Non Formal Latar Belakang

3 Menurut Bank Indonesia, LKM dibagi menjadi dua kategori besar yaitu LKM yang berwujud bank dan non bank. Kategori LKM non bank terbagi dua menjadi formal dan non formal. Masing-masing LKM tersebut memiliki kinerja yang berbeda-beda dalam kontribusinya untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang umumnya adalah pelaku UKM. Tabel 2. Profil Lembaga Keuangan Mikro Tahun 2007 No. Jenis LKM Jumlah unit Jumlah Peminjam Orang Jumlah Pinjaman Rp Juta Jumlah Penabung Orang Jumlah Tabungan Rp Juta Bank 1 BPR 2.164 2.161.000 11.639.000 5.692 10.795.000 2 BRI Unit 4.046 3.210.678 21.334.800 31.271.553 32.881.790 3 Badan Kredit Desa BKD 4.518 11.667.054 3.829.209 464.812 28.464 Non Bank A. Formal 4 KSP 1.596 684.874 1.156.692 481.152 325.341 5 USP 36.466 10.523.585 13.488.092 5.015.596 1.451.576 6 Pegadaian 827 7.768.278 9.631.772 na na

B. Non Formal

7 BMT 2.017 280.000 1.200.000 450.000 1.500.000 8 LSM 143 69.188 84.140 71.845 47.707 Total 51.777 36.084.937 36.084.937 37.311.100 47.029.878 Sumber : PINBUK dalam Kurnialestari 2007 Keterangan : na = not available tidak dapat diketahui Berdasarkan Tabel 2, jenis LKM yang memiliki unit terbanyak adalah Unit Simpan Pinjam USP, sedangkan dalam hal jumlah pinjaman didominasi oleh LKM kategori bank yaitu BRI Unit. Hal tersebut karena skim kredit yang ditawarkan oleh BRI Unit lebih besar daripada USP. Namun pada perkembangannya, koperasi dinilai lebih diminati oleh pengusaha UKM khususnya bagi pelaku usaha yang tinggal di daerah pedesaan. Sebagai LKM yang tergolong non bank, koperasi berperan sebagai lembaga keuangan formal yang melayani masyarakat terutama anggotanya dalam keperluan untuk menyimpan dan meminjam dana Sulaeman 2004. Mengingat cukup strategisnya peran koperasi simpan pinjam dalam menyalurkan dan menampung dana anggota, Bank Indonesia 2001 menyebutkan bahwa dalam hal jumlah pembiayaan yang 4 disalurkan, posisi KSP dan USP termasuk peringkat dua besar setelah BRI Unit Desa. Jumlah kredit yang disalurkan masing-masing sebesar Rp 6.141.400 juta 41,87 untuk BRI Unit Desa serta Koperasi Simpan Pinjam KSP dan Unit Simpan Pinjam USP pada koperasi Rp 4.159.867 juta 28,36. Dalam menjalankan aktivitasnya sebagai lembaga keuangan mikro, koperasi dapat menggunakan model pembiayaan yang bersifat merangkul dan memberdayakan masyarakat pedesaan yaitu Grameen Bank yang dipelopori oleh Muhammad Yunus di Bangladesh. Grameen Bank merupakan bank yang diperuntukan unuk orang-orang termiskin yang tinggal di daerah pedesaan. Grameen Bank di Indonesia pertama kali direplikasi oleh Yayasan Karya Usaha Mandiri KUM di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada tahun 1989. Keberadaan Grameen Bank tersebut mampu membuktikan bahwa orang-orang miskin, termasuk pengusaha mikro, tergolong layak kredit. Grameen Bank juga berperan dalam meningkatkan pendapatan nasabah usaha mikro, yakni pendapatan sesudah memperoleh kredit lebih besar daripada pendapatan sebelum memperoleh kredit Thoha 2000. Salah satu koperasi yang menggunakan model Grameen Bank adalah Koperasi Baytul Ikhtiar KBI di Kota Bogor. Koperasi ini merupakan lembaga yang berdiri dibawah naungan Yayasan Pengembangan Masyarakat Mustadh’afiin Peramu yang bergerak dalam pelayanan simpan pinjam dengan basis pembiayaan syariah. Sasaran anggota koperasi ini adalah masyarakat pedesaan yang memiliki akses rendah terhadap lembaga keuangan karena lokasinya yang jauh dari perkotaan. Hingga tahun 2011, anggota koperasi telah mencapai 20.429 orang yang tersebar di wilayah Kodya Bogor, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi dengan total majelis yang mencapai 695 majelis. Total pembiayaan yang disalurkan pun terus meningkat, yaitu Rp 6.164.350.000,- pada tahun 2010 menjadi Rp 9.742.300.000 pada tahun 2011. Hal tersebut menunjukkan besarnya potensi yang dimiliki KBI sebagai lembaga intermediasi keuangan yang menjangkau pelaku usaha mikro. 5

1.2. Perumusan Masalah