Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara umur responden dengan perilaku penggunaan kondom, ini berarti dari dua kelompok
umur tersebut proporsi penggunaan kondom baik maupun yang tidak baik dari dua kelompok tersebut adalah hampir sama, ini dapat dilihat dari proporsi hasil tabulasi
silang dimana pada pemakaian kondom yang tidak baik masing-masing proporsinya adalah 72,3 untuk kelompok dewasa muda dan 81,3 untuk kelompok dewasa
pertengahan. Hal yang hampir sama ditunjukkan pada perilaku pemakaian kondom yang tidak baik yaitu 27,7 untuk usia dewasa muda dan 18,8 untuk usia dewasa
pertengahan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Rosenstock dalam HBM yang
menyatakan bahwa umur tidak berhubungan langsung dengan perilaku. Tetapi hasil berbeda ditunjukkan penelitian retrospektif yang menyatakan bahwa antara tahun
2000-2005 di Botswana, Burundi, Cote dIvoire, Kenya, Malawi, Rwanda, Tanzania, dan Zimbabwe menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kelompok umur
dengan perilau penggunaan kondom, yaitu adanya kecendrungan positif yang terjadi dalam perilaku seksual dewasa muda seperti meningkatnya penggunaan kondom,
penundaan hubungan seksual, dan tidak berganti-ganti pasangan seksual Depkes RI,2006.
5.2.2 Pendidikan
Tingkat pendidikan yang paling banyak ditamatkan oleh responden yaitu pendidikan menengah sebanyak 54 56,8 responden. Disusul pendidikan tinggi
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 24 25,3 responden. Sementara itu 17 17,9 responden ada pada kelompok pendidikan dasar. Gambaran distribusi ini sejalan dengan penelitian
Kombado 2004 terhadap pelanggan PSK di kota Sorong Barat dimana mayoritas 51,7 pria yang menjadi pelanggan PSK di kota tersebut adalah berpendidikan
SMA. Bila dilihat dari hasil tabulasi silang, proporsi pemakaian kondom yang baik
lebih banyak pada responden dengan tingkat pendidikan tinggi yaitu 29,2. Hasil ini sesuai dengan survei STHP 2006 di Papua yang menyatakan persentase penggunaan
kondom sewaktu berhubungan seks dengan pasangan tidak tetap pada penduduk yang berpendidikan tinggi lebih besar dibanding persentase penggunaan kondom pada
penduduk yang berpendidikan di bawahnya. Tetapi tingkat perbedaan proporsi penggunaan kondom pada masing-masing jenjang tingkat pendidikan tidak cukup
signifikan, hal ini ditunjukkan oleh hasil uji statistik chi-square yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan responden dengan
perilaku penggunaan kondom. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kombado 2004 yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan dengan perilaku penggunaan kondom pada responden. Secara teoritis, umumnya orang yang berpendidikan lebih tinggi relatif
memiliki daya serap yang lebih baik dalam menerima pesan-pesan dan informasi dibandingkan orang yang berpendidikan rendah. Semakin tinggi pendidikan
seseorang maka pengetahuannya juga semakin bertambah, dan semakin bertambah
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan seseorang maka akan mempengaruhi perilakunya untuk berperilaku positif. Pada hasil penelitian ini, jenjang pendidikan tidak berhubungan signifkan
dengan pemakaian kondom karena menurut Green 1980 mengatakan bahwa perilaku dipengaruhi tidak hanya faktor diri manusia predisposisi seperti umur,
pendidikan dan pekerjaan, tetapi juga dipengaruhi faktor pemungkin dan faktor penguat antara lain ketersediaan sarana dan longgarnya peraturan.
5.2.3 Status Pernikahan