ditentukan sebagai bagian dari kerjasama antar daerah dalam memanfaatkan sumber air minum dan menghindari konflik. Penentuan mekanisme alokasi air
minum lintas wilayah perlu memperhatikan aspek-aspek dari faktor, aktor, dan tujuan yang mempengaruhi alokasi air minum lintas wilayah. Dalam penelitian ini
prioritas mekanisme alokasi air minum lintas wilayah di Kawasan Gunung Ciremai adalah alokasi air oleh pemerintahpublic based allocation 0,4, alokasi
melalui transfer hak guna airwater market allocation 0,204, alokasi melalui biaya penyediaan airmarginal cost pricing allocation 0,2, dan alokasi oleh
pengguna airuser based allocation 0,196. Kemudian dalam penelitian ini rumah tangga pengguna air minum setuju untuk memberikan dana kompensasi
konservasi sebagai additional fee untuk membantu kegiatan konservasi sumber air di kawasan Gunung Ciremai.
Ramdan 2006, menambahkan bahwa Peraturan daerah Nomor 38 Tahun 2002 tentang Rencana Umum Tata Ruang Gunung Ciremai selain berfungsi untuk
mengalokasikan ruang dalam kawasan tersebut, juga bernilai ekonomi berkaitan dengan jaminan komitmen wilayah hulu Kabupaten Kuningan untuk memasok
air dalam jumlah dan kualitas yang stabil sepanjang tahun. Implementasi RUTR sebagai sebuah sertifikat komitmen dari daerah hulu untuk hilirnya tersebut
merupakan terobosan kebijakan dalam kerjasama antar daerah di era otonomi daerah ini. Estimasi nilai WTP total untuk konservasi Gunung Ciremai dari
pengguna air minum di Kabupaten Kuningan dan Kota Cirebon masing-masing adalah
Rp29.250.000,00bulan atau
Rp351.000.000,00tahun dan
Rp177.500.000,00bulan atau Rp2,13 milyartahun. Kedua penelitian ini pada intinya membahas hal yang sama yaitu mengenai
penentuan dasar nilai pembayaran jasa lingkungan untuk kegiatan konservasi kawasan sumber mata air Paniis. Kajian ini menjadi dasar bagi penulis dalam
melakukan kajian evaluasi efektivitas pembayaran jasa lingkungan di Kota Cirebon.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Kawasan Gunung Ciremai menyediakan sejumlah jasa lingkungan environmental services yang bermanfaat untuk menyangga kehidupan
masyarakat sekitarnya. Manfaat hidrologis merupakan salah satu manfaat yang langsung dirasakan penduduk. Kawasan tersebut memiliki sejumlah sumber air
minum berupa mata air yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat di dalam wilayah Kabupaten Kuningan sendiri, maupun untuk
memenuhi kebutuhan air minum masyarakat Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon.
Aspek kebijakan yang penting dalam pemanfaatan air minum yang berasal dari Kawasan Gunung Ciremai adalah mekanisme pengelolaan kawasan sumber
air. Kebijakan tersebut harus dilaksanakan berkelanjutan dalam kaitan pemenuhan kebutuhan air minum tingkat lokal dan lintas wilayah. Kontribusi air terhadap
pembangunan ekonomi dan sosial juga sangat vital sehingga seiiring bertambahnya penduduk dan pembangunan ekonomi, fungsi ekonomi dan sosial
air sering terganggu karena semakin kritisnya suplai air, sementara permintaan semakin meningkat. Menurut Flint 2003 salah satu syarat pengelolaan air yang
berkelanjutan diindikasikan oleh adanya upaya perlindungan terhadap sumber- sumber air dari acaman degradasi hal ini sesuai dengan UU No.32 tahun 2009
bahwa konservasi sumber daya alam diperlukan dalam pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan
ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.
Ironisnya saat ini perlindungan sumber air ini masih belum dilakukan secara serius, hal ini disebabkan oleh adanya masalah ekonomi, sosial serta
kelembagaan yang terjadi di masyarakat. Adanya ketidak pedulian masyarakat pengguna air karena kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pelestarian
kawasan Gunung Ciremai kemudian adanya pemahaman perbedaan wilayah dan telah dipenuhinya pembayaran tagihan PDAM menyebabkan pelestarian kawasan
sumber air dianggap bukan menjadi tanggung jawab penduduk di Kota Cirebon. Adanya orientasi ekonomi dalam perubahan fungsi lahan hutan menjadi lahan
pertanian juga dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan di kawasan sumber mata air Desa Cipaniis. Kemudian masalah pengaturan imbal jasa diantara
pemilik serta pengguna sumber mata air juga belum jelas diatur hal ini menyebabkan perlunya suatu bentuk pengelolaan kawasan sumber mata air yang
berbasis pembayaran jasa lingkungan. Menurut Cruz 2000, biaya untuk penggunaan air yang berasal dari
sumber air dalam kawasan hutan belum memasukkan biaya perlindungan dan pengelolaan yang sebenarnya underestimated, oleh karena itu menurut Ramdani
2006, upaya untuk mengestimasi kemampuan pengguna air minum dalam membantu membiayai konservasi kawasan sumber air perlu diteliti. Nilai
kontribusi konservasi dari pengguna air minum merupakan pendekatan pembayaran jasa lingkungan atas jasa hidrologis kawasan Gunung Ciremai yang
dimanfaatkan oleh pengguna air minum. Bagi pengguna air minum yang berada di bagian hilir, nilai kontribusi konservasi tersebut merupakan bentuk dari kontribusi
hilir untuk membantu melestarikan kawasan sumber air minum di bagian hulu. Dalam pelaksanaannya, pembayaran jasa lingkungan yang telah
dilaksanakan antara Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan ini belum diketahui efektifitasnya. Evaluasi efektivitas ini diperlukan dalam rangka perbaikan
kebijakan dalam perlindungan kawasan sumber mata air Paniis yang pada akhirnya dapat berkontribusi bagi masyarakat kedua daerah tersebut terutama
dalam penyediaan air minum bagi Kota Cirebon dan perlindungan kawasan hutan bagi Kabupaten Kuningan. Alur pikir penelitian, yang menggambarkan hubungan
antara masalah penelitian, tujuan penelitian, serta metode analisis disajikan pada Gambar 3 berikut ini :
Game Theory
Analisis Manfaat Biaya
Kawasan Sumber Mata Air Paniis
Penyedia Air Minum Kota Cirebon
Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan