Manajemen Sumberdaya Manusia Identifikasi Faktor Internal Perusahaan

yang mengelola Wana Wisata Kawah Putih. Status sebagai kawasan hutan negara ini merupakan suatu kelemahan yang dimiliki oleh Wana Wisata Kawah Putih. Berbagai perijinan yang dirasakan begitu rumit bila ada perbaikan ataupun pengadaan berbagai fasilitas Wana Wisata Kawah Putih menyulitkan pengelola dalam mengembangkan usaha wisata alam ini.

2. Manajemen Sumberdaya Manusia

Wana Wisata Kawah Putih merupakan salah satu tempat wisata yang dimiliki oleh KBM WBU, Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat dan Banten. KBM WBU bertanggung jawab mengelola salah satu usahanya yaitu di bidang wana wisata. Wana Wisata Kawah Putih merupakan tempat wisata yang berada pada Distrik Manajer II yaitu daerah Bandung Selatan dan sekitarnya. Jumlah tenaga kerja di lapangan yang dimiliki oleh Wana Wisata Kawah Putih adalah 6 orang Tabel 8 yang terdiri dari seorang site manajer, hubungan masyarakat humas, koordinator lapangan, ticketing 1 dan 2, serta koordinator sarana dan prasarana. Site manajer ialah kepala pengelola yang bertanggung jawab terhadap segala sesuatu mengenai Wana Wisata Kawah Putih. Koordinator lapangan bertugas menyangkut hal tentang kebersihan kawasan wisata, mengawasi setiap kegiatan pengunjung dan keamanan. Humas Wana Wisata Kawah Putih menyangkut hal kepentingan hubungan antara Wana Wisata Kawah Putih dengan masyarakat luas maupun pihak-pihak yang ingin melakukan kerjasama, Humas pun bertugas memasarkan Wana Wisata Kawah Putih kepada masyarakat luas. Ticketing penjaga tiket bertugas sebagai penjaga dan pengelola tiket yang dikeluarkan sebagai tanda masuk baik kendaraan maupun pengunjung. Ticketing terdiri dari 2 orang dikarenakan bagian ticketing ini juga sebagai pihak yang bertanggung jawab akan keuangan di Wana Wisata Kawah Putih. Koordinator sarana-prasarana bertanggung jawab terhadap segala sarana- prasarana yang ada di Wana Wisata Kawah Putih seperti toilet, musholla, sarana jalan, shelter, dan lain-lain. Selain karyawan yang berasal dari perusahaan, masyarakat sekitar wisata pun diikutsertakan sebagai mitra dalam menjalankan usaha wisata ini. Seperti halnya dalam mengelola kawasan hutan produksi, masyarakat diikutsertakan dalam program PHBM, maka di kawasan wisata pun diterapkan hal yang demikian. Masyarakat yang ditunjuk sebagai mitra kerja telah didata dan harus mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang telah disepakati bersama. Tabel 8. Tenaga kerja yang berada di Wana Wisata Kawah Putih No. Nama Jabatan Pendidikan Tempat tinggal Tahun bekerja di WWKP 1. Benny Kuswandi Pengelola SLTA Ciwidey 2004 2. Yanto Priatna Ticketing SLTA Banjaran 2006 3. Sumarsono Ticketing SLTA Kopo 2008 4. Sugih Wibawa Utama Humas Sarjana Ekonomi Cimaung 2008 5. Cecep Datasukmana Korlap SLTA Cibeber 2006 6. Hadianta M. A Sarana- prasarana D 3 Datar Puspa 2008 Sumber : Data primer 2008 Mitra kerja ini berjumlah 15 orang Tabel 9 berjenis kelamin laki-laki semua. Tugas-tugas yang dilakukan oleh mitra kerja ini antara lain jasa parkir, jasa kebersihan toilet, pelayanan pengunjung, jasa kebersihan kawasan wisata, dan keamanan kawasan wisata. Bila piket malam hanya 3 orang mitra kerja yang bertugas, sehingga tiap 5 hari sekali semua mitra kerja mendapatkan gilirannya. Mitra kerja tersebut mendapatkan gaji dari hasil sharing pendapatan mereka seperti jasa parkir, jasa toilet, dan lain-lain. Sharing yang telah disepakati adalah 50 - 50. Selain mitra kerja ada pula mitra usaha. Berbeda dengan mitra kerja, mitra usaha ini merupakan pihak lain yang bekerja sama dengan Wana Wisata Kawah Putih yang memiliki modal sendiri untuk usaha di dalam kawasan Wana Wisata Kawah Putih. Mitra usaha tersebut harus melakukan sharing pula terhadap Wana Wisata Kawah Putih dengan ketentuan yang telah disepakati sebelumnya. Mitra usaha tersebut antara lain : 1. Kendaraan wisata : 29 mobil 2. Kios makan : 28 kios 3. Kios strawberry : 27 kios 4. Foto : 13 orang 5. ATV : 1 perusahaan Tabel 9 Nama-nama mitra kerja yang ada di Wana Wisata Kawah Putih No. Nama Pendidikan Tempat tinggal Umur Keterangan 1 Roni Rusmana SLTP Datar Puspa 25 Ketua 2 Isak Maksum SD Sinapeul 48 Sekretaris 3 Entis SLTP Datar Puspa 45 Bendahara 4 Uus Ruswendi SLTP Datar Puspa 24 Anggota 5 Romli SLTP Datar Puspa 35 Anggota 6 Abdul Rosyid SLTP Sinapeul 33 Anggota 7 Adis SD Cibodas 24 Anggota 8 Dadan SLTP Sinapeul 25 Anggota 9 Erna SD Barutunggal 21 Anggota 10 Beni SLTP Cilastari 25 Anggota 11 Atep SLTP Cilastari 26 Anggota 12 Dudi SD Cikareo 35 Anggota 13 Wawan SD Datar Puspa 45 Anggota 14 Eko SLTP Panundaan 20 Anggota 15 Agus SD Sinapeul 22 Anggota Sumber : Data primer 2008 Kondisi tenaga kerja yang ada saat ini menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas tenaga kerja masih belum memadai dan menjadi salah satu kelemahan Wana Wisata Kawah Putih. Hal ini dikarenakan sebagai suatu usaha di bidang pariwisata, tentunya tenaga kerja menjadi sebuah komponen yang penting, tidak hanya dinilai sebagai secara yang kuantitatif tetapi juga harus secara kualitatif. Secara kuantitas, karyawan yang bekerja hanya berjumlah enam orang dengan jumlah luasan kawasan Wana Wisata Kawah Putih yaitu 25 Ha. Memang dalam pengelolaan ini dibantu oleh mitra kerja namun setiap harinya mitra kerja yang bertugas hanya 3 orang saja. Walaupun demikian, sistem kekeluargaan karyawan dalam perusahaan sangat erat, setiap karyawan memiliki kepedulian dan loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan. Sistem kekeluargaan tersebut juga untuk menghindari adanya kesenjangan yang terlalu tinggi antara atasan dengan bawahan. Sistem ini berdampak pada harmonisnya kerja antar karyawan. Selain dengan karyawan Wana Wisata Kawah Putih sendiri, peningkatan intensitas komunikasi dengan mitra, baik mitra kerja maupun mitra usaha, dapat memberikan efek positif bagi perusahaan. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan masih lemahnya etos kerja karyawan dikarenakan budaya kerja karyawan yang menunggu pelanggan datang. Dalam istilahnya “menunggu bola, tapi tidak menjemput bola”. Selain itu tidak adanya karyawan yang berlatar belakang murni pendidikan di bidang pariwisata menyebabkan karyawan kurang begitu paham dan mengerti tentang pariwisata itu sendiri. Oleh karena itu, agar diberikan pelatihan kerja yang rutin kepada karyawan. Mitra kerja pun agar diberikan pelatihan yang layak, karena mitra kerja ini merupakan petugas dilapangan juga yang berhubungan langsung dengan pengunjung, sehingga pengunjung pun akan menilai mitra kerja ini sebagai komponen dari sumber daya manusia Wana Wisata Kawah Putih. Standar operasional prosedur yang diterapkan oleh Wana Wisata Kawah Putih telah dibuat sedemikian rupa, namun masih ada karyawan yang tidak mematuhi SOP tersebut, seperti contoh dalam SOP pelayanan pengunjung terdapat SOP bahwa apabila pengunjung meninggalkan Wana Wisata Kawah Putih, pihak pengelola harus memastikan bahwa pengunjung tidak melakukan vandalisme dan tidak membawa flora maupun fauna dari Wana Wisata Kawah Putih, tapi pada kenyataannya masih terdapat aksi vandalisme di dalam Wana Wisata Kawah Putih, dan tidak adanya pengecekan terhadap pengunjung yang meninggalkan Wana Wisata Kawah Putih di gerbang keluar kawasan wisata. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Wana Wisata Kawah Putih sehingga hal tersebut haruslah kembali diperhatikan oleh karyawan Wana Wisata Kawah Putih, agar terjaga potensi wisata yang ada. Sumber : Data primer 2008 Gambar 6 Aksi pencoretan yang dilakukan pengunjung.

3. Manajemen Pemasaran