Analisis Game Theory Pelaksanaan Kelembagaan Pembayaran Jasa

Nilai ini merupakan nilai penjualan air PDAM Kabupaten Kuningan kepada pihak lain yaitu Kabupaten Cirebon. Sebaliknya apabila PDAM Kota Cirebon melakukan kerjasama sedangkan Kabupaten Kuningan tidak melakukan kerjasama cooperative – non cooperative maka PDAM Kota Cirebon akan mendapatkan nilai pay off sebesar Rp. 22.656.287.207, dan Kabupaten Kuningan akan mendapatkan nilai pay off 0. Nilai pay off yang didapat Kota Cirebon adalah nilai pendapatan PDAM Kota Cirebon pada saat sebelum pelaksanaan program pembayaran jasa lingkungan dengan asumsi konservasi daerah sumber mata air Paniis tidak dilakukan. Sedangkan Kabupaten Kuningan mendapatkan nilai pay off 0 atas skenario ini dikarenakan Kabupaten Kuningan tidak melakukan kerjasama dengan pihak manapun dan tidak melakukan konservasi daerah sumber mata air Paniis. Apabila kedua wilayah tidak saling bekerjasama non-cooperative-non cooperative maka nilai pay off akan bernilai Rp. -5.789.670.231 untuk PDAM Kota Cirebon dan bernilai Rp. -1.128.502.325. Nilai pay off yang didapatkan oleh PDAM Kota Cirebon merupakan nilai shadow price untuk nilai penyediaan air, sedangkan nilai pay off untuk Kabupaten Kuningan merupakan biaya konservasi rata-rata setahun perhitungan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabuapaten Kuningan. Kedua nilai pay off ini bernilai negatif karena merupakan kenaikan biaya produksi bagi PDAM Kota Cirebon dan kenaikan biaya pengelolaan sumberdaya bagi Kabupaten Kuningan atau turunnya nilai pendapatan bersih. Tabel 11. Game Theory Pelaksanaan Pembayaran Jasa Lingkungan 2010 Kabupaten Kuningan PD A M K ot a C ire bon Cooperative Non Cooperative Cooperative 29.351.799.531 2.400.000.000 22.656.287.207 Non- cooperative 336.000.000 -5.789.670.231 - 1.128.502.325

6.4 Analisis Regresi Binary Logistik Willingness to Pay Pembayaran Jasa

Lingkungan Mata Air Paniis Kesediaan masyarakat kota Cirebon untuk membayar jasa air dihitung dengan menggunakan Willingness to Pay WTP yang kemudian di analisis dengan menggunakan analisis logit. Masyarakat kota Cirebon yang dijadikan responden adalah sebanyak 70 orang, nilai yang ditawarkan bid kepada responden ada 3 nilai yaitu Rp. 50 m 3 , Rp. 80m 3 dan Rp. 100m 3 . Responden di bagi kedalam 3 kelompok dimana 24 orang di tanyakan nilai bid Rp50m 3 , 23 orang ditanyakan nilai bid Rp. 80m 3 dan 23 orang ditanyakan nilai bid Rp100m 3 Responden yang menjawab bersedia membayar sejumlah yang ditawarkan diberi nilai 1 satu dan responden yang tidak bersedia membayar sejumlah yang ditawarkan diberi nilai 0 nol. Kesediaan membayar WTP dari masing-masing responden diduga dipengaruhi oleh nilai bid yang ditawarkan dan karakteristik sosial ekonominya yaitu pendapatan, usia, pendidikan dan tanggungan keluarga. Analisis logit digunakan dalam penelitian untuk mencari nilai WTP berdasarkan hasil survey dengan menggunakan software Eviews 7. Koefisien dari masing-masing variabel diestimasi dengan menggunakan Maximum Likelihood Estimation MLE. Adapun nilai koefisien dari masing-masing variabel dan uji statistik dari analisis logit WTP air di Kota Cirebon dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Analisis Logit WTP Pembayaran Jasa Lingkungan Variabel Koefisien p-value Konstanta Bid Pendapatan Usia Pendidikan Tanggungan Keluarga 12,830 -0,379 4,72 x 10 06 0,052 0,227 0,719 0.052 0.023 0.059 0.579 0.442 0.286 R 2 MCF LR statistic ProbLR statistic 0,68 49,77 0,000 Keterangan : signifikan pada α = 5; signifikan pada α = 10 Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa variabel yang paling berpengaruh secara signifikan pada selang kepercayaan 95 atau α = 5 adalah variabel Bid dengan nilai probability sebesar 0,023 p-value 0,05. Sedangkan variabel lain yang signifikan adalah variabel pendapatan, signifikan pada selang kepercayaan 90 atau α = 10 dengan nilai probability p-value sebesar 0,059 p-value 0,1. Arti dari koefisien masing-masing variable dapat dilihat dari tanda koefisien masing-masing variabel. Koefisien variabel bid mempunyai tanda negatif, artinya bahwa semakin rendah nilai bid maka semakin tinggi keinginan responden untuk membayar jasa air Gambar 8, hal ini sejalan dengan hukum permintaan bahwa semakin rendah harga suatu barang, maka semakin banyak permintaan barang tersebut vice versa Sukirno 2003. Namun koefisien pendapatan bernilai positif artinya bahwa semakin tinggi pendapatan dari responden maka semakin tinggi pula keinginan mereka untuk membayar jasa air. Sesuai dengan teori perilaku konsumen Friedman 1957, bahwa jumlah pengeluaran konsumsi seseorang tergantung dengan jumlah pendapatannya. Teori perilaku konsumen juga mengemukakan bagaimana seseorang mengalokasikan Pendapatan yang diperolehnya dapat membeli berbagai barang dan jasa dalam hal ini jasa lingkungan sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan yang diharapkannya yaitu keberlanjutan penyediaan air, selain itu konsumen juga memilih opsi yang memberikan utilitas yang tinggi Pindyck dan Rubenfeld 2007. Hal ini diperkuat dengan modus pendapatan responden adalah sebesar Rp. 3.450.000, menurut bank dunia berarti termasuk ke dalam golongan berpendapatan menengah ke atas, hal ini berarti dalam konsumsi mereka berubah dari untuk memenuhi kebutuhan pangan semata ke jasa Deaton 1998. 5 10 15 20 25 30 50 80 100 orang Bi d r p m 3 Gambar 8. Kurva Bid WTP Kota Cirebon Selanjutnya untuk menguji hipotesis nul apakah semua variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi keputusan membayar atau tidak, digunakan uji statistic Likelihood Ratio LR statistic. Nilai LR statistic hasil analisis adalah 49,77 dengan probability dari LR statistic adalah 0.000 kurang dari α = 1, oleh karena itu H ditolak, artinya bahwa semua peubah bebas nilai bid, pendapatan, usia, pendidikan dan tanggungan keluarga secara bersama-sama mempengaruhi keputusan responden untuk membayar. Uji statistik selanjutnya adalah Nilai koefisien determinasi McFadden atau McFadden pseuso R 2 R 2 MCF , Nilai koefsien McFadden tidak dapat dibandingkan secara langsung dengan nilai R 2 R square yang didapatkan dari OLS ordinary least square, namun secara luas nilai R 2 MCF digunakan untuk mengevaluasi kebaikan dari model untuk regresi logistik . Nilai R 2 MCF adalah sebesar 0,68 artinya bahwa sebesar 68 model ini diterangkan oleh peubah bebas yang ada di dalam model dan sisanya oleh peubah lain. Nilai R 2 MCF dari model ini relatif tinggi dan baik dibandingkan penelitian- penelitian lain yang menggunakan analisis regresi logit, nilai R 2 MCF penelitian yang menggunakan model ini biasanya berkisar antara 0,2 – 0,4 Zbinden dan Lee 2005 Nilai mean WTP jasa air di Kota Cirebon diperoleh metodologi yang dikembangkan oleh Cameroon 1988 diacu dalam Ramlan et al 2011 dengan rumus : M e a n W T P 2 x 2 . . . . k x k i