no sharing” jangan memakai alat suntik secara bergantian
2.2 Perilaku 2.2.1 Pengertian Perilaku