2.3.3 Sifat-Sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Sifat-sifat bahan resin akrilik terbagi atas sifat fisis, sifat mekanis, serta sifat kemis dan biologis.
5-7
2.3.3.1 Sifat Fisis
Sifat fisis merupakan sifat suatu bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan atau gaya dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Sifat fisis terdiri dari
massa jenis, ekspansi termal, porositas dan kekasaran permukaan.
5
a. Massa Jenis Resin akrilik memiliki massa jenis yang relatif rendah yaitu sekitar 1,2 gcm
3
. Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti
karbon, oksigen dan hidrogen.
1,5,7,22
b. Ekspansi Termal Koefisien ekspansi termal resin akrilik polimerisasi panas adalah sekitar
80 ppm
o
C. Nilai ini merupakan angka yang cukup tinggi dari kelompok resin.
2
c. Porositas Adanya gelembung porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat
mempengaruhi sifat fisis, estetik dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh
penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah, disertai dengan temperatur resin yang mencapai atau melebihi titik didih bahan
tersebut. Porositas juga dapat berasal dari pengadukan komponen bubuk dan cairan yang tidak tepat. Timbulnya porositas juga dapat diminimalkan dengan pengadukan
adonan resin akrilik hingga homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat, prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu
pengisian bahan ke dalam mold yang tepat.
1,2,5,7,22
d. Kekasaran Permukaan Beberapa peneliti menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas
memiliki permukaan yang halus dan mampu mempertahankan pemolesan yang baik selama jangka waktu pemakaian yang panjang. Kekasaran permukaan terjadi dalam
Universitas Sumatera Utara
beberapa bulan setelah pemakaian gigitiruan yang merupakan awal dari perlekatan sisa makanan. Gigitiruan dengan permukaan yang kasar dapat menyebabkan
perlekatan plak bakteri.
5,7
2.3.3.2 Sifat Mekanis
Sifat mekanis adalah respons yang terukur, baik elastis maupun plastis, dari bahan bila terkena gaya atau distribusi tekanan. Sifat mekanis bahan basis gigitiruan
terdiri atas kekuatan tensil, kekuatan impak, fatique, crazing dan kekerasan.
2,3,5,7
a. Kekuatan Tensil Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa. Kekuatan
tensil resin akrilik yang rendah ini merupakan salah satu kekurangan utama resin akrilik.
2,3,7,20
b. Kekuatan Impak Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 1 cm kgcm. Resin
akrilik memiliki kekuatan impak yang relatif rendah dan apabila gigitiruan akrilik jatuh ke atas permukaan yang keras kemungkinan besar akan terjadi fraktur.
5,20
c. Fatique Resin akrilik memiliki ketahanan yang relatif buruk terhadap fraktur akibat
fatique. Fatique merupakan akibat dari pemakaian gigitiruan yang tidak didesain dengan baik sehingga basis gigitiruan melengkung setiap menerima tekanan
pengunyahan. Kekuatan fatique basis resin akrilik polimerisasi panas adalah 1,5 juta lengkungan sebelum patah dengan beban 2500 lbin
2
pada stress maksimum 17 MPa.
3,5,7
d. Crazing Crazing kadang-kadang muncul berupa kumpulan retakan pada permukaan
gigitiruan resin akrilik yang dapat melemahkan basis gigitiruan. Retakan-retakan ini dapat timbul akibat salah satu dari tiga mekanisme. Pertama, apabila pasien memiliki
kebiasaan sering mengeluarkan gigitiruannya dan membiarkannya kering, siklus penyerapan air yang konstan diikuti pengeringan sehingga dapat menimbulkan stress
tensil pada permukaan dan mengakibatkan terjadinya crazing. Kedua, penggunaan
Universitas Sumatera Utara
anasir gigitiruan porselen juga dapat menyebabkan crazing pada basis di daerah sekitar leher anasir gigitiruan yang diakibatkan perbedaan koefisien ekspansi termal
antara porselen dan resin akrilik. Ketiga, crazing dapat terjadi selama perbaikan gigitiruan ketika monomer metil metakrilat berkontak dengan resin akrilik yang telah
mengeras dari potongan yang sedang diperbaiki. Tingkat crazing ini dapat dikurangi oleh cross-linking agent yang berfungsi mengikat rantai-rantai polimer.
7,22
e. Kekerasan Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN atau
15 kgmm
2
. Nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa resin akrilik relatif lunak dibandingkan dengan logam dan mengakibatkan basis resin akrilik cenderung
menipis. Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan terutama pasta gigi pembersih yang abrasif, namun penipisan basis resin akrilik ini bukan suatu masalah
besar.
3,5,7
2.3.3.3 Sifat Kemis dan Biologis