Analisis Nilai Tambah Dampak Positif Keberadaan TPAS “Namo Bintang”

45

6.2.1.1 Sumber Pendapatan Masyarakat

Adanya TPAS “Namo Bintang” dijadikan suatu sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar TPAS “Namo Bintang”. Hal ini dijelaskan dari hasil penelitian, bahwa mayoritas masyarakat Desa Namo Bintang memanfaatkan keberadaan TPAS dengan bekerja sebagai pemulung, adapula yang bekerja sebagai pengepul sampah dan pengolah sampah. Masyarakat pemulung bekerja setiap harinya tanpa ada penentuan waktu, mayoritas masyarakat berangkat ke lokasi TPAS di pagi hari. Setiap harinya memilah sampah yang diinginkan seperti sampah plastik es, plastik atom, kaleng bekas, alumunium, kaca, dan lain-lain yang dikonsumsi oleh manusia pada umumnya. Sampah yang paling banyak dicari oleh responden adalah sampah plastik atom karena harga sampah plastik atom sebesar Rp . 2 . 500 per kg. Pendapatan dengan nominal besar atau kecil, tergantung dari usaha per individu setiap hari. Rata-rata pendapatan yang diperoleh responden berkisar antara Rp . 20 . 000 hingga Rp . 75 . 000 per hari. Pendapatan diperoleh dari hasil memulung yang dijual kepada pengepul, ada pula yang tidak menjual hasil memulung setiap hari. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden yang bekerja sebagai pengepul, pendapatan yang dihasilkan sangat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Setiap hari atau setiap minggu masyarakat pemulung menjual hasil mulungnya kepada masyarakat pengepul, dimana masyarakat pengepul akan menjual kembali sampah yang telah dipilah tersebut. Biasanya dibeli oleh pabrik-pabrik besar yang menghasilkan pendapatan yang tinggi. Sampah di TPAS “Namo Bintang” juga dimanfaatkan oleh tiga responden masyarakat pemulung dengan mengolah tanah endapan sampah menjadi pupuk kompos. Selain berguna untuk mengurangi timbulan sampah yang ada di TPAS dan pengolahan tersebut juga menghasilkan nilai tambah bagi masyarakat.

6.2.1.2 Analisis Nilai Tambah

Proses pengolahan tanah endapan sampah menjadi pupuk kompos berimplikasi pada adanya nilai tambah produk tersebut, sehingga harga jual pupuk kompos menjadi lebih tinggi daripada harga jual tanah endapan itu sendiri. 46 Analisis nilai tambah digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai tambah, imbalan tenaga kerja, imbalan bagi modal dari sampah yang diolah menjadi pupuk kompos. Pengolahan kompos pada penelitian ini dilakukan pada tiga responden masyarakat pemulung dan perhitungan nilai tambah untuk empat kali produksi dalam satu bulan. Perhitungan nilai tambah pengolahan tanah endapan sampah menjadi pupuk kompos menggunakan Metode Hayami dapat dilihat pada Tabel . 13. Tabel 13 Perhitungan nilai tambah pengolahan tanah endapan sampah di TPAS “Namo Bintang” pada Januari-Februari 2013 No Variabel Perhitungan Nilai Output, Input, dan Harga 1 Output yang dihasilkan kgbulan A 13 333,333 2 Bahan baku yang digunakan kgbulan B 15 333,333 3 Tenaga kerja HOKbulan C 26,667 4 Faktor konversi 12 D = AB 0,866 5 Koefisien tenaga kerja 32 E = CB 0,002 6 Harga output Rpkg F 266,667 7 Upah rata-rata tenaga kerja RpHOK G 50 000,000 Pendapatan dan Keuntungan Rpkg input 8 Harga bahan baku Rpkg input H 50,000 9 Sumbangan input lain Rpkg output I 80,704 10 Nilai output 4x6 Rpkg input J = D x F 231,250 11 a. Nilai tambah 10-9-8 Rpkg input K = J – H – I 100,546 b. Rasio nilai tambah 11a10x100 L = KJ 43,251 12 a. Imbalan tenaga kerja 5x7 Rpkg input M = E x G 85,069 b. Bagian tenaga kerja 12a11ax100 N = MK 84,631 13 a. Keuntungan 11a-12a Rpkg input O = K – M 15,477 b. Tingkat keuntungan 13a11ax100 P = O – J 15,369 Balas Jasa Terhadap Faktor Produksi 14 Marjin 10-8 Rpkg Q = J – H 181,250 a. Pendapatan tenaga kerja 12a14x100 R = MQ 46,809 b. Sumbangan input lain 914x100 S = IQ 44,672 c. Keuntungan pemilik usaha 13a14x100 T = OQ 8,519 Bahan baku utama adalah tanah endapan sampah dan rata-rata penjualan pupuk kompos sekitar Rp . 266,667 per kilogramnya. Pembuatan pupuk kompos di TPAS Namo Bintang menggunakan sistem anaerob yang membutuhkan waktu kurang lebih lima hingga enam jam per hari dengan syarat cuaca panas. Setiap bulannya responden menggunakan rata-rata tanah endapan sebanyak 13 . 333,333 kilogram. Tanah endapan sampah yang masih tercampur dengan sampah anorganik tersebut dapat menghasilkan rata-rata kompos sebanyak 15 . 333,33 kilogram dengan rata-rata faktor konversi sebesar 0,866, yang artinya satu kg tanah endapan sampah dapat menghasilkan rata-rata 0,866 kilogram pupuk kompos. 47 Tenaga kerja yang digunakan dalam satu kali pengolahan hanya menggunakan tenaga kerja orang kerja yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sistem upah di TPAS “Namo Bintang” dibayarkan dengan upah sebesar Rp 50 . 000 per HOK. Responden membutuhkan waktu tujuh hingga delapan jam dalam satu hari untuk mengolah pupuk kompos. Tenaga kerja memaksimalkan waktu sebaik mungkin karena pada kondisi hujan tidak dapat melakukan kegiatan mengolah pupuk kompos. Disela-sela waktu pengolahan pupuk kompos, responden memanfaatkan waktu dengan melakukan kegiatan memulung sampah sembari mengeringkan tanah endapan yang sudah diayak. Pemasaran akan pupuk kompos dilakukan ke gudang penjualan kompos dan sudah dipasarkan penjualan ke luar daerah seperti Aceh, Riau, dan Batam. Rata-rata perhitungan Hari Orang Kerja HOK sebesar 26,667 dengan rata- rata koefisien tenaga kerja sebesar 0,002 yang didapat dari pembagian jumlah HOK dengan jumlah bahan baku yang digunakan. Nilai koefisien tenaga kerja menunjukkan bahwa jumlah HOK dari tanah endapan sampah sebesar 0,002 HOK. Rata-rata harga jual pupuk kompos sebesar Rp . 266,667 per kilogram. Adapun tanah endapan sebagai bahan baku senilai Rp . 50 per kilogram. Nilai sumbangan input lain merupakan pembagian setiap bahan dengan jumlah bahan baku yang digunakan. Rata-rata sumbangan input lain sebesar Rp . 80,704, yaitu harga lahan, biaya tenaga kerja, dan biaya penyusutan dari peralatan yang digunakan. Rata-rata nilai tambah merupakan pengurangan dari nilai pupuk kompos sebagai output dengan sumbangan input lain dan harga tanah endapan sampah sebagai bahan baku utama per kilogram dibagi dengan jumlah pengolah yang mendapatkan hasil pengolahan produk dengan jumlah sebesar Rp . 100,546 per kilogram sama dengan rasio nilai tambah sebesar 43,251. Rata-rata imbalan tenaga kerja diperoleh dari perkalian koefisien tenaga kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja per HOK sebesar Rp . 85,069 per kg. Bagian tenaga kerja adalah 84,631 yang merupakan imbalan yang diterima bagi tenaga kerja. Keuntungan ini merupakan nilai tambah bersih dari penjualan pupuk kompos yang didapatkan oleh pelaku usaha sebesar sebesar Rp . 15,477 per kg dengan tingkat keuntungan adalah 15,369 yang menunjukkan dari harga jual merupakan keuntungan yang 48 diterima responden. Marjin berguna untuk menunjukkan kontribusi fakor-fakor produksi selain bahan baku. Besaran marjin dapat dilihat balas jasa terhadap fakor produksi yang terdiri dari balas jasa tenaga kerja, sumbangan input lain dan keuntungan perusahaan. Pembuatan pupuk kompos sebagian besar marjin yang diterima unit usaha didistribusikan pada keuntungan unit usaha. Pendapatan tenaga kerja sebesar 46,809 yang menjelaskan seberapa besar imbalan untuk tenaga kerja dengan marjin yang dihasilkan. Adanya keuntungan dari nilai sumbangan input lain yang digunakan sebesar 44,672, dihasilkan dari keuntungan yang didapat dari hasil pengolahan tanah endapan. Sebanyak 8,519 keuntungan yang didapat oleh pemilik usaha pupuk kompos. Hasil produksi total pupuk kompos dari tiga responden masyarakat pemulung sebesar 40 . 000 kg per bulan. Pengolahan tanah endapan menjadi pupuk kompos menghasilkam nilai tambah, sehingga diestimasi total nilai manfaat ekonomi yang diperoleh setiap bulannya sebesar Rp . 628 . 852 dalam tahun 2013. Nilai tersebut didapat dari perkalian jumlah produksi setiap bulan dengan keuntungan per kg bahan baku. Terdapat potensi untuk peningkatan nilai tambah dari sampah-sampah yang terdapat di TPAS “Namo Bintang”.

6.2.2 Eksternalitas Negatif Keberadaan TPAS “Namo Bintang”

Dokumen yang terkait

Hubungan Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Terhadap Kandungan Fosfat (PO4-3) dan Nitrat (NO3-) pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

8 87 99

Hubungan Antara Komponen Rumah Dan Jarak Rumah Terhadap Kadar SO2 Dalam Rumah Disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

2 46 101

Analisa Kandungan Nitrat Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

2 70 72

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

5 82 169

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

0 0 14

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

0 0 2

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

0 0 16

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

0 0 41

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

0 0 2

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

0 0 24