pengetahuan seseorang maka akan mempengaruhi perilakunya untuk berperilaku positif. Pada hasil penelitian ini, jenjang pendidikan tidak berhubungan signifkan
dengan pemakaian kondom karena menurut Green 1980 mengatakan bahwa perilaku dipengaruhi tidak hanya faktor diri manusia predisposisi seperti umur,
pendidikan dan pekerjaan, tetapi juga dipengaruhi faktor pemungkin dan faktor penguat antara lain ketersediaan sarana dan longgarnya peraturan.
5.2.3 Status Pernikahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berstatus menikah yaitu sebanyak 73 76,8 responden. Gambaran distribusi ini lebih besar
dari hasil SSP tahun 20042005 yang menunjukkan bahwa 54,6 ABK yang menjadi pelanggan PSK adalah sudah menikah. Sejalan dengan hasil penelitian, STBP 2011
yang menyatakan bahwa perilaku berhubungan seks dengan pekerja seks komersil meningkat pada semua kelompok pria berisiko tinggi walaupun dengan status
menikah sekalipun. Dari hasil uji statistik pada penelitian ini, status pernikahan tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan kondom responden. Pernikahan pada prinsipnya adalah meningkatkan hubungan seseorang untuk lebih
terikat. Keterikatan tersebut salah satunya adalah dalam hubungan seksual yang berhubungan dengan fungsi reproduksi yaitu menghasilkan keturunan. Mereka yang
sudah menikah dapat menyalurkan hasrat seksual kepada pasangannya sehingga perilaku seksual mereka seharusnya lebih aman Anggreani dalam Mutia, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Akan tetapi bagi mereka yang mempunyai mobilitas tinggi, frekuensi untuk melakukan hubungan seksual dengan istri terbatas, sehingga dalam menyalurkan
hasrat seksualnya mereka cenderung menggunakan jasa PSK. Hal ini sesuai penelitian kualitatif Siahaan 2003 mengenai perilaku seksual berisiko tertular HIV-
AIDS pada pria pekerja perusahaan di Kota Batam juga menyatakan hal serupa, dimana responden yang berstatus menikah justru memiliki perilaku seksual yang
lebih berisiko.
5.2.4 Dorongan PSK
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dorongan PSK dengan perilaku penggunaan kondom. PSK adalah orang yang paling dekat
dengan pelanggannya ketika melakukan transaksi seksual, sehingga PSK dapat mempengaruhi pelanggan untuk menggunakan kondom. Rendahnya dorongan PSK
akan berakibat pada rendahnya penggunaan kondom pada pelanggan. Rendahnya dorongan PSK dipengaruhi oleh superioritas pelanggan. Hal ini
dibuktikan oleh penelitian kualitatif Lokollo 2009 yang menyebutkan bahwa posisi tawar PSK sangat rendah. Sebagian besar PSK menyatakan bahwa mereka sudah
dibayar sehingga kekuasaan terbesar untuk memutuskan memakai kondom atau tidak terletak pada pelanggan, meskipun mereka sudah berusaha untuk merayu. Hanya
sebagian kecil dari PSK yang menyatakan tidak mau melayani jika pelanggan tidak memakai kondom, dengan konsekuensi uang pelanggan yang sudah diberi, harus
dikembalikan. Penelitian cross sectional Widodo 2009 juga menyebutkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
PSK kesulitan mengajak pelanggan untuk selalu memakai kondom 93, PSK belum mampu bernegoisasi dengan pelanggan agar mereka menggunakan kondom
93 dan PSK belum mampu menolak bayaran bila pelanggan tidak memakai kondom 93.
Jika ditinjau dari persentase ketersediaan kondom dalam penelitian ini belum dapat dikatakan baik, yaitu hanya 44,2 responden yang menyatakan selalu
disediakan kondom oleh PSK. Padahal menurut Silalahi 2008 ketersediaan kondom dapat meminimalisir keengganan pelanggan menggunakan kondom dengan alasan
membeli kondom jauh dan juga PSK dapat dengan mudah menyampaikan posisi tawarnya kepada pelanggan karena kondom sudah tesedia dikamar.
5.2.5 Pengetahuan