Lahirnya Bagus Banjar RIWAYAT HIDUP R.Ng. YOSODIPURO I

B. Lahirnya Bagus Banjar

Tidak lama sesudah perkawinan antara R.T. Padmonegoro dengan Siti Maryam Nyi Ageng Padmonegoro, Nyi Ageng Padmonegoro hamil dan setelah 9 bulan lahirlah seorang putri. Tetapi di benak hati R.T. Padmonegoro merasa kurang puas karena anak yang diidam-idamkan adalah seorang anak laki-laki. Beliau kemudian selalu memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar dikaruniai seorang anak laki-laki, bahkan beliau sampai melakukan topo broto dan keprihatinan siang dan malam serta mengurangi makan dan tidur agar harapannya bisa terkabul. P.A. Aryo Prabuwijoyo P. Bawono P. Emas Panembahan Radin P. Haryo Wiramenggolo P. Adipati Wiromenggolo PH. Danupoyo KRT. Padmonegoro R.Ng. Yosodipuro I Pada suatu malam, di halaman rumah R.T. Padmonegoro dikerumuni banyak orang, sehingga membuat R.T. Padmonegoro bingung. Setelah ditanyakan kepada orang-orang yang datang berkerumun di depan rumahnya, di dapat jawaban bahwa mereka melihat “ndaru” yaitu sebuah sinar berwarna hijau keputihan sebesar cengkir kelapa muda yang jatuh di atas rumah R.T. Padmonegoro. Beliau berharap kejadian tersebut sebagai pertanda kebaikan atau keberuntungan bagi keluarganya. Tidak lama setelah kejadian jatuhnya ndaru di atas rumah R.T. Padmonegoro, Nyi Ageng Padmonegoro mengandung lagi, dan pada waktu menjelang kelahiran bayi yang dikandungnya tersebut yaitu tepatnya pada hari kamis malam Jum’at Pahing keluarga R.T. Padmonegoro kedatangan sesepuh dari daerah Pedan yang mengaku sebagai Petinggi Palar. Tamu tersebut mengatakan bahwa berdasarkan suatu nujum, kalau ada bayi yang lahir di hari Jum’at Pahing maka akan membawa keberuntungan yang sangat baik dan suatu saat nanti bayi tersebut akan memiliki kelebihan dari anak yang lainnya. Petinggi Palar tersebut kemudian diterima oleh Kyai Kalipah Caripu yaitu ayah dari Nyi Ageng Padmonegoro, dan mereka pun berbincang-bincang dengan asiknya. Tidak beberapa lama datanglah Kyai Hanggamaya dari Bagelan. Kyai Hanggamaya adalah sahabat karib dari Kyai Kalipah Caripu, Kyai Hanggamaya adalah seorang ulama besar yang sangat luas ilmu pengetahuannya serta berwawasan tinggi dan berhati mulia. Pada saat itulah Kyai Hanggamaya mengatakan bahwa Nyi Ageng Padmonegoro pada saat subuh nanti akan melahirkan seorang anak laki-laki yang kelak akan menjadi orang yang pandai dan menjadi manusia yang memiliki kelebihan, bahkan anak tersebut akan menjadi orang yang dekat dengan raja “cinaket ing ratu”. Begitu asiknya para tamu berbincang-bincang tanpa terasa telah menjelang subuh, maka para tamu pun segera pergi mengambil air wudhu dan selanjutnya ke tempat ibadah untuk melaksanakan shalat subuh bersama-sama. Setelah mereka selesai shalat subuh, pembantu R.T. Padmonegoro menemui R.T. Padmonegoro untuk memberitahukan bahwa Nyi Ageng Padmonegoro akan segera melahirkan. Beberapa saat kemudian lahirlah bayi yang dikandungan istrinya. Bayi tersebut ternyata masih dalam keadaan terbungkus dan terlilit kalung usus. Bungkus tersebut kemudian di gurat dengan garam oleh Kyai Hanggamaya kemudian bungkus tersebut pecah dan ternyata bayi tersebut adalah anak laki-laki, setelah itu usus yang melingkar di leher bayi tersebut dibenahi hingga terlepas. Menurut kepercayaan, bayi yang pada waktu lahir lehernya dikalungi usus maka kalau sudah besar akan selalu pantas, serasi dan luwes dalam mengenakan pakaian. Setelah bayi selesai dibersihkan kemudian semua sesepuh yang ada di rumah R.T. Padmonegoro menciumi ubun-ubun bayi dengan maksud untuk memberikan restu agar sang bayi senantiasa dalam keadaan sehat wal’afiat tiada halangan suatu apapun. Setelah bayi berusia 5 hari maka sudah waktunya untuk di beri nama tetenger. Nama yang diberikan kepada bayi laki-laki tersebut adalah ”BAGUS BANJAR”, dan karena lahirnya pada waktu subuh maka Bagus Banjar mendapat panggilan Joko Subuh. Seperti dikutip dalam wawancara dengan juru kunci makam R.Ng.Yosodipuro I: ” Waktu kecil nama Eyang Yosodipuro I adalah Bagus Banjar, tapi ada nama lainnya yaitu Joko Subuh karena lahirnya pada saat shubuh” Wawancara dengan Sancoyo juru kunci, tanggal 1 Mei 2009. Di dalam menunggui Bagus Banjar, Kyai Hanggamaya dan Petinggi Palar berada di Pengging sampai sepekan 7 hari . Pada saat Kyai Hanggamaya akan pulang ke Bagelan, Kyai Hanggamaya berpesan kepada keluarga R.T. Padmonegoro agar kalau Bagus Banjar sudah berusia sewindu delapan tahun supaya dikirim ke Bagelan Kedu untuk diberi pelajaran berbagai macam ilmu pengetahuan Drs. Soetomo WE, Drs. Cahyo Budi Utomo,1990: 60.

C. Bagus Banjar Menjadi Murid Kyai Hanggamaya di Bagelan