4.4 Analisis Multivariat
Pada penelitian ini, variabel bebas yang memenuhi kriteria kemaknaan statistik P 0,25 dimasukkan ke dalam analisis multivariat dengan menggunakan
uji regresi logistik berganda, yaitu variabel dorongan PSK, pengetahuan, persepsi berisiko tertular HIV, persepsi keseriusan, persepsi positif dan persepsi kemampuan
diri menggunakan kondom. Untuk mendapatkan faktor yang paling dominan dengan tindakan pemakaian kondom pada Anak Buah Kapal ABK di Pelabuhan Belawan
tahun 2012, maka semua kandidat diuji secara bersama-sama dengan menggunakan metode enter. Faktor yang akan dipertimbangkan untuk masuk dalam tiap seleksi
dilihat dengan nilai p. Pada setiap tahapan seleksi variabel yang tidak signifikan dikeluarkan satu persatu mulai dari p yang terbesar. Dari hasil seleksi pertama
terlihat ada beberapa variabel yang tidak berhubungan bermakna dengan perilaku penggunaan kondom p 0,05, tetapi yang dikeluarkan pada tahap ini adalah
variabel dengan nilai p terbesar saja, yaitu persepsi keseriusan. Setiap tahapan seleksi selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama hingga seleksi terakhir
diperoleh variabel yang seluruhnya berhubungan signifikan p 0,05. Pada hasil seleksi terakhir hanya diperoleh dua variabel dengan nilai p 0,05 yaitu variebel
persepsi positif kondom dan variabel dorongan PSK. Seperti terlihat pada tabel seleksi berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.29 Seleksi Variabel yang Berhubungan dengan Tindakan Penggunaan Kondom pada ABK di Pelabuhan Belawan Tahun 2012
Variabel B
P ExpB
95 CI for ExpB Lower
Upper
Seleksi 1
Dorongan PSK 1,930
0,006 6,890
1,741 27,264
Pengetahuan 0,730
0,312 2,075
0,504 8,544
Pers. Berisiko 1,532
0,038 4,627
1,088 19,679
Pers. Keseriusan -0.084
0,907 0,919
0,223 3,785
Pers. Positif 2,784
0,014 16,189
1,750 149,719
Pers. Kemampuan 1,528
0,067 4,611
0,899 23,656
Constant -6,360
0,000 0,002
- -
Seleksi 2
Dorongan PSK 1,918
0,006 6,806
1,751 26,461
Pengetahuan 0,711
0,312 2,035
0,514 8,065
Pers. Berisiko 1,512
0,035 4,536
1,110 18,536
Pers. Positif 2,775
0,014 16,032
1,752 146,665
Pers. Kemampuan 1,529
0,066 4,614
0,902 23,618
Constant -6,376
0,000 0,002
- -
Seleksi 3
Dorongan PSK 2,033
0,003 7,637
2,000 29,155
Pers. Berisiko 1,526
0,035 4,602
1,114 19,001
Pers. Positif 2,898
0,010 18,134
1,989 165,351
Pers. Kemampuan 1,591
0,059 4,906
0,941 25,580
Constant -6,157
0,000 0,002
- -
Seleksi 4
Dorongan PSK 2,175
0,003 7,637
2,000 29,155
Pers. Berisiko 1,242
0,060 3,462
0,947 12,659
Pers. Positif 3,658
0,001 38,793
4,507 333,913
Constant -5,674
0,000 0,003
- -
Seleksi 5
Dorongan PSK 2,147
0,001 8,558
2,455 29,829
Pers. Positif 3,710
0,001 40,851
4,863 343,188
Constant -5,263
0,000 0,005
- -
Variabel yang akan dikeluarkan dalam setiap tahapan seleksi Dari hasil seleksi terakhir diperoleh dua variabel yang berhubungan yaitu
dorongan PSK dan Persepsi positif kondom. Untuk melihat variabel yang paling dominan adalah variabel yang mempunyai nilai ExpB paling besar, dalam hal ini
Universitas Sumatera Utara
variabel persepsi positif kondom mempunyai nilai ExpB yang paling besar yaitu 40,851. Maka dapat disimpulkan bahwa persepsi positif kondom adalah variabel
yang paling dominan berhubungan dengan perilaku penggunaan kondom pada ABK di Pelabuhan Belawan tahun 2012. Dari hasil analisis regresi logistik ini, diperoleh
model persamaan sebagai berikut : � =
� � + �
−�
dimana, y = -5,263 + 3,710Persepsi positif + 2,147dorongan PSK
Contoh interpretasi pada salah seorang responden no. 11, dimana dari hasil penelitian diperoleh bahwa dorongan PSK untuk menggunakan kondom tinggi dan persepsi
positif terhadap kondom juga tinggi, maka peluang ABK tersebut untuk menggunakan kondom dengan baik adalah :
y = -5,263 + 3,710Persepsi positif + 2,147dorongan PSK y = -5,263 + 3,7101 + 2,147 1
y = 0,594, maka : � =
1 1 + e
−0,594
P = 0,36 Ini berarti probabilitas ABK dengan karakteristik yang sama seperti di atas untuk
menggunakan kondom dengan baik adalah 36.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Tindakan Penggunaan Kondom
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 95 ABK yang menjadi responden, hanya sebanyak 22 23,2 orang yang telah memakai kondom dengan
baik, sedangkan sisanya 73 76,8 masih belum menggunakan kondom dengan baik. Rendahnya pemakaian kondom pada ABK ini juga ditunjukkan oleh hasil
survei sentinel perilaku Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia terhadap perilaku berisiko tinggi terkena PMSHIV di Bali, Kupang, dan Ujung Pandang
tahun 2000 yang menunjukkan bahwa 44 responden laki-laki pelautABK, pengemudi truk dan bus antar kota di Bali, 85 di Kupang, dan 38 di
Makassar, dimana mereka yang memakai jasa pekerja seks dengan angka penggunaan kondom secara konsisten hanya di bawah 9 Mutia, 2008. Hal yang
sama juga diperoleh dari hasil Survei Surveilans Perilaku SSP BPS dan Depkes RI tahun 2004-2005 pada kelompok pria yang menunjukkan bahwa hanya 6,4
pelautABK yang menyatakan selalu menggunakan kondom. Hasil STBP 2011 juga menyatakan bahwa ABK yang selalu menggunakan kondom ketika berhubungan
seksual dengan pekerja seks komersil masih sangat rendah, hanya 8. Bila ditinjau dari proporsi penggunaan kondom, terjadi peningkatan
penggunaan kondom ABK yang menjadi responden pada penelitian ini, hal ini kemungkinan dikarenakan sebagian ABK yang diambil sebagai responden adalah
Universitas Sumatera Utara
ABK yang mengikuti konseling di klinik VCT Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan sehingga lebih teredukasi, terutama dalam tindakan pencegahan HIVAIDS.
Rendahnya pemakaian kondom pada ABK ini sudah selayaknya mendapat perhatian dari berbagai kalangan, karena ABK yang menjadi pelanggan PSK,
berperan penting dalam penyebaran HIVAIDS, perilaku seksual berisiko yang mereka lakukan dapat menjadi jembatan penyebrangan HIV dari kelompok yang
berisiko tinggi pekerja seks ke kelompok yang berisiko rendah ibu rumah tangga dan anak-anak. Seorang ABK yang memiliki perilaku seksual berisiko , dengan
tidak memproteksi diri secara konsisten menggunakan kondom bukan hanya akan menyebabkan dirinya terinfeksi HIV, melainkan juga dapat menyebarkan virus
tersebut kepada istri dan anak-anaknya kelak.
5.2 Analisis Bivariat 5.2.1 Umur