Pendapatan Jumlah Tanggungan Karakteristik Responden

dilakukan untuk mengestimasi nilai ekonomi manfaat penggunaan kawasan hutan secara moneter, sehingga dapat dibandingkan dengan manfaat dan biaya ekonomi dari kegiatan pertambangan batubara. Tetapi dalam penelitian ini TEV menjadi bagian dari biaya, yaitu opportunity cost. Dimana pada kegiatan konversi kawasan hutan menjadi pertambangan batubara manfaat yang dihasilkan dari sumber daya yang ada dalam kawasan hutan akan hilang digantikan dengan manfaat yang dapat dihasilkan dari produksi batubara.

6.2.1 Nilai Air

Pada penelitin ini akan dihitung nilai air yang digunakan oleh masayarakat Tanjung Enim. Harga air yang digunakan adalah harga air dari PDAM Kabupaten Muara Enim adalah sebesar Rp 25 000 m 3 , sedangkan penentuan jumlah penggunaan air rata-rata masyarakat menggunakan literatur dan penelitian yang pernah dilakukan, disebutkan penggunaan air rata-rata manusia per hari adalah 144 liter. Jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Enim adalah sebanyak 13 946 orang. Berdasarkan perhitungan didapatkan nilai air adalah sebesar Rp 18.27 milyartahun. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Nilai Air Uraian Jumlah Nilai Total Rptahun Penggunaan air m 3 tahun 73 0993.5 Jumlah penduduk jiwa 13 946 Harga air Rpm 3 25 000 Nilai total air 18 274 838 400 Sumber: Data diolah 2014

6.2.2 Nilai Karbon

Manfaat tidak langsung yang dihitung pada penelitian ini adalah nilai karbon. Manfaat nilai karbon yang dihasilkan kawasan hutan dianalisis menggunakan analisis market value nilai pasar. Menurut penelitian Yusuf 2010 satu hektar hutan sekunder dapat menyimpan 95 ton karbon dan satu hektar hutan primer dapat menyimpan 263 ton karbon, dengan nilai karbon pada saat ini adalah sebesar 10 1 = Rp 12 226. Hutan primer adalah hutan yang telah mencapai umur lanjut dan ciri struktural tertentu yang sesuai dengan kematangannya, sedangkan hutan sekunder adalah hutan-hutan yang merupakan hasil regenerasi pemulihan setelah sebelumnya mengalami kerusakan ekologis. Maka dari literatur diatas dapat ditentukan pada kawasan hutan Bukit Munggu ini hutan yang ada termasuk kedalam jenis hutan primer. Berdasarkan perhitungan didapatkan nilai serapan karbon di kawasan hutan Bukit Munggu adalah sebesar Rp 8.26 milyartahun, dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini: Tabel 9 Nilai Karbon Uraian Jumlah Nilai Total Rptahun Luas lahan ha 257 Jumlah karbon ton 67 591 Harga karbon Rpton 122 260 Nilai total karbon 8 263 675 660 Sumber: Data diolah 2014 6.2.3 Nilai Oksigen Pada penelitian ini oksigen merupakan manfaat tidak langsung yang dihasilkan kawasan hutan, dimana dalam kawasan hutan terdapat banyak tegakan pohon yang dapat menghasilkan oksigen yang sangat diperlukan bagi manusia. Menurut Pracoyo dan Pracoyo 2006 tanpa disadari manusia selalu membutuhkan oksigen agar dapat tetap bernafas. Oksigen adalah barang non ekonomis, karena untuk mendapatkannya kita tak perlu membayar. Oksigen memang bermanfaat, namun karena jumlahnya berlimpah, menjadi tidak punya nilai. Namun begitu tempat tinggal kita mengalami polusi udara dan kita harus pergi ke suatu tempat untuk mendapatkan udara yang bersih maka oksigen sudah menjadi barang ekonomi. Hal ini juga dikemukakan oleh Sugiarto, et al 2002 bahwa status suatu barang dapat berubah terkait dengan waktu dan tempat. Sebagai gambaran, pada umumnya oksigen adalah barang bebas, tapi bagi seseorang yang mengalami kekurangan oksigen, oksigen dapar berubah menjadi barang ekonomi. Maka dari itu dalam penelitian ini jika kegiatan konversi dilakukan, maka udara akan menjadi barang ekonomi. Sehingga manfaat dari udara atau oksigen yang dihasilkan dari pepohonan yang ada di kawasan hutan perlu dihitung dan akan menjadi opportunity cost pada kegiatan konversi kawasan hutan menjadi pertambangan batubara.