Karakteristik Bakul Pasar PROFIL USAHA BAKUL PASAR

37

V. PROFIL USAHA BAKUL PASAR

5.1. Karakteristik Bakul Pasar

Meskipun sebagian besar masyarakat Desa Bantul, yaitu sekitar 65 tergantung pada sektor pertanian, sektor perdagangan memainkan peranan yang cukup penting dalam penyerapan surplus tenaga kerja dan hasil pertanian baik dari dalam maupun luar desa Bantul. Realita ini dapat disimpulkan dari frekuensi aktivitas perdagangan yang tinggi di pasar Bantul. Selain itu, ada 29 pasar tradisional di seluruh Kabupaten Bantul. Sedangkan pasar sentral yang berada di pusat kota Bantul ini memiliki aktivitas yang berlangsung setiap hari, dari pukul 02.00 WIB dinihari sampai dengan pukul 17.00 WIB dan mengalami puncak keramaian pada pasaran Kliwon. Beberapa bakul pasar memiliki tempat permanen di pasar yaitu sebuah kios, los atau tlasaran, tetapi ada juga yang hanya menggunakan kotak- kotak gerobak untuk menyimpan barang dagangan yang diinapkan di dalam pasar atau di rumah penduduk sekitar pasar. Komoditi yang dijajakan tidak melulu hasil pertanian namun juga pro duk-produk industri. Disamping itu juga dapat ditemukan para pedagang kecil yang datang hanya dengan berjalan kaki atau naik sepeda. Mereka setiap hari pulang pergi, tidak menyimpan barang dagangannya ke dalam kotak dan diinapkan karena menganggap biayanya terlalu mahal bagi mereka. Oleh karena itu mereka harus membawa barang dagangannya setiap hari ke pasar dan membawa pulang sisanya pada sore hari. Tipe pelanggan bakul pasar dapat dikategorikan menjadi dua tipe. Tipe pertama mereka yang datang hanya dengan berjalan kaki atau kendaraan pribadi untuk berbelanja bagi keperluan pribadi saja. Tipe kedua adalah pelanggan yang datang membeli barang dagangan untuk dijual lagi kulakan di rumah atau pasar lain di desa-desa. Di kalangan bakul pasar, pelapisan sosi al yang ada adalah berdasarkan jenis dagangan, asset yang dimiliki dan lokasi tempat berjualan. Dengan demikian berdasarkan lokasi berjualan, maka pedagang daging di los daging mendapat posisi pelapisan yang lebih tinggi dibanding sesama pedagang daging yang hanya menempati tlasaran dengan asumsi, pedagang yang menempati los atau kios biasanya memiliki omset penjualan yang lebih besar daripada yang hanya menempati tlasaran. 38 Gambar 8 Pelapisan Sosial yang ada di pasar bantul menurut tempat berjualan Sumber: Data Penelitian Seperti nampak dalam gambar 8 , pelapisan terbawah ditempati bakul ideran, pedagang yang satu ini tidak memiliki tempat berjualan yang tetap di dalam pasar. Di samping jenis dagangannya yang biasanya berupa makanan atau minuman, dari sisi jumlah barang yang diperdagangkan biasanya hanya sedikit dikarenakan ia harus berjalan berkeliling dari satu sudut pasar ke sudut yang lain. Pelapisan di atasnya adalah bakul yang menempati tlasaran baik di dalam pasar atau di luar pasar. Jumlah barang yang diperdagangkan lebih banyak daripada bakul ideran sehingga harus mengambil tempat di dalam maupun di luar pasar untuk menggelar dagangannya. Jenis barang dagangan yang diperjualbelikan biasanya adalah buah-buahan, sayur mayur, jajan pasar tradi sional, daging ayam, ikan, dsb. Bakul pasar berikutnya, yang paling mendominasi dari sisi jumlahnya adalah bakul yang menempati los-los di dalam pasar. Pedagang ini sudah mengenal persediaan atau stok barang di tempat berjualan. Dari sisi permodalan, sudah pasti bakul ini membutuhkan lebih banyak modal untuk membeli persediaan barang. Jenis dagangan sangat beraneka mulai dari kelontong, tekstil, pakaian jadi, alat rumah tangga, sembako, sayur mayur, buah-buahan, bumbu dapur dsb. Komunitas bakul yang menempati pelapisan teratas adalah yang menempati kios-kios di sekeliling pasar. Jenis dagangan yang diperjualbelikan lebih terbatas antara lain kelontong, hasil pertanian, tekstil, sepeda, dan sarana pertanian. Pedagang disini harus mengeluarkan modal yang lebih besar lagi. 1 2 3 4 K ios Los T la sa ra n I de ra n 39 Dikarenakan mereka harus membeli kios pada waktu renovasi pasar sekitar tahun 1992 yaitu berkisar Rp. 25 juta sampai dengan Rp. 35 juta untuk kios ukuran 4 X 4 meter. Disamping masih harus membayar retribusi pasar yang dibayarkan setiap bulan. Adapun komposisi bakul pasar dan jumlah retribusi yang harus dibayar untuk masing-masing lapisan adalah sebagai berikut. Gambar 9 Komposisi Bakul Pasar Berdasarkan Tempat Berjualan Dan Jumlah Retribusi Tahun 2004 Komposisi Bakul Pasar Berdasarkan Tempat Berjualan Jumlah Retribusi Los Rp. 125m2 per hari 842 org 67 Kios Rp. 175 m2 per hari 185 org 15 Plataran Rp. 40m2 per hari 221 org 18 Unsur utama pelapisan sosial di komunitas bakul pasar adalah seperti telah dikemukakan di muka yaitu jenis dagangan, asset yang dimiliki dan lokasi tempat berjualan. Selain itu, unsur-unsur lain yang juga menjadi pertimbangan dan turut menentukan posisi sosial bakul pasar antara lain adalah ideologi, agama, suku, ras, politikkepartaian, usia dan jenis kelamin. Dari berbagai unsur tersebut, yang paling dominan adalah unsur keagamaan. Sebagai contoh : Mbah Kaji yang berpredikat Haji lebih disegani diantara pedagang beras dan pedagang-pedagang lain. Selain itu, di lingkungan pasar juga terdapat beberapa pedagang dari suku bangsa keturunan Arab yang memiliki toko-toko besar dan menguasai tanah-tanah dan ruko di sekitar pasar. Satu hal yang agak unik adalah hanya terdapat satu pedagang ketur unan Cina yang berdagang emas di dalam pasar. Unsur yang lainnya adalah berdasarkan ketokohan, antara lain tokoh formal tokoh agama dan perangkat desa dengan tokoh informal yang biasa 40 dilekatkan pada tokoh komunitas yang kharismatik dan memiliki kepekaan dalam bidang kemasyarakatan. Tokoh inilah yang biasanya mewakili komunitas pada forum-forum di tingkat Kecamatan atau Kabupaten. Kepemimpinan yang muncul di kalangan bakul pasar tradisional adalah berdasarkan pada lapisan mana tokoh tersebut berada, posisi yang dijabat seseorang disamping perannya sebagai bakul pasar, dukungan-dukungan pada ketokohannya dan yang paling menentukan adalah aset yang dia miliki sebagai bakul pasar tradisional. Disamping itu juga jejaring yang ia bangun dalam mengembangkan usahanya di pasar, baik dengan suplier, pelanggan, pemerintah dan manajemen pasar. Dari latar belakang tersebut, munculah tokoh-tokoh pemimpin pada komunitas bakul pasar diantaranya adalah : • Tokoh Formal Kepala Dipenda, Lurah Pasar, Lurah Desa Bantul • Tokoh Agama Mbah Kaji, ustadz, kyai • Tokoh Bakul Pasar muncul di setiap sub komunitas bakul berdasarkan jenis dagangan Gambar 10. Interview Dengan Lurah Pasar Bantul Unsur trust memang terlihat jelas sekali pada para bakul pasar terhadap pemimpinnya. Hamp ir setiap kebijakan yang diambil manajemen pasar secara sadar dan ikhlas dilaksanakan para bakul. Suatu ketika memang pernah terjadi konflik sewaktu dilaksanakannya renovasi bangunan pasar bagian barat yang 41 merupakan bekas makam kampung. Bahkan para bakul sempat berunjuk rasa ke kantor Bupati Bantul untuk mencari keadilan. Konflik terjadi karena adanya dugaan pungutan liar yang dilakukan oknum Pemerintah Kabupaten dalam memasarkan kios yang lebih berpihak kepada pemilik modal daripada para bakul yang merintis usahanya dari nol di pasar. Pihak Pemerintah Kabupaten yang pada waktu itu Bupati dijabat oleh Drs. HM. Idham Samawi segera merespon keluhan masyarakat dengan mengambil langkah-langkah strategis yang sangat memihak rakyat kecil di komunitas bakul pasar Bantul. Warga komunitas pun menyambut dengan gembira dan lega karena kebijakan yang diambil sampai di tingkat manajemen pasar benar-benar memihak mereka sesuai dengan komitmen Pemerintah Kabupaten. Dari berbagai pelaku yang ikut berperan dalam aktivitas-aktivitas bakul pasar, serta dalam merespon setiap perubahan kebijakan, baik yang datang dari Pemerintah Kabupaten, Dinas Pendapatan Daerah, Manajemen Pasar atau bahkan pihak-pihak lain di luar komunitas, dapat dikemukakan jejaring sosial yang ada dalam komunitas sebagai berikut : Gambar 11 Jejaring sosial Komunitas Bakul Pasar Bantul Ma n a j e me n Pa s a r Pe l a n g g a n Pe me r i n t a h Ka b u p a t e n Ba n t u l Di p e n d a Su p l i e r Pa g u y u b a n Ba k u l Pa s a r Keterangan: Lingkaran berwarna menunjukkan stakeholder yang terlibat Anak panah menunjukkan pola interaksi Lingkaran yang bersinggungan juga menunjukkan pola interaksi Sumber : Wawancara dengan stakeholder. Berdasar ilustrasi di atas, peran Trilogi : Pemerintah Kabupaten Bantul, Dinas Pendapatan Daerah, dan Manajemen Pasar menempati peran teratas dan 42 terpenting dalam rangka Pemberdayaan Bakul Pasar, khususnya dalam mengembangkan kelembagaan keuangan yang berorientasi kepada bakul pasar. Sedangkan peran pelanggan dan suplier untuk sementara ini adalah sebatas peran ekonomi pasar saja. Di komunitas bakul pasar telah terbangun berbagai bentuk kelembagaan, baik yang sudah terorganisasi maupun yang belum terorganisasi, diantaranya yang dapat terekam adalah : 1. “Kepercayaan” dan “tolong menolong” di antara bakul pasar Merasa sebagai rakyat kecil para bakul pasar ini mengembangkan sikap solidaritas yang cukup bisa diandalkan, terutama dalam mengalami permasalahan-permasalahan baik yang ada hubungannya dalam kegiatan mencari nafkah atau bahkan dalam permasalahan sosial lainnya. Dalam perannya sebagai pencari nafkah di pasar, seringkali pinjam meminjam uang atau barang dagangan hanya berdasarkan trust tanpa catatan sedikitpun. Meskipun demikian, pihak yang berhutang dengan sadar akan mengembalikan kewajibannya sampai pada batas waktu tertentu meskipun pihak yang memberikan hutang sudah melupakan utang piutang tersebut. Pola hubungan saling membantu seperti ini hampir terjadi di setiap lapisan dalam komunitas dan jarang sekali muncul sebagai masalah. 2. Lembaga arisan tabungan di antara bakul pasar Untuk menghimpun dana dan memperkuat permodalan, di dalam paguyuban juga diselenggarakan arisan mulai dari yang kecil sampai dengan nominal yang cukup besar. Dari jenis baranguang yang dijadikan Arisan pun bervariasi mulai dari arisan uang Rp. 1000 setiap hari sampai dengan Rp. 100.000 per hari, arisan emas sampai dengan arisan sepeda motor, dan sebagainya. Hasil dari arisan inilah yang diandalkan para bakul pasar untuk mipik 12 , atau untuk keperluan-keperluan besar yang lainnya di kemudian hari, misalnya hajatan. 3. Organisasi Kematian Paguyuban Pangrukti Laya Lembaga Kemasyaraka tan yang telah mengarah ke Organisasi diantaranya adalah Paguyuban Pangrukti Laya, yaitu paguyuban yang mengurusi masalah kematian. Setiap anggota diwajibkan mengumpulkan iuran bulanan yang relatif ringan sebagai semacam social insurrance apabila diantara 12 Bahasa Jawa : membeli barang-barang berharga, misalnya perhiasan, televisi, sepeda motor, sapi, kambing dsb 43 anggota atau keluarganya meninggal dunia maka secara otomatis, segala macam urusan sudah pasti terselesaikan dengan rapi, sejak dari pengurusan jenazah sampai pemakamannya.

5.2. Tinjauan Modal Sosial dan Gerakan Sosial yang berkembang di