Sistem Ekonomi Sumberdaya Lokal Kondisi Sosial Budaya

34 Gambar 6 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bantul Tahun 2003 Sumber: Data Monografi Desa Bantul Tahun 2003

4.3. Sistem Ekonomi

Meskipun Desa Bantul terdapat di pusat kota Bantul, namun sebagian besar penduduknya masih menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian seperti terlihat pada grafik berikut ini. Gambar 7 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Bantul Tahun 2003 KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN PNS 381 7 TNI 456 8 Tukang 250 5 Petani 1430 26 W.swastawan 317 6 Karyawan Swasta 127 2 Pensiunan 157 3 Jasa 200 4 Buruh Tani 2150 39 Sumber: Data Monografi Desa Bantul Tahun 2003 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2003 S1-S3 206 3 D1-D3 350 5 SLTA 2650 39 SLTP 2202 32 SD 1440 21 35 Dari Gambar 7 nampak jelas bahwa sektor pertanian masih memainkan peran yang penting dalam mendukung perekonomian sebagian besar rumah tangga di Desa Bantul, meskipun produktivitas dari sektor ini cenderung stagnan. Hal ini menunjukkan pula bahwa keberadaan sektor informal relevan dengan pengembangan perekonomian lokal. Aktivitas informal ini termasuk di dalamnya adalah aktivitas perdagangan di Pasar Bantul Nugroho, 2001.

4.4. Sumberdaya Lokal

Apabila dilihat dari sisi luas lahan, sebenarnya Desa Bantul memiliki lahan sawah dan ladang yang cukup dapat diandalkan ke suburan dan pengairannya. Namun seiring berjalannya waktu sawah-sawah tersebut beralih statusnya menjadi pekarangan dan selanjutnya dalam waktu yang tidak lama akan didirikan bangunan-bangunan di atasnya. Akselerasi Pembangunan Desa Bantul semakin hari semakin kentara meninggalkan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada sektor pertanian. Ini tentu saja membawa dampak perubahan status lahan-lahan pertanian menjadi lahan-lahan pemukiman. Bahkan tanah sawah kas Desa yang semula ditanami padi pun berubah fungsi menjadi bangunan-bangunan ruko yang secara ekonomis lebih menguntungkan dan mendatangkan hasil finansial lebih cepat daripada untuk pertanian.

4.5. Kondisi Sosial Budaya

Aktivitas sosial ekonomi di desa Bantul menunjukkan bahwa dualisme budaya masih cukup berpengaruh. Hal ini tercermin dalam pembagian aktivitas subsisten dan aktivitas komersial. Aktivitas subsisten diwakili dengan pertanian rakyat desa Bantul, sedangkan aktivitas komersial menjelma pada institusi- institusi finansial, perdagangan dan kegiatan bisnis lainnya. Dalam se ktor permodalan, institusi-institusi finansial juga tersegmentasi dalam dua kategori, yaitu institusi finansial formal dan institusi finansial informal. Kedua institusi ini dalam prakteknya kedua kelembagaan tersebut tidak terpisah secara kaku, tetapi kadang-kadang memiliki hubungan yang secara timbal balik saling menguntungkan, misalnya: bank pasar memberikan pinjaman kepada “bank plecit”. Hal ini berarti bahwa mereka membagi keuntungan melalui pembagian tingkat bunga. 36 Ada kecenderungan, bahwa institusi finansial formal digunakan oleh sebagian besar anggota komunitas yang berasal dari pelapisan menengah ke atas, sedangkan institusi finansial informal lebih sering digunakan oleh kelas bawah. Hal ini sejalan dengan pernyataan ibu Parti 45 tahun pedagang pakaian di pasar Bantul sebagai berikut. Menawi “bank plecit” sak menika kantun ngladosi bakul pasar ingkang alit-alit mas. Amargi bakul pasar ingkang sampun pengalaman langkung remen pados sambutan wonten bank ingkang resmi kados bank pasar menika. Njih kejawi bunganipun langkung ringan ugi langkung terjamin mas. Pada saat ini “bank plecit” tinggal melayani bakul pasar yang kecil-kecil, karena bakul pasar yang sudah berpengalaman akan memilih bank-bank formal seperti bank pasar. Kecuali karena bunganya lebih murah juga karena lebih terjamin. Seperti sudah dibahas di awal, masyarakat Bantul sebenarnya sedang mengalami proses transisi dari masyarakat petani yang berorientasi subsisten ke arah masyarakat yang semakin berorientasi komersial atau mencari keuntungan. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa selain nilai-nilai tradisional yang tetap ada dan dijaga kelestariannya berdampingan dengan oreintasi- orientasi budaya baru. Max Weber 1978 mengungkapkannya dalam Teori Modernisasi bahwa masyarakat tradisional adalah masyarakat komunal dan masyarakat modern adalah masyarakat individualis. Masyarakat tradisional berorientasi pada “rasionalitas nilai” sedangkan masyarakat modern berorientasi pada “rasionalitas instrumen”. Dalam masyarakat transisional Ban tul, yang semakin ditarik ke dalam ekonomi pasar, kedua tipe rasionalitas tersebut tetap ada dan sangat menentukan dalam setiap proses interaksi sosial. 37

V. PROFIL USAHA BAKUL PASAR