Pengusahaan Wisata Alam Kinerja Perusahaan

2.3. Pengusahaan Wisata Alam

Pengusahaan objek wisata alam adalah pengaturan dan penyelenggaraan kegiatan usaha di dalam kawasan wisata alam untuk kepentingan rekreasi, pariwisata, pendidikan dan kebudayaan tanpa mengurangi atas kelestarian sumber daya alam. Titik tolak pengusahaan hutan wisata dalam hubungannya dengan konservasi, sosial budaya, dan ekonomi diarahkan pada penciptaan sarana ekonomi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar kawasan hutan wisata. Pemanfaatan sumber daya alam yang berupa objek wisata tidak boleh meninggalkan prinsip-prinsip konservasi, prinsip tata lingkungan dan harus ada perencanaan pengembangan hutan wisata yang memenuhi kepentingan ekologis sekaligus memenuhi syarat perekonomian yang rasional Dirjen PHPA 1988, dalam Nurjaman 2006. Pengelolaan wana wisata sebagai objek dan daya tarik wisata alam memberikan dampak positif dalam menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha termasuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pendapatan negara sebagai sumber devisa dan membangkitkan cinta tanah air dan budaya bangsa serta pemerataan pembangunan. Pengusaha wana wisata memerlukan kesiapan dan dukungan selain juga tata cara mengukur sumber daya manusia yang harus dikelola secara berkesinambungan dengan dukungan dan peran pihak-pihak terkait dalam pengelolaannya Hidayat 2000, dalam Nurjaman 2006.

2.4. Kinerja Perusahaan

Kinerja menurut Amstrong dan Baron 1998 dalam Wibowo 2007, merupakan hasil kerja yang berhubungan kuat dengan tujuan strategi organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Wibowo 2007 mengatakan bahwa kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Pencapaian tujuan organisasi menunjukkan hasil kerja atau prestasi kerja organisasi dan menunjukkan sebagai kinerja atau performa organisasi. Kinerja suatu organisasi, tim atau individu dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Tujuan dan sasaran kinerja tidak lain adalah untuk menjamin agar proses kinerja dapat berlangsung seperti diharapkan dan tercapainya prestasi kerja tinggi. Standar kinerja merupakan tolok ukur terhadap mana kinerja diukur agar efektif. Standar kinerja harus dihubungkan dengan hasil yang diinginkan dari setiap pekerjaan. Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk suatu organisasi mempunyai kinerja yang baik, yaitu menyangkut pernyataan tentang maksud dan nilai-nilai, manajemen strategis, manajemen sumber daya manusia, pengembangan organisasi, konteks organisasi, desain kerja, fungsionalisasi, budaya dan kerja sama Wibowo 2007. Produktivitas adalah hubungan antara keluaran atau hasil organisasi dengan masukan yang diperlukan. Hasil kinerja suatu organisasi secara kuantitatif dapat dinyatakan sebagai produktivitas. Namun ukuran produktivitas saja semakin lama dirasakan tidak cukup tanpa diikuti peningkatan kualitas sehingga melahirkan konsep Total Quality Management. Total Quality Management bermaksud melakukan perbaikan di semua bidang pekerjaan dengan orientasi pada kepuasan pelanggan Wibowo 2007. Total Quality Management adalah suatu strategi organisasi untuk memberikan komitmennya pada peningkatan kepuasan pelanggan dengan secara berkelanjutan memperbaiki proses organisasional. Total Quality Management menjadi kepentingan berbagai bidang dalam organisasi, antara lain : accounting, finance, human resources, management information systems, marketing dan operation Wibowo 2007. Untuk memahami kualitas, dapat dilihat dari perspektif konsumen maupun produsen. Pelanggan melihat kualitas dari dimensi Krajewski dan Ritzman 1999, dalam Wibowo 2007 : kesesuaian dengan spesifikasi, nilai, cocok untuk digunakan, dukungan dan kesan psikologis. Dari perspektif produsen, yang penting adalah quality of conformance atau kualitas kecocokan, dalam arti kesesuaian terhadap spesifikasi dan biaya. Ukuran kinerja berkaitan dengan tipe ukuran yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : produktivitas, kualitas, ketepatan waktu, cycle time, pemanfaatan sumber daya dan biaya. Klasifikasi ukuran lain yang dapat digunakan untuk pengukuran kinerja yang bersifat pelayanan, antara lain : productivity indicators, utilization rates, time targets, volume of services, demandservice provision Wibowo, 2007.

2.5. Tingkat Kepuasan Pelanggan