Analisis Regresi Binary Logistik

dipilih. Tujuan kita adalah untuk mencari estimator parameter untuk α dan β , jika diasumsikan alternatif pertama yang dipilih sebanyak n 1 kali dan pilihan kedua dipilih sebanyak n 2 kali. n 1 + n 2 = N dan jika data tersebut diurut, maka observasi n 1 yang pertama berhubungan dengan alternatif pertama, fungsi Likelihood mempunyai bentuk : L ProbY 1 ,.......,Y N ProbY 1 ..ProbY N ……………………..……2.7 Sekarang dengan fakta perhitungan bahwa probabilitas dari alternatif kedua yang dipilih dan menggunakan Π untuk mewakili produk faktor bilangan maka fungsi Likelihood menjadi : L P i .....P n 1 1 P n 1 1 ...1 P N P i i 1 n 1 1 P i i n1 1 n 1 P i Y i 1 P i i n1 1 n 1 1 Y i ……...2.8 Sehingga akan diperoleh nilai WTP rataan mean WTP dari pendugaan koefisien

2.7 yang menggambarkan nilai non-use dari kawasan sumber mata air Paniis.

2.7 Analisis Regresi Multinomial Logit

Model multinomial logit adalah model logistik yang variable terikatnya bukan merupakan pilihan yang dikotomi ya atau tidak, melainkan pilihan berganda lebih dari dua Nachrowi dan Usman 2002, Dalam model regresi logistik dikotomi, variable terikat dinyatakan dalam fungsi logit Y=1 dibandingkan dengan fungsi logit untuk Y=0., sedangkan dalam model logistik multinomial fungsi logit memiliki lebih dari dua kategori, misalnya dalam model logistik empat kategori, kita akan mempunyai tiga fungsi logit sebagai berikut : 1. Fungsi Logit untuk Y=1 relatif terhadap fungsi Y=0 2. Fungsi Logit untuk Y=2 relatif terhadap fungsi logit Y=0 3.Fungsi logit untuk Y=3 relatif terhadap fungsi logit Y=0 Dalam hal demikian, kategori Y=0 dinamakan sebagai kategori pembanding atau reference group . Secara umum,bila kita hendak menganalisis model dengan p variable bebas, maka tiga fungsi logitnya dapat dinotasikan sebagai : z 1 x l n P r Y 1 x P r Y 0 x 1 1 1 x 1 1 2 x 2 . . . 1p x p z 1 x l n P r Y 2 x P r Y 0 x 2 2 1 x 1 2 2 x 2 . . . 2p x p z 1 x l n P r Y 3 x P r Y 0 x 3 3 1 x 1 3 2 x 2 . . . 3p x p …………………….2.9 Probabilitas untuk masing-masing model regresi logistik dengan empat kategori adalah: P P rY 0 x 1 1 e z 1 e z 2 e z 3 P 1 P rY 1 x e z 1 1 e z 1 e z 2 e z 3 P 2 P rY 2 x e z 2 1 e z 1 e z 2 e z 3 P 2 P rY 3 x e z 3 1 e z 1 e z 2 e z 3 …………………………………………..3.0 Model ini dapat diestimasi melalui teknik maximum likelihood. Dalam model regresi logistik empat kategori, dapat digunakan rumus sebagai berikut : l n p 3 p z 3 3 03 1 x 1 3 2 x 2 . . . 3p x p l n p 2 p z 2 2 02 1 x 1 2 2 x 2 . . . 2p x p l n p 1 p z 1 1 01 1 x 1 1 2 x 2 . . . 1p x p …………………………………3.1 Kemudian, dengan menggunakan metode taksiran maximum likelihood, parameter-parameter dalam model tersebut dapat diestimasi.

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Pembayaran Jasa Lingkungan di kawasan sumber mata air Paniis telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya Sumarman yang berjudul Kajian Kompensasi Air Baku untuk Air Bersih dari Pemerintah Kota Cirebon ke Pemerintah Kabupaten Kuningan. Sumarman 2006, melakukan kajian untuk menganalisis kasus pemanfaatan air lintas wilayah, yang isinya untuk melihat aturan kerja sama pemanfaatan air antar kabupaten kota yang sudah ada. Analisis besaran dana kompensasi berdasarkan perbaikan dan pemeliharaan hutan pada catchment area mata air Paniis serta besaran perhitungan berdasarkan usulan dari PERHUTANI dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Dari data yang didapat dibuat persamaan regresi dan analisis koefisien korelasi untuk menyatakan hubungan variabel dependent dan independent. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang mencakup potensi sumber air, sistem penyediaan air bersih, besaran kompensasi, kemampuan keuangan PDAM Kota Cirebon, uji statistik dan perundang-undanganperaturan-peraturan yang terkait, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu, untuk memulihkan kerusakan dilingkungan catchment area mata air Paniis sesuai perhitungan PERHUTANI sebesar Rp3.615.916.000tahun dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan sebesar Rp2.110.204.000tahun. Berdasarkan debit pemanfaatan, dimana terdapat prosentasi pemanfaatan sebesar 57,33, maka besarnya usulan biaya kompensasi menjadi Rp2.073.126.000tahun untuk PERHUTANI dan Rp1.209.839.000tahun untuk Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Proporsi bagi hasil dari biaya kompensasi yang dibayarkan Pemerintah Kota Cirebon yang penggunaannya disesuaikan dengan hasil analisis didapat pembagian prosentasi untuk Pembangunan Pemerintah Daerah Kuningan sebesar 62,5 , untuk konservasi hutan dan lingkungan hidup sebesar 30 dan desa-desa pemilikpemanfaat sekitar mata air Paniis sebesar 7,5 . Kemudian penelitian serupa juga telah dilakukan oleh Hikmat Ramdan dalam kajiannya yang berjudul Pengelolaan Sumber Air Minum Lintas Wilayah di Kawasan Gunung Ciremai Propinsi Jawa Barat. Ramdan 2006 melakukan kajian untuk menganalisis ketersediaan dan kebutuhan air minum di kawasan Gunung Ciremai dan potensi konflik dalam pemanfaatan air minum lintas wilayah antara Kabupaten Kuningan dengan Kota Cirebon, kemudian penelitiannya juga menganalisis mekanisme alokasi air minum lintas wilayah sebagai upaya resolusi konflik air lintas wilayah di kawasan Gunung Ciremai serta menganalisis kelembagaan dalam pengelolaan sumber air minum di kawasan Gunung Ciremai. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis hirarki proses untuk menganalisis alokasi air minum antar wilayah Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme alokasi air minum lintas wilayah perlu