77
VIII. STRATEGI PEMBERDAYAAN BAKUL PASAR
8.1. Perumusan Strategi Pemberdayaan Bakul Pasar
Sektor informal khususnya yang berada di pasar tradisional merupakan sektor yang memainkan peranan penting dalam perekonomian daerah baik saat
ini maupun di masa mendatang karena sifatnya yang mudah dimasuki easy to entry. Secara mikro pentingnya peranan sektor informal dapat diamati dari
beberapa alasan sebagai berikut : 1. Menciptakan peluang kerja dan usaha
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat 3. Menjangkau daya beli berbagai lapisan masyarakat
4. Meningkatkan pendapatan asli daerah 5. Mengembangkan semangat kewira-usahaan
6. Mendukung pariwisata Namun demikian, Berdasarkan wawancara mendalam dan FGD bersama
dengan stakeholder, dapat dirangkum permasalahan yang ada pada komunitas bakul pasar tradisional diantaranya: 1rendahnya keberpihakan kelembagaan
permodalan formal dan informal kepada bakul pasar, sehingga para bakul pasar kesulitan untuk mendapatkan modal dengan bunga rendah dan mudah diperoleh
untuk mengembangkan skala usahanya menjadi lebih besar; 2minimnya pengetahuan dan ketrampilan bakul pasar, sehingga semakin membawa mereka
pada posisi yang termarginalkan pada situasi perekonomian yang semakin kapitalis; 3lemahnya jejaring antara bakul pasar dengan suplier dan pelaku
ekonomi lapisan atas sehingga bakul pasar sulit melakukan ekspansi usaha; 4lemahnya peran organisasi dan kelembagaan bakul pasar sehingga
menyebabkan posisi rebut tawar bargaining position sesama bakul pasar kurang menguntungkan.
Untuk menganalisis lebih jauh mengenai permasalahan dan potensi bakul pasar, “bank plecit” dan bank pasar maka dilakukan pengamatan, wawancara
mendalam dan focus group discussion. Dalam kegiatan penelitian ini sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat hal yang menjadi prioritas
adalah mengutamakan kesetaraan, kemandirian, partisipasi dan sedapat mungkin prakarsa dari bawah. Melalui wawancara mendalam dan kuesioner
yang dibagikan, stakeholder dapat menyampaikan berbagai permasalahan,
78 inisiatif dan harapan masing-masing secara bebas tanpa tekanan dari pihak
manapun. Data yang telah diperoleh tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan alat analisis SWOT untuk menentukan strategi pemberdayaan
bagi bakul pasar sebagai stakeholder utama. Adapun penentuan strategi dilaksanakan dengan metode FGD yang melibatkan perwakilan dari masing-
masing stakeholder. Setelah melalui proses identifikasi permasalahan dan potensi masing-
masing stakeholder, langkah selanjutnya adalah merumuskan strategi pemberdayaan bakul pasar tradisional dengan melibatkan perwakilan dari
masing-masing stakeholder yaitu bakul pasar, “bank plecit” dan bank pasar dan difasilitasi oleh Lurah Pasar. Berdasarkan matriks SWOT, perumusan strategi
dilakukan dengan metode FGD untuk menentukan prioritas dan urgensitas dari setiap permasalahan bakul pasar tradisional. Peserta diskusi sebagian besar
berpendapat bahwa prioritas permasalahan ada pada terbatasnya faktor-faktor permodalan, sehingga menghambat para bakul pasar untuk mengembangkan
skala usahanya menjadi lebih besar. Kelembagaan keuangan yang ada baik formal dalam hal ini adalah bank pasar dan informal dalam hal ini adalah “bank
plecit” belum berorientasi kepada bakul pasar. Sehingga bakul pasar seringkali jatuh dan bangkrut karena terjerat hutang kepada kelembagaan keuangan
informal sedangkan akses kepada kelembagaan keuangan formal kurang baik. Permasalahan berikutnya adalah minimnya pengetahuan dan ketrampilan
bakul pasar dalam mengelola usaha perdagangannya, sehingga semakin membawa mereka pada posisi yang termarginalkan pada situasi perekonomian
yang semakin kapitalis. Bakul pasar yang berada pada pelapisan sosial terbawah dalam komunitasnya, dalam rantai distribusi barang dan jasa adalah posisi paling
lemah sehingga komunitas ini selalu mendapat profit sharing yang paling minimal. Selain itu, kurangya ketrampilan dalam mengelola usaha sehingga
memperkecil kemungkinan untuk melakukan diversivikasi usaha dan cenderung bertahan pada rutinitasnya saja. Dalam perspektif sosiologi hal ini menunjukkan
sikap subsisten bakul pasar yang berangkat dari masyarakat petani masih cukup kuat. Sikap subsisten ini juga di ekspresikan oleh para bakul pasar dalam
menjalankan usahanya sehingga mereka sudah merasa aman dan cukup apabila sudah memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya pada hari
itu. Namun demikian berdasarkan pendapat dari ketua paguyuban bakul pasar, terdapat sebagian kecil anggota komunitas utamanya yang berada pada lapisan
79 atas stratifikasi sosial dalam komunitas bakul pasar, sudah bersikap komersial.
Kelompok kecil ini adalah mereka yang memiliki usaha dalam skala besar, institusi-institusi finansial dan kegiatan bisnis lainnya.
Permasalahan selanjutnya adalah lemahnya jejaring antara bakul pasar dengan suplier dan pelaku ekonomi lapisan atas sehingga bakul pasar sulit
melakukan ekspansi usaha. Pertumbuhan ekonomi di tingkat daerah dan lokal yang terjadi serta bergulirnya era perdagangan bebas dalam skala nasional dan
internasional yang ditopang dengan kemajuan teknologi perdagangan, semakin meningkatkan volume dan arus distribusi barang dan jasa. Hal ini menjadi
sebuah tantangan baru bagi para pelaku usaha perdagangan di dalam negeri sekaligus menjadi peluang bagi pelaku usaha untuk berpartisipasi dalam dunia
perdagangan. Peluang ini menjadikan dunia perdagangan berkembang sangat pesat. Kondisi ini membuat pelaku dunia perdagangan dapat dibedakan menjadi
dua kategori yaitu: 1 Pelaku bisnis ritel besar yang tercakup dalam kegiatan pasar modern; dan 2 Pedagang kecil dan menengah sebagai unit usaha
pelaku usaha yang mengembangkan pasar tradisional. Prospek bisnis ritel besar dalam kegiatan pasar modern dilakukan oleh pemodal-pemodal kuat dan
jaringan rantai perdagangan yang kuat pula mulai dari hulu sampai dengan hilir. Kegiatan pasar modern ini pada saat sekarang menunjukkan indikasi yang
semakin cerah, sejalan dengan pertumbuhan daya beli masyarakat yang semakin baik juga, sedangkan pedagang kecil yang berada di pasar-pasar
tradisional mempunyai peran sebagai penggerak ekonomi masyarakat ke cil, pada umumnya kurang berkembang sebagaimana laju pebisnis ritel besar. Guna
menciptakan sinergi antara pengusaha besar dengan pedagang kecil menengah, koperasi serta pasar tradisional, sudah saatnya dijalin kerjasama dalam format
kemitraan antara pedagang besar dan pedagang kecil seperti bakul pasar. Hal ini sejalan dengan keputusan bersama Menteri Perindustrian dan Perdagangan
dengan Menteri Dalam Negeri Nomor: 145MPPKepS97 dan Nomor: 57 Tahun 1997 tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan.
Prioritas masalah yang terakhir adalah lemahnya peran organisasi dan kelembagaan komunitas bakul pasar sehingga menyebabkan posisi rebut tawar
bargaining position dalam situasi yang kurang menguntungkan. Manfaat kelembagaan dan kekuatan organisasi da lam menyelesaikan masalah belum
sepenuhnya disadari oleh komunitas bakul pasar sehingga perlu diberdayakan secara lebih optimal.
80 Dari kelima prioritas masalah yang telah dirumuskan menurut prioritas
dan pertimbangan urgensitas, pembahasan berikutnya adalah merumuskan strategi pemberdayaan. Pada awal diskusi pengkaji menawarkan beberapa
alternatif strategi berdasarkan analisis SWOT yang telah dirumuskan sebelumnya dan berdasarkan hasil diskusi terpilih beberapa alternatif strategi
pemberdayaan komunitas bakul pasar sebagai berikut: 1 Pengembangan kelembagaan permodalan dengan mengintegrasikan kelembagaan permodalan
yang ada; 2 Peningkatan kemampuan manajemen usaha komunitas bakul pasar; 3 Pengembangan kerjasama dengan pelaku ekonomi yang lebih kuat;
4 Peningkatan peran organisasi paguyuban bakul pasar.
8.2. Rancangan Program Tindakan