1.2. Perumusan Masalah
Wana Wisata Kawah Putih perlu menerapkan manajemen pengelolaan yang tepat untuk menghindari munculnya permasalahan-permasalahan baik yang
berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Usaha pariwisata alam seperti yang sudah disebutkan telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, sehingga
persaingan usahanya sangat tinggi pula. Perum Perhutani, yang dalam hal ini merupakan pengelola Wana Wisata Kawah Putih, harus dapat bersaing dengan
perusahaan-perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama agar usaha wisata alam tersebut tetap dapat bertahan dan terus berkembang. Diketahui tempat-
tempat wisata yang berada di daerah Ciwidey antara lain : objek wisata Situ Patenggang, pemandian air hangat Ciwalini, Kebun Strawberry Alam Endah,
Hotel dan Restoran Sindang Reret yang merupakan suatu ancaman yang serius dalam persaingan usaha wisata alam.
Permasalahan lain yang sedang dialami oleh pariwisata Indonesia adalah tidak stabilnya tingkat ekonomi masyarakat Indonesia yang menurunkan daya beli
masyarakat. Ketidakstabilan situasi keamanan di negara ini pun dapat mempengaruhi wisatawan asing yang ingin berkunjung ke Indonesia. Selain itu,
faktor cuaca yang tidak menentu seperti bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini dapat membuat resah masyarakat yang ingin menikmati kegiatan berwisata.
Permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan, haruslah diperhatikan dan disikapi dengan serius oleh pihak pengelola Wana Wisata Kawah Putih agar
keberlanjutan dari usaha wisata alam ini mengalami perkembangan di masa mendatang. Oleh karena itu diperlukan suatu manajemen pengelolaan yang tepat
agar permasalahan-permasalahan tersebut dapat segera diatasi. Manajemen yang handal dalam mengelola pariwisata alam ini sangat diperlukan untuk menentukan
keberlangsungan usaha tersebut. Perumusan strategi yang tepat sasaran pun sangat diperlukan agar peluang yang ada dapat dimaksimalkan oleh kekuatan yang
dimiliki perusahaan, dan juga agar kelemahan perusahaan dapat dibenahi serta ancaman dapat dihindari.
Pengembangan wana wisata dimaksudkan sebagai salah satu upaya memanfaatkan keberadaan hutan secara optimal, dengan tetap mempertahankan
fungsi pokoknya. Pengembangan suatu usaha wisata alam membutuhkan kajian
yang mendalam dari faktor internal kekuatan dan kelemahan maupun faktor eksternal peluang dan ancaman yang dimiliki oleh perusahaan.
Kegiatan pengembangan usaha wana wisata tentu tidak terlepas dari keadaan lingkungan preusan, baik lingkungan eksternal maupun internal perusahaan.
Cahyono 1999 mengatakan bahwa lingkungan eksternal adalah suatu lingkungan diluar organisasi yang memiliki kekuatan diluar kendali organisasi, sehingga
perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan ini akan mempengaruhi kinerja organisasi. Sedangkan lingkungan internal mencakup produksi, riset dan
pengembangan R D, pemasaran, distribusi, perencanaan, keuangan, administrasi, sumber daya manusia SDM.
Salah satu lingkungan eksternal perusahaan adalah peran pemerintah. Peran pemerintah sebagai fasilitator maupun regulator telah mendukung kemajuan
bidang pariwisata. Wulandari 2007 menyatakan bahwa pariwisata Indonesia dikenal sebagai komponen pertumbuhan ekonomi yang penting di ASEAN.
Pariwisata secara progresif memperoleh prioritas yang semakin meningkat dari pemerintah. Potensi pariwisata maupun ekowisata masih dapat dioptimalkan,
mengingat peran sektor ini di bawah dari negara-negara tetangga terdekat di ASEAN. Hal ini sejalan dengan pernyataan Depbudpar 2006 bahwa potensi dan
peranan pariwisata sebagai salah satu sektor penghasil devisa utama senantiasa terus ditingkatkan dalam bidang pembangunan wisata. Salah satu dukungan
pemerintah tercermin dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kehutanan No. 50 Tahun 2006 tentang Pedoman Kegiatan Kerjasama Usaha Perum Perhutani
Dalam Kawasan Hutan. Sehingga Perum Perhutani dapat melakukan kerjasama yang lebih luas dengan pihak lain.
Lingkungan eksternal perusahaan lainnya adalah pengunjungpelanggan. Kesuksesan sebuah usaha dewasa ini tak bisa dilepaskan dari peran para
pelanggan. Penelitian mengenai kinerja manajemen pengelolaan pariwisata alam melalui analisis kepuasan pengunjung sangat penting dilakukan agar dapat
diketahui sejauh mana kinerja perusahaan dalam mengelola pariwisata alam tersebut yang dinilai oleh pengunjung karena bagaimana pun juga pengunjung
merupakan salah satu faktor yang cukup penting dari eksternal perusahaan. Rangkuti 2006, mengatakan bahwa mengukur kepuasan pelanggan sangat
bermanfaat bagi perusahaan dalam rangka mengevaluasi posisi perusahaan saat ini dibandingkan dengan pesaing dan pengguna akhir, serta menemukan bagian mana
yang membutuhkan peningkatan. Penelitian ini pun dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan serta
bagaimana strategi peningkatan usaha tersebut bagi pihak pengelola dengan melihat faktor-faktor internal perusahaan yaitu kinerja keuangan, produksi,
sumber daya manusia dan pemasaran serta faktor-faktor eksternal perusahaan yaitu dari segi ekonomi, sosial, budaya, politik, pengunjungpelanggan, pesaing
dan lain sebagainya. Analisis strategi pengembangan usaha ini menggunakan metode SWOT sehingga penelitian ini dapat dijadikan oleh pihak pengelola
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang efektif dan efisien bila ada perubahan usaha pariwisata pada masa yang akan datang.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka permasalahan yang akan dikemukakan oleh penulis antara lain adalah melakukan kajian mengenai
1. Kinerja Wana Wisata Kawah Putih. 2. Tingkat kepuasan pengunjung terhadap kinerja Wana Wisata Kawah Putih.
3. Strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja Wana Wisata Kawah Putih.
1.3. Tujuan