Gambar 5. Karakteristik Sosial Ekonomi Pelanggan Rumah Tangga PDAM Kota Cirebon
VI. PEMBAHASAN
6.1 Pelaksanaan Pembayaran Jasa Lingkungan Kawasan Sumber Mata Air Paniis
Kebutuhan air bersih dengan kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang memadai diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat perkotaan sejalan
dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan kota. Pemenuhan kebutuhan air bersih ini harus didukung dengan adanya pengelolaan daerah kawasan sumber air
yang lokasinya tidak selalu berada dalam satu wilayah administrasi, oleh karena itu mutlak diperlukan kerjasama antar daerah pengguna manfaat jasa lingkungan
dengan pemilik jasa lingkungan. Saat ini Pemerintah Kota Cirebon dengan PDAM Kota Cirebon sebagai
penyelenggara penyediaan air bersih, sangat bergantung dengan pasokan air baku untuk air bersih dari Pemerintah Kabupaten Kuningan, karena Pemerintah Kota
Cirebon tidak memiliki sumber air baku yang memenuhi syarat. Kabupaten Kuningan memiliki beberapa sumber air minum, salah satu diantaranya yaitu
Mata Air Paniis di Desa Paniis. Mata air ini digunakan sebagai sumber utama air minum bagi masyarakat Kota Cirebon, sehingga sistem pengelolaan mata air
Paniis pun dilakukan oleh manajemen PDAM Kota Cirebon. Interaksi Kabupaten Kuningan dengan Kota Cirebon dalam pengelolaan
air minum sudah berjalan sejak lama. Sejarah dimulainya penggunaan mata air Paniis untuk pemenuhan kebutuhan air minum di Kota Cirebon dimulai sejak
tahun 1937 pada saat pemerintahan Belanda. Mata air ini tetap digunakan sebagai sumber air minum utama oleh PDAM Kota Cirebon hingga saat ini dan
diperkirakan bahwa pada masa yang akan datang kebutuhan air minum di Kota Cirebon akan meningkat dengan dijadikannya wilayah Cirebon sebagai salah satu
kawasan pembangunan nasional. Sampai akhir tahun 2010 jumlah pelanggan di wilayah Kota Cirebon sebanyak 54.326 pelanggan dan tingkat konsumsi
masyarakat yang tinggi 192 literoranghari pada tahun 2010. Bertambahnya jumlah penduduk, menyebabkan sumber air baku air bersih kian hari kian
menurun debitnya akibat kerusakan hutan di Gunung Ciremai, sehingga PDAM Kota Cirebon di tahun sekarang dan tahun-tahun mendatang, akan mengalami
kekurangan air baku air bersih dari sumber Mata Air Paniis.
Tingginya ketergantungan Kota Cirebon terhadap Mata Air Paniis menyebabkan pentingnya upaya konservasi kawasan mata air tersebut agar tetap
dapat memenuhi kebutuhan air bersih Kota Cirebon yang terus meningkat. Hal ini juga yang mendorong Pemda Kabupaten Kuningan untuk melakukan upaya
kerjasama dengan Pemda Kota Cirebon untuk memelihara kelestarian Gunung Ciremai sebagai kawasan resapan air dari sejumlah mata air yang selama ini
digunakan oleh masyarakat Kota Cirebon. Kebutuhan air minum yang lebih besar daripada ketersediaannya di suatu
wilayah menciptakan kondisi kelangkaan yang dapat memicu terjadinya konflik diantara pengguna air minum terutama setelah pemberlakuan Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004, yaitu penerapan sistem otonomi
daerah. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah daerah untuk mengatur daerahnya termasuk mengelola
sumberdaya alam di wilayah administratifnya. Pemerintah daerah dapat mengeksploitasi sumber air yang ada untuk
mendapatkan dana untuk membiayai pembangunannya. Hal ini pula yang mendorong Pemerintah Kabupaten Kuningan mengajukan adanya dana
kompensasi pemanfaatan Mata Air Paniis kepada Kota Cirebon. Pengajuan kompensasi ini menimbulkan konflik diantara kedua daerah tersebut.
Konflik pemenuhan air antara Kabupaten Kuningan dengan Kota Cirebon terjadi pada tahun 2004, dimana Pemda Kabupaten Kuningan menuntut adanya
dana kompensasi pembayaran jasa lingkungan dari Kota Cirebon dalam pemanfaatan air Paniis. Kabupaten Kuningan sendiri merupakan kabupaten
dengan tingkat pendapatan jauh lebih rendah dibandingkan Kota Cirebon sehingga dorongan untuk mendapatkan dana kompensasi hasil air dari daerah
pengguna manfaat air dipandang menjadi alternatif pembiayaan upaya konservasi kawasan sumber air diwilayahnya.
Kapasitas terpasang yang dimanfaatkan oleh PDAM Kodya Cirebon adalah 860 ldtk, dan debit yang diijinkan oleh Pemda Kabupaten Kuningan sebesar 750
ldtk berdasarkan surat ijin pengambilan air SIPA yang dikeluarkan oleh Kantor Sumberdaya Air dan Mineral Kabupaten Kuningan Nomor 616039SDAM2003.
Pengambilan air yang melebihi SIPA memicu konflik antara Pemda Kabupaten
Kuningan dengan Kota Cirebon yang terjadi pada pertengahan sampai akhir tahun 2004. Berdasarkan data perhitungan alat pengukuran debit air, PDAM Kota
Cirebon telah mengambil air dari kawasan Mata Air Paniis melebihi ijin pengambilan air rata-rata lebih sebesar 155 literdetik Sumarman 2006.
Peningkatan konsumsi air minum masyarakat di Kota Cirebon yang terus meningkat menjadi alasan bagi PDAM Kota Cirebon untuk mengambil air di atas
yang diijinkan. Hasil perhitungan kebutuhan air minum selama 30 tahun menunjukkan bahwa jumlah pasokan air dari kawasan tersebut sebesar 860
literdtk atau 74,304 juta literhari, sedangkan kebutuhan air bersih di Kota Cirebon hingga tahun 2015 mencapai 1.382 ldtk atau 43,58 juta m
3
per tahun. Adanya kelebihan debit air terukur ini memicu adanya konflik lebih lanjut
diantara kedua daerah tersebut, Kabupaten Kuningan bahkan mengancam untuk mengurangi pasokan air ke Kota Cirebon melalui pemasangan gate valve.
Pengurangan pasokan ini menyebabkan tidak mengalirnya air di beberapa wilayah di Kota Cirebon dan menyebabkan kerugian PDAM Kota Cirebon, sehingga
menimbulkan krisis air bersih di Kota Cirebon. Atas dasar konflik tersebut, Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan
membuat perjanjian kerja sama No. 44 tahun 2004 dan Nomor 690Perj.35- ekon2004 tanggal 17 Desember 2004 tentang Pemanfaatan air dari sumber mata
air Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan berdasarkan Keputusan Bersama Bupati kuningan dan Walikota Cirebon Nomor 616Kep.59-Huk2004
Tahun 2004 dan Nomor 32 Tahun 2004 tanggal 16 Desember 2004 tentang Pemanfaatan Sumber Air dari Mata Air Kabupaten Kuningan, diatur bahwa
Bupati Kuningan dan Walikota Cirebon sepakat melaksanakan konservasi melalui pelestarian lingkungan Sumber Daya Air dengan ketentuan Walikota Cirebon
akan melakukan pembayaran dana kompensasi untuk pelaksanaan konservasi dengan nilai yang ditentukan berdasarkan kesepakatan, yaitu sebesar
Rp1.750.000.000 per tahun dan perjanjian pemasangan water meter untuk mengetahui jumlah debit air yang mengalir ke Kota Cirebon
Pembagian besaran prosentasi dikaitkan dengan besaran realisasi yang diterima Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan pada tahun 2005 sebesar
Rp1.750.000.000 dapat dilihat pada tabel berikut ini :