Tata Tertib Berziarah Larangan-Larangan Dalam Pelaksanaan Upacara Ziarah

mengalahkan musuhnya. 26. Wawu : Menemukan keuntungan dari perbuatan terpuji. 27. Hak : Tertolong dan bisa selamat dari mara bahaya. 28. Lam-Alip : Yang diharapkan tidak terlaksana, lebih baik berhenti dulu. 29. Hamzah : Bertobatlah kepada Allah. 30. Zai : Mendapatkan kebaikan dan kesehatan. Akhir upacara ziarah, apabila telah terbaca huruf Arab yang tertera pada janur kuning tersebut, ini berarti bahwa para peziarah yang ikut upacara ziarah tersebut telah mendapatkan jawaban dari apa yang menjadi cita-citanya, setelah itu tinggal meyakini makna tulisan yang tertera pada janur kuning yang disanggarkan.

B. Tata Tertib Berziarah

Tata tertib dalam berziarah di makam R. Ng. Yosodipuro I adalah sebagai berikut: 1. Peziarah yang datang diharuskan untuk mendaftarkan diri terlebih dahulu. 2. Bagi tamu atau peziarah yang ingin bermalam atau nyepi selain malam jum’at, harus: a. Lapor kepada panitia b. Menunjukkan KTP asli atau baru. c. Membawa surat keterangan dari kepala desa setempat. d. Menginap maximal 3 hari. Seperti dikutip dalam wawancara dengan Bapak Sancoyo juru kunci makam R.Ng.Yosodipuro I: ”tidak ada tata tertib yang khusus dalam berziarah di makam Eyang, yang pasti peziarah yang datang harus mendaftarkan diri dengan menulis namanya di buku tamu dan kalau mau menginap disini juga boleh tapi harus lapor pada panitia, menunjukkan KTP asli atau baru, membawa surat keterangan dari kepala desa dan menginap paling lama hanya 3 hari” Wawancara dengan Sancoyo juru kunci, tanggal 1 Mei 2009.

C. Larangan-Larangan Dalam Pelaksanaan Upacara Ziarah

Upacara ziarah tersebut hanya merupakan kegiatan ” nyekar ”, sehingga tidak ada pantangan atau larangan yang ketat, tapi para peziarah hanya dimintai berlaku tertib dan sopan. Anjuran itu antara lain : 1. Bersikap dan bertingkah laku yang baik serta sopan, oleh peziarah maupun petugas karena hal tersebut dianggap penghormatan arwah yang dimakamkan. 2. Pada waktu masuk kedalam cungkup makam, para peziarah harus melepas alas kaki dan berjalan dengan jongkok. Hal itu disebabkan karena R.Ng. Yosodipuro I merupakan abdi dalem keraton Surakarta yang disegani oleh masyarakat sehingga sebagai penghormatan terhadap beliau diwajibkan berjalan jongkok layaknya seorang abdi yang akan menghadap rajanya. 3. Tidak diperkenankan mengucapkan kata-kata kotor tidak sopan agar tidak menyinggung serta mengganggu penghuni alam ghaib makhluk halus, yang nantinya di khawatirkan makhluk halus bisa merasuki orang tersebut. Selain itu dimaksudkan untuk menjaga kekeramatan makam R.Ng. Yosodipuro I. 4. Bagi wanita yang sedang berhalangan atau menstruasi dilarang mengikuti upacara ziarah ini atau nyekar dikarenakan orang yang sedang menstruasi dalam keadaan tidak bersih atau kotor. Sedangkan makam tersebut merupakan tempat yang disucikan dan keramatkan sehingga tidak boleh kotor oleh apapun baik kotor karena sampah maupun orang yang sedang kotor karena menstruasi. Selain itu orang yang sedang menstruasi dikhawatirkan bisa membangunkan roh penunggu makam. 5. Apabila hendak mengadakan pemotretan dan merekam video dimakam, haruslah mendapat izin dari juru kunci. Hal tersebut dikarenakan agar pada saat di foto atau di rekam tidak ada penampakan makhluk halus di dalamnya. Oleh karena itu alat potret maupun alat perekam harus disucikan oleh juru kunci terlebih dahulu. 6. Tidak membawa minuman keras, senjata tajam karena hal tersebut bisa mengganggu jalannya upacara dan mengganggu ketentraman serta kenyamanan pezirah yang lain. Seperti dikutip dalam wawancara dengan Bapak Sancoyo juru kunci makam R.Ng.Yosodipuro I: ” tidak ada peraturan khusus bagi pezirah yang datang ke makam Eyang, yang paling penting adalah menjaga sopan santun baik dari kata-katanya maupun perilakunya. Tidak membawa senjata, minuman keras, kalau meminta foto harus lapor pada saya dan juga tidak boleh mengganggu ketentraman. Kalau itu tidak dilaksanakan maka tanggung sendiri akibatnya” Wawancara dengan Sancoyo juru kunci, tanggal 1 Mei 2009.

D. Maksud dan Tujuan Upacara Ziarah