10
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Menganalisis kinerja keuangan Koperasi Baytul Ikhtiar sebagai lembaga intermediasi keuangan mikro
b. Menganalisis keberlanjutan keuangan dari pembiayaan Koperasi Baytul Ikhtiar c. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besar pembiayaan yang
disalurkan Koperasi Baytul Ikhtiar kepada kelompok mitra
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi Koperasi Baytul Ikhtiar untuk mengetahui posisi lembaga dari aspek finansial, baik
mengenai permodalan koperasi maupun keberlanjutan finansial sehingga KBI mampu meningkatkan kualitasnya sebagai LKM dengan basis syariah yang
berupaya melayani kebutuhan masyarakat miskin khususnya pelaku UMKM. Manfaat lainnya adalah KBI dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi KBI dalam menyalurkan pembiayaan agribisnis sehingga faktor- faktor tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan utama bagi KBI dalam
pembiayaan selanjutnya. Selain itu, hasil penelitian ini pun diharapkan dapat dijadikan bahan kajian atau referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah melakukan kajian finansial KBI dengan menggunakan laporan keuangan neraca dan laba rugi KBI tahun 2009-
2011. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan agribisnis dibatasi pada anggota koperasi yang sedang memanfaatkan fasilitas
pembiayaan KBI dengan peruntukan sektor agribisnis, baik on-farm maupun off- farm
. Secara keseluruhan, data diperoleh berdasarkan informasi secara langsung dari pengurus KBI dan petani sebagai anggota KBI.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Implikasi Grameen Bank di Indonesia
Grameen Bank pertama kali direplikasikan di Indonesia pada tahun 1989
di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat oleh Yayasan Karya Usaha Mandiri KUM. Selanjutnya model pembiayaan ini dikembangkan di Jawa
Timur oleh LSM Yayasan Mitra Karya YMK pada tahun 1993 Thoha 2000. Berdasarkan hasil penelitian Thoha 2000 mengenai peranan dan efektivitas
model Grameen Bank dan model Kukesra di Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar, dapat ditunjukkan bahwa 1 Grameen Bank mempunyai daya tarik yang
lebih kuat daripada Kukesra dalam hal kemudahan prosedur peminjaman dan angsuran, tingkat bunga yang relatif rendah, tidak diperlukannya agunan, serta
kenyamanan anggota dalam memperoleh perhatian, bimbingan usaha, dan bantuan pemasaran, 2 Grameen Bank terbukti lebih efektif sebagai sarana peningkatan
kesejahteraan ekonomi dan sosial rumah tangga miskin di pedesaan bila dibandingkan dengan Kukesra. Keberhasilan tersebut dapat diukur dari
peningkatan pendapatan nasabah Grameen Bank yang mencapai 90 persen per tahun, dan 3 manfaat yang diterima nasabah Grameen Bank bernilai lebih tinggi
daripada Kukesra, yaitu dalam hal kemampuan menabung nasabah, hidup yang lebih hemat, jaringan usaha yang semakin luas, meningkatnya pengetahuan
tentang bisnis, dan menurunnya tingkat ketergantungan nasabah terhadap renternir.
2.2. Koperasi Sebagai Lembaga Keuangan Mikro
Lembaga Keuangan Mikro LKM adalah lembaga yang memberikan jasa keuangan bagi pengusaha mikro dan masyarakat berpenghasilan rendah, baik
formal, semi formal, dan informal Tohari 2002. Ibrahim 2002 menyebutkan bahwa secara umum LKM di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua jenis,
yaitu yang bersifat formal dan informal. LKM formal dalam bentuk bank adalah BKD, Bank Perkreditan Rakyat BPR dan BRI Unit. LKM formal bukan bank
adalah LDKP, koperasi Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam dan pegadaian, sedangkan LKM informal terdiri dari KSM, LSM, BMT, LPEM,