Analisis WTP Existence Value

Sehingga dari hasil perhitungan diperoleh nilai pilihan option value kawasan hutan Bukit Munggu adalah sebesar Rp 331 326 800 tahun, hasil ini didapatkan dari mengalikan rataan WTP option value dengan jumlah penduduk. Nilai tersebut menggambarkan penilaian manfaat dan jasa lingkungan atas nilai pilihan option value hutan. Sedangkan hubungan antara jumlah WTP yang dibayarkan dengan jumlah responden yang bersedia membayar dapat digambarkan dengan kurva bid WTP, dimana semakin tinggi harga yang dibayarkan maka semakin semakin sedikit jumlah orang yang bersedia membayar. Kurva permintaan WTP option value dapat dilihat pada lampiran 3. Analisis fungsi WTP option value dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan menduga lima variabel penjelas independent variable yaitu variabel usia, tingkat pendidikan, penghasilan, jumlah tanggungan, dan dengan variabel dummy jenis kelamin. Hasil analisis regresi nilai WTP responden dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Analisis Linier Berganda WTP Option Value Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -1.673 2.120 -0.79 0.436 JK -0.0188 0.1390 -0.14 0.893 1.1 U -0.1093 0.2598 -0.42 0.676 1.2 TP 0.8353 0.3707 2.25 0.031 1.6 P 0.6678 0.1525 4.38 0.000 1.5 JT -0.0790 0.1572 -0.50 0.619 1.2 R-Square 60.8 Adjusted R-Square 55.0 Durbin Watson 1.6254 F-Statistik 10.54 0.000 Keterangan: Signifikan pada taraf nyata α = 0.05 Berdasarkan hasil regresi tersebut didapatkan nilai R 2 sebesar 60.8 persen yang berarti keragaman nilai WTP responden dapat dijelaskan oleh variabel dalam model sebesar 60.8 persen sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel diluar model. Nilai F hit diperoleh sebesar 10.54 dengan nilai P sebesar 0.000 menunjukkan bahwa variabel penjelas dalam model bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf kepercay aan α 5 persen. Model yang dihasilkan pada penelitian ini telah dilakukan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. Menurut hasil regresi, model sudah memenuhi parameter uji asumsi klasik sumber lampiran 9. Model yang dihasilkan dari hasil regresi ini adalah sebagai berikut: ln WTPP = -1.67 – 0.019 JK – 0.109 U + 0.835 TP + 0.668 P – 0.079 JT Pada model tersebut diketahui variabel penjelas yang berpengaruh nyata pada WTP pilihan masyarakat Tanjung Enim adalah variabel pendapatan dan tingkat pendidikan. Variabel tingkat pendidikan mempunyai nilai P-value sebesar 0.031 menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap WTP responden pada taraf kepercay aan α 5 persen. Nilai koefisien yang bertanda positif + dengan nilai 0.8353 berarti bahwa setiap kenaikan tingkat pendidikan responden selama 1 tahun maka nilai WTP yang diberikan akan meningkat sebesar 0.8353 persen. Hal ini disebabkan oleh responden yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki ilmu pengetahuan tentang lingkungan lebih tinggi, sehingga mempunyai kesadaran tentang kelestarian lingkungan lebih tinggi dari responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Variabel pendapatan memiliki nilai P-value sebesar 0.000 menunjukkan bahwa variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap WTP responden pada taraf kepercayaan α 5 persen. Nilai koefisien yang bertanda positif + dengan nilai 0.6678 berarti bahwa setiap peningkatan pendapatan responden sebesar satu rupiah akan meningkatkan WTP sebesar 0.6678 persen.Responden yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi mempunyai keinginan membayar yang lebih tinggi, karena mempunyai uang lebih untuk ikut serta dalam menjaga kelestarian hutan agar masyarakat masih tetap dapat merasakan berbagai manfaat hutan yang ada di dalamnya baik manfaat secara ekonomi maupun ekologi. Adapun variabel-variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap nilai WTP responden, namun setelah dilakukan analisis terhadap model ternyata tidak berpengaruh secara signifikan yaitu usia, jenis kelamin, dan jumlah tanggungan.

6.2.7 Nilai Total Ekonomi Kawasan Hutan

Menurut Fatriani 2006, nilai merupakan persepsi manusia tentang makna atau suatu objek sumber daya hutan bagi individu tertentu pada waktu dan tempat tertentu. Oleh karena itu akan terjadi keragaman nilai sumber daya hutan berdasarkan pada persepsi dan lokasi masyarakat yang berbeda-beda. Nilai sumber daya hutan sendiri diperoleh dari manfaat yang diperoleh masyarakat. Masyarakat yang memperoleh manfaat secara langsung akan memiliki persepsi yang positif terhadap nilai sumber daya hutan, dan hal tersebut dapat ditunjukkan dengan tingginya nilai sumber daya hutan tersebut. Hal tersebut mungkin berbeda dengan persepsi masyarakat yang tinggal jauh dari hutan dan tidak menerima manfaat secara langsung. Nilai total ekonomi pada kawasan hutan Bukit Munggu adalah nilai total secara moneter dari semua manfaat yang dapat dihasilkan kawasan hutan, yaitu akumulasi dari nilai penggunaan use value kawasan hutan dan nilai bukan penggunaan non use value kawasan hutan. Berdasarkan perhitungan total nilai ekonomi kawasan hutan adalah sebesar Rp 1.83 triliuntahun. Nilai tersebut didapatkan dari penjumlahan nilai penggunaan use value kawasan hutan yaitu nilai air, nilai karbon, nilai oksigen, dan nilai rumput dengan nilai bukan penggunaan non use value kawasan hutan yaitu nilai keberadaan existence value , nilai warisan option value, dan nilai pilihan option value. Hasil perhitungan nilai total ekonomi kawasan hutan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Nilai Total Ekonomi Kawasan Hutan No. Keterangan Nilai Ekonomi Rptahun Use Value 1. Nilai air 18 274 838 400 2. Nilai karbon 8 263 675 660 3. Nilai oksigen 176 752 694 191 742 000 4. Nilai rumput 353 808 000 5. Nilai pilihan 331 326 800 Non Use Value 1. Nilai keberadaan 296 912 000 2. Nilai warisan 297 586 800 Total Nilai Ekonomi 176 752 722 009 890 000 Sumber: Data diolah 2014

6.3 Analisis Biaya dan Manfaat Ekonomi Konversi

Menurut Sugiyono 2001, analisis biaya dan manfaat digunakan untuk mengevaluasi penggunaan sumber-sumber ekonomi agar sumber daya langka dapat digunakan secara efisien. Dengan analisis ini, dapat menjamin penggunaan sumber-sumber ekonomi yang efisien dengan memilih program yang memenuhi kriteria efisien. Analisis biaya dan manfaat merupakan alat bantu untuk membuat keputusan dengan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat. Analisis biaya dan manfaat ekonomi pada kawasan hutan dilakukan dengan menghitung BC rasio dari lahan kawasan hutan, yaitu dengan membagi jumlah manfaat yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan konversi. Dimana pada penelitian ini manfaat dalam konversi lahan adalah manfaat dari produksi batubara yang dianalisis menggunakan analisis market value, sedangkan komponen biayanya adalah biaya produksi batubara dan Total Economic Value TEV. TEV termasuk dalam opportunity cost dimana manfaat yang diperoleh dari sumber daya yang ada dalam kawasan hutan akan hilang jika lahan kawasan hutan di konversi menjadi pertambangan batubara. TEV di analisis menggunakan metode valuasi dan market value, sedangkan biaya produksi batubara menggunakan analisis market value. Hasil perhitungan manfaat dan biaya ekonomi dari kegiatan konversi lahan kawasan hutan Bukit Munggu dapat dilihat pada tabel 20 berikut: Tabel 20 Manfaat dan Biaya Ekonomi Kegiatan Konversi No. Keterangan Nilai Manfaat dan Biaya Rptahun Nilai Hasil I. Manfaat Manfaat Produksi Batubara 4 105 001 760 000 II. Biaya 2.1 Nilai Ekonomi Total 1 835 184 913 067 a. Nilai air 18 274 838 400 b. Nilai karbon 8 263 675 660 c. Nilai oksigen 176 752 694 191 742 000 d. Nilai rumput 353 808 000 e. Nilai keberadaan 296 912 000 f. Nilai warisan 297 586 800 g. Nilai pilihan 331 326 800 2.2 Biaya Produksi Batubara 1 070 300 000 000 Total Biaya 176 753 764 491 742 000 III. BC Rasio -0.000002 Sumber: Data diolah 2014