67
7.2. Karakteristik Pembiayaan Responden Sektor Agribisnis
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anggota Koperasi Baytul Ikhtiar, diperoleh karakteristik pembiayaan responden sektor agribisnis. Karakteristik
anggota koperasi diidentifikasi melalui beberapa variabel yang dimiliki oleh masing-masing responden. Variabel-variabel tersebut meliputi lama keanggotaan,
aset anggota, omset usaha per tahun, pendapatan bersih per tahun, frekuensi pembiayaan, jumlah pengajuan pembiayaan, dan jenis usaha. Karakteristik
responden tersebut akan diterangkan pada Tabel 15 dengan pembagian perhitungan berdasarkan jenis usaha yang dijalankan.
Tabel 15. Analisis Parameter yang Mempengaruhi Pembiayaan Sektor Agribisnis
KBI Tahun 2012
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 15, dapat dilihat beberapa karakteristik rata-rata yang dapat dideskripsikan dari variabel lama keanggotaan,
aset anggota, omset usaha per tahun, pendapatan bersih per tahun, frekuensi pembiayaan, jumlah pengajuan pembiayaan, jenis usaha, dan jumlah pembiayaan
yang diterima anggota. Oleh karena itu, data tersebut dapat menunjukkan adanya kecenderungan dari setiap jenis usaha agribisnis tersebut.
Hasil rataan di atas dapat menunjukkan adanya keterkaitan antara lama keanggotaan dengan frekuensi pembiayaan responden. Frekuensi pembiayaan
responden untuk jenis usaha on-farm adalah 2,75 kali dalam 3 tahun dan untuk usaha off-farm adalah 2,12 kali dalam 1,88 tahun keanggotaan. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa semakin lama keanggotan responden, maka semakin tinggi pula frekuensi pembiayaan yang diterima. Hal ini pun sesuai dengan ketentuan
Variabel On-Farm
N=32 Off-Farm
N=8 Rata-Rata
Lama Keanggotan Thn 3
1.88 2.28
Aset Anggota Rp 111.275.141
83.326.875 97.301.008
Omset Usaha RpTahun 8.981.031
178.362.500 93.671.766
Pendapatan Bersih RpTahun 3.735.206
26.739.000 15.237.103 Frekuensi Pembiayaan Kali
2,75 2,125
2,44 Jumlah Pengajuan Pembiayaan Rp
996.875 1.062.500
1.029.688 Jumlah Pembiayaan yang Diterima Rp
903.125 975.000
939.063
68
koperasi yang memberikan jangka waktu angsuran selama 50 pekan, yang artinya setiap satu tahun sekali anggota dapat mengajukan pembiayaan kepada koperasi.
Berdasarkan jumlah rata-rata aset responden, jenis usaha on-farm memiliki nilai rata-rata aset yang lebih besar daripada responden yang menjalankan usaha
off-farm . Hal tersebut disebabkan responden sektor pertanian sebagian besar
memiliki lahan usaha, sehingga nilai aset umumnya didominasi oleh nilai lahan tersebut. Adapun nilai lahan per meter persegi berkisar antara Rp 30.000,- hingga
Rp 45.000,- di daerah Rumpin, sedangkan di daerah Taman Sari dan Dramaga mencapai Rp 50.000,- hingga Rp 75.000,- per meter persegi.
Berdasarkan data luas lahan pada Tabel 16, terdapat 22 responden yang memiliki lahan milik dari total 30 responden yang mengusahakan lahan pertanian.
Data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden pertanian memiliki lahan milik sebagai aset responden.
Tabel 16. Jumlah dan Proporsi Luas Lahan Milik dan Non Milik Responden
Sektor Pertanian KBI Tahun 2012
Status Lahan Luas Lahan m
2
Jumlah Responden Orang Proporsi
Milik 500
5 16,67
500-5000 14
46,67 5001-10000
2 6,67
10000 1
3,33 Non Milik
500 1
3,33 500-5000
4 13,33
5001-10000 3
10,00 10000
0,00 Total
30 100
Berkaitan dengan omset usaha, responden usaha on-farm memiliki nilai omset usaha yang lebih rendah daripada usaha off-farm per tahunnya. Rendahnya
nilai omset tersebut disebabkan oleh perputaran modal usaha on-farm yang membutuhkan waktu hingga hitungan bulan, sehingga penjualan komoditi hanya
dapat dilakukan dalam beberapa kali dalam satu tahun. Berbeda halnya dengan rata-rata omset yang diterima oleh responden usaha off-farm, dimana perputaran
modal terjadi setiap hari sehingga total penjualan per tahun tergolong tinggi.
69
Nilai pendapatan bersih responden bergantung pada jumlah pendapatan dan pengeluaran rumah tangga responden. Pendapatan rumah tangga responden
umumnya berasal dari keuntungan usahatani, perdagangan, upah sebagai buruh tani, gaji suami, hingga bantuan dari anak, sedangkan pengeluaran rumah tangga
responden berkisar antara biaya dapur, biaya listrik, pulsa, kredit, arisan, bahan bakar kendaraan, renovasi rumah, dan lain sebagainya. Berdasarkan data tersebut,
nilai pendapatan bersih per tahun yang diperoleh responden jenis usaha on-farm lebih kecil daripada jenis usaha off-farm. Hal ini disebabkan oleh responden usaha
off-farm yang dapat memperoleh pendapatan usaha setiap hari karena adanya
perputaran penjualan produk secara cepat, sedangkan rensponden usaha on-farm hanya memperoleh pendapatan usaha pada saat panen dan pada waktu penjualan
komoditi berlangsung. Jumlah pengajuan pembiayaan responden pada penelitian kali ini berkisar
antara Rp 500.000,- sampai dengan Rp 3.000.000,-. Rata-rata jumlah pengajuan pembiayaan responden jenis usaha on-farm bernilai Rp 996.875,- sedangkan
responden usaha off-farm memiliki rata-rata Rp 1.062.500,-. Pada umumnya, responden usaha on-farm mengajukan pembiayaan dengan peruntukan modal
investasi pengadaan alat-alat pertanian dan modal tani, mulai dari bibit, pupuk, obat, sewa kerbau, dan upah tenaga kerja, sedangkan responden usaha off-farm
memiliki peruntukan untuk modal pembelian komoditi yang akan diperdagangkan. Pada dasarnya, jumlah pengajuan ini bergantung pada kebutuhan
tiap usaha responden. Selisih rata-rata jumlah pengajuan pembiayaan antara kedua jenis usaha pun tidak terlalu besar, walau responden dengan usaha off-farm
memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi. Jumlah pembiayaan yang diterima responden pun beragam sesuai dengan
kisaran jumlah yang diajukan. Realisasi pembiayaan yang tertinggi adalah sebesar yaitu Rp 3.000.000,- dan pembiayaan terendah yang diterima adalah senilai Rp
500.000,-. Adapun nilai rata-rata yang diterima responden usaha on-farm bernilai Rp 903.125,- sedangkan responden dengan usaha off-farm memiliki rata-rata Rp
975.000,- artinya nilai rata-rata yang diterima responden off-farm lebih besar daripada responden dengan usaha on-farm.
70
7.3. Keragaan Regresi Faktor-Faktor Pembiayaan Sektor Agribisnis