Sifat Kemis dan Biologis

anasir gigitiruan porselen juga dapat menyebabkan crazing pada basis di daerah sekitar leher anasir gigitiruan yang diakibatkan perbedaan koefisien ekspansi termal antara porselen dan resin akrilik. Ketiga, crazing dapat terjadi selama perbaikan gigitiruan ketika monomer metil metakrilat berkontak dengan resin akrilik yang telah mengeras dari potongan yang sedang diperbaiki. Tingkat crazing ini dapat dikurangi oleh cross-linking agent yang berfungsi mengikat rantai-rantai polimer. 7,22 e. Kekerasan Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN atau 15 kgmm 2 . Nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa resin akrilik relatif lunak dibandingkan dengan logam dan mengakibatkan basis resin akrilik cenderung menipis. Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan terutama pasta gigi pembersih yang abrasif, namun penipisan basis resin akrilik ini bukan suatu masalah besar. 3,5,7

2.3.3.3 Sifat Kemis dan Biologis

Sifat kemis adalah sifat suatu bahan yang dapat mengubah sifat dasar bahan tersebut, seperti penyerapan air dan stabilitas warna. Sifat biologis adalah sifat suatu bahan dalam interaksinya dengan makhluk hidup, seperti pembentukan koloni bakteri dan biokompatibilitas. 5-7 a. Penyerapan Air Resin akrilik menyerap air secara perlahan, biasanya melalui difusi, dan mencapai titik keseimbangan sekitar 2 setelah periode beberapa hari atau minggu tergantung pada ketebalan gigitiruan. Penyerapan air selalu terjadi pada resin akrilik dengan tingkat yang lebih besar pada bahan yang lebih kasar. Penyerapan air menyebabkan perubahan dimensi, meskipun tidak signifikan. 2,5,7 b. Pembentukan Koloni Bakteri Kemampuan organisme tertentu untuk berkembang pada permukaan gigitiruan resin akrilik berkaitan dengan penyerapan air, energi bebas permukaan, kekerasan permukaan, dan kekasaran permukaan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki penyerapan air yang rendah, Universitas Sumatera Utara permukaan yang halus, kekerasan permukaan yang lebih tinggi dibandingkan nilon dan sudut kontak permukaan dengan air yang cukup besar sehingga apabila diproses dengan baik dan sering dibersihkan maka perlekatan bakteri tidak akan mudah terjadi. 5,7 Candida albicans merupakan jamur yang paling lazim berada dalam rongga mulut dan telah diketahui sebagai penyebab utama terjadinya denture stomatitis. Pada sifat kemis dan biologis, resin akrilik yang berhubungan dengan interaksi suatu bahan terhadap mikroorganisme pada rongga mulut memperlihatkan bahwa pemakaian gigitiruan secara terus menerus dapat mengakibatkan penumpukan plak yang disebabkan oleh kemampuan mikroorganisme seperti Candida albicans berkembang pada permukaan basis gigitiruan resin akrilik. 4,5 Pemeliharaan yang adekuat pada gigitiruan sangat diperlukan agar gigitiruan tetap estetis, tidak bau, dan memperoleh oral higiene yang baik. Pembersihan dan perendaman gigitiruan dalam pembersih kemis secara teratur umumnya sudah cukup untuk mengurangi masalah perlekatan bakteri. 3,5 c. Stabilitas Warna Yu-lin Lai dkk. 2003 mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik dan menemukan bahwa resin akrilik menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi. Beberapa penulis juga menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki stabilitas warna yang baik. 1,5 d. Biokompatibilitas Secara umum, resin akrilik polimerisasi panas sangat biokompatibel. Walaupun demikian, beberapa pasien mungkin menunjukkan reaksi alergi yang disebabkan monomer sisa metil metakrilat atau benzoic acid pada basis gigitiruan. Pasien yang tidak alergi juga dapat mengalami iritasi apabila terdapat jumlah monomer yang tinggi pada basis gigitiruan yang tidak dikuring dengan baik. Batas maksimal konsentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi panas menurut standar ISO adalah 2,2 . 1,2,5,7,20 Universitas Sumatera Utara

2.4 Candida albicans