sedang kotor karena menstruasi. Selain itu orang yang sedang menstruasi dikhawatirkan bisa membangunkan roh penunggu makam.
5. Apabila hendak mengadakan pemotretan dan merekam video dimakam, haruslah mendapat
izin dari juru kunci. Hal tersebut dikarenakan agar pada saat di foto atau di rekam tidak ada penampakan makhluk halus di dalamnya. Oleh karena itu alat potret maupun alat perekam
harus disucikan oleh juru kunci terlebih dahulu. 6.
Tidak membawa minuman keras, senjata tajam karena hal tersebut bisa mengganggu jalannya upacara dan mengganggu ketentraman serta kenyamanan pezirah yang lain.
Seperti dikutip dalam wawancara dengan Bapak Sancoyo juru kunci makam R.Ng.Yosodipuro I:
” tidak ada peraturan khusus bagi pezirah yang datang ke makam Eyang, yang paling penting adalah menjaga sopan santun baik dari kata-katanya maupun perilakunya. Tidak
membawa senjata, minuman keras, kalau meminta foto harus lapor pada saya dan juga tidak boleh mengganggu ketentraman. Kalau itu tidak dilaksanakan maka tanggung sendiri
akibatnya” Wawancara dengan Sancoyo juru kunci, tanggal 1 Mei 2009.
D. Maksud dan Tujuan Upacara Ziarah
Upacara ziarah yang penyelenggaraannya bersifat pribadi dan pada hakekatnya merupakan adat atau tradisi yang berkembang dengan pesat. Hubungannya dengan unsur-unsur
religi dari suatu kehidupan kepercayaan sebagai wujud tingkah laku resmi untuk peristiwa- peristiwa tertentu yang tidak ditujukan pada kegiatan teknis sehari-hari melainkan suatu bentuk
keyakinan adanya kekuatan diluar kekuatan manusia. Pada hakekatnya, penyelenggaraan upacara ziarah juga merupakan kegiatan ziarah kubur.
Ditinjau dari sudut keagamaan, ziarah mempunyai maksud dan tujuan dua hal yaitu: 1.
Untuk Penghormatan dan Mendo’akan
Maksud dan tujuan ziarah yang pertama yaitu untuk memberikan penghormatan dan mendoakan arwah leluhur yang dalam hal ini adalah arwah R.Ng. Yosodipuro I agar
mendapatkan tempat yang layak disisi Tuhan Yang Maha Esa. Seperti dikutip dalam wawancara dengan Bapak Sancoyo juru kunci makam R.Ng.Yosodipuro I:
”secara umum biasanya mereka datang untuk mendo’akan Eyang dan penghormatan atas jasa-jasa Eyang” wawancara dengan Sancoyo juru kunci,
tanggal 1 Mei 2009.
2. Sarana Spiritual
Sedangkan maksud dan tujuan ziarah yang kedua adalah sebagai sarana spiritual untuk memohon berkah kepada Yang Maha Kuasa melalui kegiatan ziarah dengan menggunakan
media janur kuning. Untuk mengetahui keberhasilan permohonannya yaitu dengan menanyakan kepada juru kunci sebagai perantaranya. Antara peziarah yang satu dengan
yang lainnya mempunyai permohonan yang berbeda-beda. Seperti dikutip dalam wawancara dengan Bapak Sancoyo juru kunci makam R.Ng.Yosodipuro I:
”maksud mereka datang ke sini kebanyakan untuk memohon berkah kepada Eyang. Permohonannya berbeda-beda tergantung keinginan mereka” wawancara dengan
Sancoyo juru kunci, tanggal 1 Mei 2009.
Permohonan peziarah tersebut antara lain: menginginkan naik jabatan, agar bisa di terima jadi PNS, di beri kemudahan jodoh, bagi para pedagang menginginkan
dagangannya laris, bagi kaum petani menginginkan hasil panennya selalu melimpah dan jauh dari gagal panen, bagi yang belum dikaruniai anak menginginkan diberikan
momongan, bahkan ada juga remaja yang meminta agar bisa lulus ujian dan lain-lain. Seperti dikutip dalam wawancara dengan beberapa peziarah di makam R.Ng.Yosodipuro I
antara lain peziarah yang bernama mbak Retno: ”saya meminta Eyang untuk cepat mendapat kerja” wawancara dengan Retno
peziarah, tanggal 30 April 2009. Selain itu ada wawancara dengan Bapak Syahbudi, dia mengatakan:
” biar dagangan saya laris manis” wawancara dengan Syahbudi peziarah, tanggal 30 April 2009.
Wawancara dengan Eko Wibowo: ”saya memohon kepada Eyang supaya bisa mengerjakan ujian dan lulus dengan
nilai yang baik” wawancara dengan Eko Wibowo peziarah, tanggal 30 April.
Oleh karena itu pelaksanaan upacara ziarah sesungguhnya merupakan suatu perwujudan tingkah laku manusia yang mengakui kebesaran Tuhan dan mensyukuri segala
rahmatnya, juga dalam kesempatan tersebut menjadikan media permohonan berkah kepada R.Ng. Yosodipuro I.
E. Pandangan Masyarakat terhadap makam R. Ng. Yosodipuro I