Manajemen Produksi dan Operasional

V. ANALISIS KINERJA USAHA

5.1. Identifikasi Faktor Internal Perusahaan

Identifikasi faktor-faktor internal perusahaan ini didapatkan berdasarkan pengamatan, wawancara dengan pihak pengelola, wawancara dengan pengunjung dan pengumpulan informasi melalui pencarian internet dan lain sebagainya. Identifikasi mengenai faktor-faktor internal sangat diperlukan untuk melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh KBM Wisata Perum Perhutani sebagai pengelola Wana Wisata Kawah Putih dalam mengelola usahanya. Informasi mengenai keadaan internal perusahaan didapatkan melalui hasil wawancara dengan pihak pengelola dari berbagai tingkat jabatan dan pengamatan di lapangan. Adanya informasi dari faktor-faktor internal akan digunakan sebagai informasi data kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan.

1. Manajemen Produksi dan Operasional

Wana Wisata Kawah Putih merupakan tempat wisata yang berdiri sejak tahun 1992. Tentu saja dalam perjalanan usahanya akan selalu melakukan perubahan dan perkembangan ke arah yang lebih baik. Hasil yang telah diamati dari segi manajemen produksinya, terdapat beberapa sarana prasarana penunjang yang dirasakan belum memiliki kinerja yang begitu baik. Salah satunya ialah sarana jalan yang sempit yang menghubungkan antara gerbang utama dan lokasi kawah yang berjarak 5,6 Km sehingga jalan yang ada saat ini menjadi suatu kelemahan karena kendaraan yang akan menuju dan dari Kawah Putih sedikit mengalami kesulitan karena harus keluar jalur jalan. Selain jalan yang sempit, kondisi jalan tersebut pun berlubang sehingga dapat membahayakan bagi pengendara sepeda motor. Bus dan mobil besar dilarang naik ke lokasi atas dengan alasan keselamatan pengunjung, oleh karena itu pengunjung yang menaiki bus harus turun dan menaiki kendaraan wisata untuk naik ke atas. Marka jalan sebagai tanda petunjuk jalan yang ada pun terdapat beberapa yang rusak dan terdapat coretan. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya perbaikan secara cepat oleh pihak pengelola, sehingga kinerja yang dirasakan sangatlah kurang. Sebagian besar pengunjung merasakan bahwa sarana prasarana penunjang yang disediakan oleh Wana Wisata Kawah Putih kurang begitu baik kualitasnya sehingga banyak dari sarana prasarana penunjang tersebut tidak dapat terpakai. Seperti contoh, shelter yang terletak di jalan sangatlah tidak terawat, terdapat banyak coretan dan sudah rusak, terlihat atap yang sudah terbuka, dan alas kayu yang sudah lapuk. Terdapat lima dari sepuluh buah shelter yang layak digunakan. Banyaknya coretan-coretan di tempat-tempat yang tidak semestinya, seperti batu besar di dekat lokasi kawah oleh pengunjung yang tidak bertanggung jawab pun dapat merusak pemandangan alam dan keindahannya. Walaupun telah ada peraturan oleh Wana Wisata Kawah Putih bahwa pengunjung dilarang melakukan pengrusakan maupun tindakan vandalisme seperti mencoret-coret sarana prasana yang ada, namun hal tersebut tidak dihiraukan oleh pengunjung. Dalam hal ini, Wana Wisata Kawah Putih sebenarnya telah memasang plang-plang larangan agar kenyamanan pengunjung dapat terjaga dengan baik, namun beberapa pengunjung yang tidak bertanggung jawab tetap saja melakukan hal tersebut. Mungkin saja ini merupakan efek yang ditimbulkan karena kurangnya pengawasan terhadap pengunjung yang datang, mengingat jumlah personil karyawan yang begitu sedikit dengan luasan kawasan wisata yang begitu luas. Sebagian besar pengunjung merasakan kekaguman akan keindahan alam yang ada di Wana Wisata Kawah Putih. Hal ini pula yang menjadi fokus perhatian terhadap informasi yang diterima oleh pengunjung dari Wana Wisata Kawah Putih. Hutan alam yang mengelilingi lokasi kawah pun menambah tingginya potensi wisata alam yang ada. Potensi wisata yang begitu tinggi di Wana Wisata Kawah Putih haruslah dapat dijaga dan dipertahankan agar pengunjung yang datang tidak kecewa saat berada di Wana Wisata Kawah Putih. Tingkat kenyamanan dan keamanan yang baik yang dirasakan oleh pengunjung yang datang pun merupakan suatu kinerja yang baik. Tidak adanya kejadian kejahatan seperti kehilangan ataupun keributan yang terjadi merupakan suatu prestasi yang baik dari pihak pengelola. Pengaturan pedagang asongan maupun pedagang makanan memberikan kesan yang baik terhadap Wana Wisata Kawah Putih. Perum Perhutani adalah salah satu BUMN yang memiliki ijin untuk melakukan pengelolaan hutan negara di wilayah Jawa merupakan perusahaan yang mengelola Wana Wisata Kawah Putih. Status sebagai kawasan hutan negara ini merupakan suatu kelemahan yang dimiliki oleh Wana Wisata Kawah Putih. Berbagai perijinan yang dirasakan begitu rumit bila ada perbaikan ataupun pengadaan berbagai fasilitas Wana Wisata Kawah Putih menyulitkan pengelola dalam mengembangkan usaha wisata alam ini.

2. Manajemen Sumberdaya Manusia