Analisis Manfaat dan Biaya Analisis Desain Model Kelembagaan Pembayaran Jasa Lingkungan

4.4.3 Analisis Regresi Binary Logistik Willingness to Pay Pembayaran Jasa

Lingkungan Mata Air Paniis Dalam penelitian ini dilakukan metode permainan penawaran seperti yang dilakukan oleh Jordan dan Elnagheeb 1993 dalam Arianti 1999 berdasarkan teknik yang ditawarkan oleh Mitchell dan Richard 1989 dalam Arianti 1999, yaitu dengan menyediakan berbagai pilihan nilai WTP di atas dan dibawah nilai pembayaran ajsa lingkungan yang saat ini telah dilaksanakan oleh PDAM Kota Cirebon. Nilai mean WTP jasa air di Kota Cirebon diperoleh dari metodologi yang dikembangkan oleh Cameroon 1988 diacu dalam Ramlan et al 2011 dengan rumus : M e a n W T P 2 x 2 . . . . k x k i Dimana koefisien α adalah koefisien regresi dengan X adalah vektor variabel sosial ekonomi usia, pendapatan, nilai bid.

4.4.4 Analisis Multinomial Logit Pembayaran Jasa Lingkungan

Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor penentu peluang terpilihnya berbagai jenis sistem pengambilan dana pembayaran jasa lingkungan di Kota Cirebon dilakukan analisis kesediaan masyarakat dalam melakukan pembayaran jasa lingkungan yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi multinomial logit. Sistem pengambilan dana jasa lingkungan dibagi menjadi tiga yaitu melalui, rekening air, pajak air dan dana mitra dalam pelaksanaan konservasi. Untuk melakukan analisis peluang pilihan-pilihan ini digunakan persamaan regresi perbandingan peluang multinomial multinomial logit terhadap berbagai pilihan system pengambilan dana jasa lingkungan yang dominan di pilih penduduk : ln p 1 p y 1 1 0 1 1 Bid 1 2 Usia 1 3 Pendapatan 1 4 Asal ln p 1 p y 2 2 0 2 1 Bid 2 2 Usia 2 3 Pendapatan 2 4 Asal ln p 1 p y 3 3 0 3 1 Bid 3 2 Usia 3 3 Pendapatan 3 4 Asal Dimana, y 1 = Pembayaran melalui rekening tagihan PDAM y 2 = Pembayaran melalui pajak lingkungan y 3 = Pembayaran melalui dana mitra

4.5 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Kegiatan pembayaran jasa lingkungan akan bersifat efektif apabila perbandingan manfaat dan biaya yang diperoleh lebih dari 1, dimana manfaat yang didapat bernilai lebih tinggi dibandingkan biaya yang dikeluarkan. 2. Kegiatan pembayaran jasa lingkungan akan bersifat efektif apabila perbandingan manfaat biaya PDAM Kota Cirebon setelah dilakukan pembayaran jasa lingkungan lebih tinggi dibandingkan sebelum pelaksanaan pembayaran jasa lingkungan dengan perolehan manfaat yang lebih besar. 3. Kegiatan pembayaran jasa lingkungan akan bersifat efektif apabila dalam kelembagaan program pembayaran jasa lingkungan Pemerintah Kota Cirebon dan Pemerintah Kabupaten Kuningan bekerjasama dalam konservasi daerah sumber mata air Paniis. 4. Pilihan masyarakat atas pembayaran jasa lingkungan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga yang bekerja, usia, serta asal- usul responden, dimana penduduk asli Cirebon akan memilih untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan dibandingkan bukan penduduk asli Kota Cirebon.

V. GAMBARAN UMUM 5.1 KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI

5.1.1 Kondisi Geografis dan Fisik Kota Cirebon

Kota Cirebon terletak di ujung Timur Propinsi Jawa Barat dan merupakan pintu gerbang Jawa Barat sebelah Timur karena menjadi simpul pergerakan antar kota antar provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kota Cirebon merupakan kota pantai Utara di Jawa Barat yang memiliki wilayah seluas 37.358 km 2 . Secara geografis Kota Cirebon terletak pada posisi 108,33 Bujur Timur dan 6,41 Lintang Selatan, dengan batas- batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Cirebon, 2. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Brebes, 3. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon, 4. Sebelah Timur, berbatasan dengan Laut Jawa. Batas administrasi Kota Cirebon adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara Barat : Sungai Kedungpane 2. Sebelah Barat : Banjir Kanal Kabupaten Cirebon 3. Sebelah Timur : Laut Jawa 4. Sebelah Selatan : Sungai Kalijaga Kabupaten Cirebon Pemerintahan Kota Cirebon terbagi menjadi 5 kecamatan, 22 kelurahan, 247 rukun warga RW dan 1350 rukun tetangga RT, dengan jumlah penduduk 304.152 jiwa. Penyebaran jumlah penduduk di 5 wilayah kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut :