Penelitian Terdahulu Dampak Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) “Namo Bintang” terhadap Masyarakat (Studi Kasus: Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

9 SNI 19-2454-2002 tentang Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan menyatakan bahwa metode controlled landfill merupakan sistem penimbunan dan pengalihan open dumping dan sanitary landfill dengan penutupan sampah dengan lapisan tanah yang dilakukan setelah TPA penuh hingga mencapai periode tertentu, sedangkan metode sanitary landfill adalah sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian di tutup dengan tanah sebagai lapisan penutup yang dilakukan setiap hari pada akhir jam operasi. Kompos adalah bahan-bahan organik sampah-sampah organik yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme bakteri pembusuk yang bekerja didalamnya Deddy 2005. Bintoro 2008 menyatakan salah satu sistem pengomposa adalah sistem anaerob dimana pengolahan kompos mirip dengan sistem penambangan dan sistem aerob. Persamaannya membuat tumpukan sampah pile, perbedaannya pile-pile tersebut dibiarkan begitu saja tanpa ada proses pembalikan pile. Dikarenakan tidak ada pembalikan, maka dekomposisi berlangsung lama dengan suhu pile maksimum 40° C, sehingga benih-benih gulma tidak mati. Setelah matang, kompos diayak. Dalam keadaan anaerob, gas yang keluar adalah gas methane.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai dampak keberadaan TPAS, analisis nilai tambah, dan eksternalitas negatif sudah banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian terdahulu dibagi menjadi dua bagian, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Maimun 2009, Yusuf 2012, dan Fazaria 2013 yang berkaitan dengan nilai tambah dan penelitian yang dilakukan oleh Suhan 2009, Tampubolon 2011, dan Sandjoyo 2013 yang berkaitan dengan eksternalitas negatif Tabel 3 dan 4. Penelitian ini memiliki perbedaan dari penelitian terdahulu yang menjadi referensi. Perbedaan terletak pada lokasi penelitian yang dilakukan di T PAS “Namo Bintang”. Input yang digunakan dalam analisis nilai tambah, menggunakan tanah endapan sampah yang menghasilkan pupuk kompos dengan metode anaerob. 10 10 Tabel 3 Penelitian terdahulu mengenai nilai tambah No Nama Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1 Maimun 2009 Analaisis Pendapatan Usahatani dan Nilai Tambah Saluran Pemasaran Kopi Arabika Organik dan Non Organik Studi Kasus Pengolahan Bubuk Kopi Ulee Kareng di Banda Aceh 1. Menganalisis pendapatan usahatani kopi arabika organik dan non organik berdasarkan penerimaan petani dan total biaya yang dikeluarkan dalam usahatani. 2. Menganalisis lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran kopi arabika organik dan non organik dan peran dari setiap lembaga yang terlibat. 3. Menganalisis efesiensi pemasaran kopi arabika organik dan non organik dengan menghitung marjin dan farmer’s share. 4. Menganalisis nilai tambah bubuk organik dan non organik industri pengolahan bubuk kopi Ulee Kareng. Analisis Pendapatan Analisis Deskriptif Analisis Marjin Metode Hayami Pendapatan usahatani kopi arabika organik sebesar Rp.30.450.000, sedangkan kopi arabika non organik sebesar Rp.24.375.000 dimana kopi arabika organik lebih besar dibandingkan kopi arabika non organik, sehingga lebih menguntungkan. Memiliki satu saluran dan lembaga pemasaran yang sama antara kopi arabika organik dan non organik. Berdasarkan dari biaya saluran pemasaran kopi arabika non organik lebih efisien. Marjin pemasaran kopi arabika organik lebih besar dibandingkan dengan kopi non organik, sedangkan farmer’s share kopi arabika non organik lebih besar. Nilai tambah bubuk kopi arabika lebih besar dibandingkan kopi non organik. Industri bubuk kopi Ulee Kareng ada industri padat modal dilengkapi oleh mesin-mesin produksi mekanis yang tidak membutuhkan tenaga kerja yang terlalu banyak. 2 Yusuf 2012 Analisis Nilai Tambah Pengolahan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos Studi Kasus: Rumah Griya Melati, Kelurahan Bubulak, Kota Bogor 1. Mengidentifikasi pola operasional pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Rumah Kompos Griya Melati. 2. Menganalisis besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan sampah padat organik menjadi pupuk kompos. 3. Mengkaji perangkat kebijakan yang dimiliki 4. pemerintah untuk keberlangsungan usaha pengelolaan sampah. Analisis Deskriptif Analisis Nilai Tambah Metode Hayami Analisis Deskriptif Pola operasional pengelolaan sampah telah sesuai dengan standar tata cara pengelolaan sampah di pemukiman. Pengelolaan sampah organik menjadi kompos memberikan nilai tambah yang tinggi sebesar 499.17 atau 95.08 per kg bahan baku dan keuntungan sebesar 435.89 per kg atau 83.03 per kg bahan baku yang diolah. Perangkat kebijakan pemerintah mendukung keberlangsungan usaha pengelolaan sampah dalam bentuk peraturan perundang-undang tentang pengelolaan sampah dan program bentuk nyata. Pemerintah Daerah Kota Bogor memberikan alat-alat kompos seperti pengayak, mesin pencacah sampah, dan motor bak. 3 Fazaria 2013 Analisis Manfaat Ekonomi Pengolahan Limbah Serbuk Gergaji 1. Menganalisis karakteristik dari usaha pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log pada unit usaha non plasma A dan non plasma B. 2. Menghitung pendapatan dan nilai tambah dari pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log pada unit usaha non plasma A dan plasma B. 3. Menghitung penyerapan tenaga kerja yang dapat dihasilkan oleh usaha pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log pada unit usaha non plasma A dan non plasma B. Analisis Deskriptif Analisis Pendapatan Usaha dan Nilai Tambah Dengan Metode Hayami Rumus Pertumbuhan Dari Perubahan Kesempatan Kerja HOK Usaha pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log termasuk ke dalam usaha mikro. Pemasaran langsung kepada konsumen. Unit usaha non plasma B lebih menguntungkan daripada non plasma A. Nilai tambah limbah serbuk gergaji unit usaha non plasma A lebih besar dibandingkan non plasma B sebesar Rp.1.716.19 per kg serbuk gergaji. Unit usaha non plasma B memberikan manfaat tidak langsung brupa penyerapan tenaga kerja lebih besar dibandingkan non plasma A, dimana non plasma B mampu menyerap tenaga kerja sebesar 234 HOKbulan yang setara dengan Rp.6.060.559 per bulan 11 11 Tabel 4 Penelitian terdahulu mengenai eksternalitas negatif No Nama Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian 1 Suhan 2009 Estimasi Nilai Penurunan Kualitas Lingkungan Terhadap Harga Lahan Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Cipayung Kota Depok Jawa Barat 1. Deskripsi kondisi lingkungan pemukiman di sekitar TPAS Cipayung berdasarkan penilaian responden. 2. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan di sekitar TPAS Cipayung. 3. Estimasi besarnya nilai ekonomi dari penurunan kualitas lingkungan akibat keberadaan TPAS Cipayung. Analisis deskriptif Analisis regresi logistik dengan Microsoft Office Excel dan SPSS 16 Metode dose-respon Masyarakat sekitar TPAS Cipayung secara umum menilai keberadaan TPAS Cipayung menurunkan kualitas lingkungan dan responden mengalami beberapa dampak negatif dari keberadaan TPAS Cipayung. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan di sekitar TPAS Cipayung adalah jarak tempat tinggal, biaya kesehatan, luas bangunan, status lahan. Nilai ekonomi penurunan kualitas lingkungan akibat keberadaan TPAS Cipayung sebesar Rp . 97 . 870 . 215 setiap bulan, tetapi belum mencerminkan seluruh nilai ekonomi penurunan kualitas lingkungan. 2 Tampubolon 2011 Analisis Willingness To Accept Masyrakat Akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping Studi Kasus Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor 1. Mengkaji dampak eksternalitas negatif yang timbul akibat penambangan batu gamping. 2. Mengkaji peluang kesediaan menerima dana kompensai. 3. Menghitung nilai WTA masyarakat akibat eksternalitas negatif kegiatan penambangan batu gamping. 4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTA. Analisis deskriptif kualitatif Analisis logistik dengan SPSS 15.0 CVM Analisis regresi berganda dengan SPSS 15.0 Eksternalitas negatif yang dirasakan adalah kebisingan dan getaran, perubahan kualitas udara serta perubahan kualitas dan kuantitas air. Hanya sebagian kecil responden yang menyatakan kehilangan keanekaragaman hayati. Mayoritas responden menyatakan bersedia menerima dana kompensasi atas eksternalitas negatif yang timbul. Nilai dugaan rataan WTA responden sebesar Rp . 137 . 500 per bulan per kepala keluarga dan nilai total WTA sebesar Rp . 447 . 975 . 000. Faktor-faktor yang berpengaruh pada besarnya nilai WTA responden adalah tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dummy wiraswasta dan pegawai swasta. 3 Sandjoyo 2013 Estimasi Nilai Ekonomi Penurunan Kualitas Lingkungan Akibat Beroperasinya Tempat Pemprosesan Akhir Sampah Cipayung, Depok 1. Menginterpretasikan persepsi masyarakat mengenai kondisi lingkungan pemukiman di sekitar TPAS Cipayung. 2. Mengestimasi nilai ekonomi dari penurunan kualitas lingkungan di TPAS Cipayung. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi biaya pengganti pembelian air minum di sekitar TPAS Cipayung. Analisis deskriptif Cost of illness dan Replacement cost Analisis regresi linear berganda Masyarakat sekitar menilai keberadaan TPAS Cipayung menurunkan kualitas lingkungan. Perubahan yang paling dirasakan oleh responden yaitu pencemaran udara dan kesulitan mendapatkan air bersih. Total nilai penurunan kualitas lingkungan dari adanya biaya kesehatan dan biaya pengganti air minum sebesar Rp . 2 . 496 . 632 . 904 per tahun. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata yaitu tingkat pendapatan, jumlah kebutuhan air, dan jarak tempat tinggal. 12 III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Dokumen yang terkait

Hubungan Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Terhadap Kandungan Fosfat (PO4-3) dan Nitrat (NO3-) pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

8 87 99

Hubungan Antara Komponen Rumah Dan Jarak Rumah Terhadap Kadar SO2 Dalam Rumah Disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

2 46 101

Analisa Kandungan Nitrat Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

2 70 72

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

5 82 169

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

0 0 14

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

0 0 2

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

0 0 16

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

0 0 41

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

0 0 2

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

0 0 24