Pandangan Masyarakat terhadap makam R. Ng. Yosodipuro I

” biar dagangan saya laris manis” wawancara dengan Syahbudi peziarah, tanggal 30 April 2009. Wawancara dengan Eko Wibowo: ”saya memohon kepada Eyang supaya bisa mengerjakan ujian dan lulus dengan nilai yang baik” wawancara dengan Eko Wibowo peziarah, tanggal 30 April. Oleh karena itu pelaksanaan upacara ziarah sesungguhnya merupakan suatu perwujudan tingkah laku manusia yang mengakui kebesaran Tuhan dan mensyukuri segala rahmatnya, juga dalam kesempatan tersebut menjadikan media permohonan berkah kepada R.Ng. Yosodipuro I.

E. Pandangan Masyarakat terhadap makam R. Ng. Yosodipuro I

Pandangan masyarakat desa Bendan mengenai makam Eyang Yosodipuro panggilan masyarakat kepada R. Ng. Yosodipuro I berbeda satu sama lain, ada yang menganggap bahwa makam R. Ng. Yosodipuro I tersebut merupakan makam dari eyang atau leluhur dari masyarakat Pengging dan makam dari orang yang berjasa bagi keraton Surakarta sehingga wajib untuk dihormati dan di do’akan pada hari tertentu tempat berziarah. Seperti dikutip dalam wawancara dengan bapak Sancoyo juru kunci makam R.Ng.Yosodipuro I: ” bagi saya, makam Eyang merupakan makam leluhur masyarakat Pengging yang telah berjasa bagi Keraton Surakarta jadi wajib di hormati dan di do’akan” Wawancara dengan Sancoyo juru kunci, tanggal 1 Mei 2009. Tetapi ada juga sebagian masyarakat yang berpandangan makam dari R. Ng. Yosodipuro I adalah tempat untuk melakukan tirakatan agar harapan atau keinginan seseorang dapat terkabul. Seperti dikutip dalam wawancara dengan Bapak Ragimin penduduk desa Bendan: ” bagi saya makam Eyang merupakan tempat untuk melakukan tirakatan, nyepi dan sejenisnya bagi mereka yang mempunyai keinginan atau harapan” Wawancara dengan Ragimin penduduk desa Bendan tanggal 20 April 2009. Ada juga yang memandang makam dari R.Ng. Yosodipuro I sebagai tempat yang keramat. Seperti dikutip dalam wawancara dengan Bapak Tukino penduduk desa Bendan: ” bagi saya makam eyang itu tempat yang keramat atau angker” Wawancara dengan Tukino penduduk desa Bendan, tanggal 20 April 2009. Bahkan ada juga masyarakat yang menganggap makam R. Ng. Yosodipuro I sebagai tempat untuk mencari rejeki atau menambah pendapatan karena banyak pengunjung yang datang ke makam R.Ng. Yosodipuro I baik peziarah maupun pengunjung yang hanya ingin melihat-lihat saja atau berkumpul serta berbincang-bincang dengan temannya sehingga mereka bisa membuka usaha di sekitar makam R.Ng. Yosodipuro I tersebut. Seperti dikutip dalam wawancara dengan Suhedi penduduk desa Bendan: ”bagi saya, makam Eyang merupakan ladang rejeki yang bisa menambah pendapatan keluarga saya dan meningkatkan kehidupan keluarga saya. Pokoknya kesejahteraan keluarga saya meningkat dan semua kebutuhan hidup saya, istri dan anak-anak saya alhamdulillah dapat terpenuh” Wawancara dengan Suhedi penduduk desa Bendan sekaligus pedagang makanan di makam R.Ng. Yosodipuro I, tanggal 30 April 2009. Tapi ada juga masyarakat desa Bendan yang memandang makam R.Ng.Yosodipuro I adalah makam yang memiliki nilai sejarah yang tinggi dan makam yang membawa perubahan ekonomi bagi masyarakat sehingga perlu dilestarikan keberadaannya oleh semua pihak. Seperti di kutib dalam wawancara dengan Teguh seorang mahasiswa dari salah satu Perguruaan Tinggi di Solo, dia mengatakan: ” makam Eyang bagi saya mempunyai nilai sejarah yang tinggi dan bisa membawa perubahan ekonomi bagi masyarakatnya, jadi harus dilestarikan oleh semuanya” Wawancara dengan Teguh penduduk desa Bendan, tanggal 5 Mei 2009.

F. Peluang Kerja Bagi Masyarakat Sekitar Makam