Persiapan Upacara Ziarah Aktivitas Ziarah

4. Persiapan Upacara Ziarah

Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa pengunjung yang ikut dalam upacara ziarah di makam R.Ng. Yosodipuro I sebelumnya telah membeli dan membawa peralatan berupa kemenyan, dupa dan kembang telon. Sementara itu dari pihak panitia telah menyediakan janur kuning yang telah di beri nomer urut dan anglo tempat pembakaran kemenyan yang terletak di sebelah barat makam. Panitia tidak memungut bayaran atas janur kuning yang telah disediakan dan biasanya janur kuning tersebut di dapat oleh juru kunci dengan mencarinya di sekitar tempat tinggalnya dengan meminta kepada orang yang mempunyai janur kuning tersebut dan diganti dengan ucapan terima kasih saja karena janur kuning jarang dipakai oleh masyarakat desa Bendan kecuali pada acara-acara tertentu seperti pernikahan, tradisi kupatan. Seperti dikutip dalam wawancara dengan juru kunci makam R.Ng.Yosodipuro I: ” janur kuningnya sudah disediakan panitia jadi peziarah tidak harus mencari atau membeli. Pihak panitia tidak memungut bayaran untuk janur kuning itu. Biasanya yang nyari janur kuning itu ya saya sendiri di sekitar sini-sini saja. Saya juga tidak membelinya tapi saya memanjat dari pohon-pohon di sekitar sini jadi cuma dibayar dengan ucapan terima kasih” Wawancara dengan Sancoyo juru kunci, tanggal 1 Mei 2009. Bunga dan kemenyan tersebut digunakan sebagai sarana untuk berkirim do’a dengan maksud dan tujuan tertentu dalam ziarah tersebut tergantung dari keinginan dari peziarah tersebut. Seperti dikutip dalam wawancara dengan bapak Sancoyo juru kunci makam R.Ng.Yosodipuro I: ”bunga dan kemenyan itu dipakai untuk mengirim do’a dari peziarah, kalau do’a nya itu tergantung dari apa yang diinginkan oleh peziarah itu” Wawancara dengan Sancoyo juru kunci, tanggal 1 Mei 2009. Bunga atau yang biasa disebut dengan kembang telon atau bunga tabur bahkan ada juga yang menyebutnya kembang setaman yaitu biasanya terdiri dari tiga macam bunga seperti bunga mawar, bungan melati dan bungan kantil namun kadang-kadang dipakai bunga kenanga sebagai pelengkapnya, meskipun bunga-bunga tersebut yang dipakai sebagai alat yang permanen dalam berziarah namun tidak ada aturan yang pasti tentang jenis-jenis bunga tertentu yang harus digunakan. Seperti dikutip dalam wawancara dengan bapak Sancoyo juru kunci makam R.Ng.Yosodipuro I: ” bunga yang dipakai bisa apa saja karena panitia dan saya tidak membuat peraturan tentang bunga yang harus dibawa oleh peziarah tergantung kepercayaan peziarah itu sendiri” Wawancara dengan Sancoyo juru kunci, tanggal 1 Mei 2009. Dari ketiga bunga tersebut yaitu bunga mawar, melati dan bunga kantil mempunyai arti dan lambang sendiri-sendiri. Bunga mawar mengandung maksud bahwa yang telah meninggal namanya akan tetap harum ngambar arum, bunga melati merupakan simbol kesucian, yaitu supaya yang meninggal dosa-dosanya diampuni sampai bersih dan suci sedangkan bunga kantil yaitu ”tansah kumantil marang kang gawe urip” yang artinya agar orang yang telah meninggal bisa dekat dengan Tuhannya. Sementara kemenyan dimaksudkan sebagai sarana spiritual dan sebagai sarana komunikasi dengan roh halus untuk memohon berkah karena aroma yang ditimbulkan dari kemenyan akan memudahkan terjadinya komunikasi secara khusus dan spiritual. Secara umum sebenarnya juru kunci tidak mewajibkan para peziarah untuk membawa kembang, itu semua tergantung pada kepercayaan masing-masing peziarah karena pada intinya berziarah adalah mendo’akan orang yang telah meninggal. Seperti dikutip dalam wawancara dengan bapak Sancoyojuru kunci makam R.Ng.Yosodipuro I: ”ya pasti mempunyai arti sendiri-sendiri, kembang mawar artinya agar yang meninggal namanya tetap wangi atau harum terus kembang melati itu sendiri lambang suci atau kesucian yang artinya biar yang meninggal diampuni dosa-dosanya oleh Allah, kalau kanthil artinya biar yang meninggal bisa dekat dengan Allah bahasa Jawanya tansah kumantil marang kang gawe urip. Kalau kemenyan itu untuk memudahkan hubungan dengan roh halus. Tapi lepas dari arti-arti kembang itu semuanya, saya tidak mewajibkan para peziarah untuk membawa kembang. Itu semua tergantung pada kepercayaan masing- masing peziarah karena pada intinya berziarah adalah mendo’akan orang yang telah meninggal” Wawancara dengan Sancoyo juru kunci, tanggal 1 Mei 2009.

5. Jalannya Upacara Ziarah