Kerangka Pemikiran Operasional KERANGKA PEMIKIRAN

30 b. Tidak ada sangsi hukum bila anggota tidak bisa mengembalikan pinjaman dan kredit tersebut dihibahkan bila anggota meninggal dunia. c. Anggota tidak perlu datang ke kantor untuk mengurus pinjamannya, tetapi justru petugas yang mendatangi mereka dalam pertemuan rembug pusat. d. Prosedur perkreditan dibuat sesederhana mungkin dengan tidak menggunakan banyak formulir yang tidak dimengerti oleh anggota.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Koperasi Baytul Ikhtiar KBI berperan sebagai lembaga keuangan mikro berbasis syariah. Dengan model pembiayaan Grameen Bank, KBI berfokus dalam menyalurkan pembiayaan masyarakat miskin, khususnya pengusaha mikro. KBI pada dasarnya memiliki potensi yang besar dalam menjangkau lapisan masyarakat miskin yang memiliki keterbatasan terhadap akses pembiayaan. Hal ini dapat dilihat dari wilayah jangkauan pembiayaan KBI yang semakin luas, yakni Kodya Bogor, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi. Dengan jangkauan luas tersebut, KBI harus mampu menjadi lembaga keuangan mikro yang dapat menyalurkan pembiayaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji mengenai keberlanjutan finansial KBI yang diawali dengan analisis kinerja keuangan KBI yang meliputi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitas usaha. Hasil pengukuran likuiditas dapat menunjukkan kemampuan koperasi dalam membayar kewajiban jangka pendek, sedangkan hasil pengukuran solvabilitas dapat menunjukkan kemampuan koperasi dalam memenuhi seluruh kewajibannya sehingga koperasi dapat mengetahui seberapa besar batasan dalam meminjam uang. Hasil pengukuran profitabilitas dapat menunjukkan besarnya laba yang dapat dihasilkan koperasi dalam periode tertentu. Adapun hasil pengukuran aktivitas usaha dapat menggambarkan kondisi perputaran aktiva dan piutang yang dilakukan oleh koperasi. Pengukuran rasio tersebut penting dilakukan bagi KBI mengingat lembaga tersebut juga memiliki hutang jangka pendek dan jangka yang cukup besar, sehingga proporsi modal sendiri KBI tergolong rendah, yaitu rata-rata hanya sekitar 20,02 persen. Hasil pengukuran dengan suatu standar tertentu dapat memperlihatkan tingkat kinerja koperasi dalam keadaan yang baik atau tidak baik. 31 Sebagai kelanjutan dari analisis rasio keuangan, penelitian ini akan menganalisis keberlanjutan KBI dari aspek finansial. Keberlanjutan finansial tersebut akan membandingkan komponen pendapatan koperasi dengan biaya operasional yang dibutuhkan. Sebagai lembaga keuangan, KBI berhadapan langsung dengan dua pihak, yaitu anggota layanan koperasi yang diberi pembiayaan dan lembaga lain sebagai pihak ketiga sebagai pemasok sumber dana pembiayaan. Keterkaitan tersebut membuat KBI harus mencapai kondisi yang berkelanjutan viable agar KBI dapat menutupi biaya pokok pinjaman kepada pihak ketiga dengan menggunakan pendapatan dari margin pembiayaan anggota. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Khandker 1998 bahwa indikator suatu pembiayaan mencapai tingkat viabilitas finansial adalah pendapatan yang diterima dari peminjam harus lebih besar dari biaya operasional yang dikeluarkan. Selain itu, penelitian ini akan mengkaji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pembiayaan KBI pada sektor agribisnis. Dalam penelitian ini, terdapat tujuh variabel yang diduga berpengaruh terhadap pembiayaan anggota sektor agribinis. Oleh karena itu, penelitian ini akan melihat pembiayaan dari sisi lembaga penyalur KBI yaitu sisi penawaran pembiayaan. Variabel yang digunakan merupakan turunan dari prinsip pembiayaan 5C, yaitu character , capacity, capital, collateral, dan conditions. Adapun ketujuh variabel tersebut adalah lama keanggotaan , aset anggota, omset usaha per tahun, pendapatan bersih per tahun, frekuensi pembiayaan, jumlah pengajuan pembiayaan, dan jenis usaha anggota. Variabel lama keanggotaan merupakan turunan dari prinsip pembiayaan character. Lama keanggotan dinilai dapat menggambarkan karakteristik anggota, termasuk sikap dan kepribadian didalamnya. Selain itu, karakter anggota dapat pula dilihat dari frekuensi pembiayaan anggota. Tidak hanya banyaknya frekuensi pembiayaan, tetapi juga dapat dilihat dalam hal kelancaran pembayaran, pengalaman pengembalian pembiayaan dan kehadiran anggota dalam melakukan angsuran pembiayaan. SehinggaKBI dapat mengetahui sifat atau karakter dari masing-masing anggota. Oleh karena itu, lama keanggotaan dan frekuensi pembiayaan diduga berpengaruh positif terhadap besarnya pembiayaan agribisnis, yaitu semakin lama keanggotaan dan atau frekuensi pembiayaan anggota, maka 32 KBI akan lebih mengetahui karakteristik anggota dan anggota tersebut akan lebih memahami penggunaan pembiayaan yang diberikan, sehingga diduga koperasi memiliki kepercayaan untuk memberikan pembiayaan yang lebih besar. Variabel aset anggota merupakan turunan dari prinsip pembiayaan capital karena variabel tersebut dapat mewakili kemampuan modal yang dimiliki anggota. Adapun aset yang digunakan dalam penelitian ini meliputi aset usaha dan aset rumah tangga. Variabel aset anggota pun diduga memiliki pengaruh yang positif terhadap besarnya pembiayaan agribisnis pada KBI . Semakin besar jumlah aset yang dimiliki anggota, maka diduga KBI akan lebih berani untuk memberikan jumlah pembiayaan atas besarnya kekayaan atau harta yang dimiliki anggota. Variabel hasil turunan dari prinsip pembiayaan capacity adalah omset usaha per tahun, pendapatan bersih per tahun, dan jumlah pembiayaan yang diajukan. Variabel omset usaha dan pendapatan bersih anggota dapat digunakan KBI untuk melihat kelancaran usaha dan kemampuan anggota dalam memenuhi kewajiban angsuran. Secara sederhana, kemampuan anggota tersebut dapat dilihat dari besarnya saving power anggota. Sedangkan variabel jumlah pembiayaan yang diajukan dapat menunjukkan seberapa besar kapasitas usaha yang akan dijalankan anggota. Oleh karena itu, ketiga variabel tersebut diduga berpengaruh positif terhadap besarnya pembiayaan agribisnis yang diberikan KBI. Semakin besar omset usaha, pendapatan bersih anggota, dan jumlah pembiayaan yang diajukan maka diduga akan meningkatkan besarnya pembiayaan yang diterima anggota. Adapun variabel yang diluar dari turunan prinsip pembiayaan adalah jenis usaha anggota. Variabel jenis usaha, dengan dummy jenis usaha on-farm diduga berpengaruh positif terhadap besarnya pembiayaan yang diterima anggota. Hal tersebut berarti anggota dengan usaha on-farm diduga akan memperoleh pembiayaan yang lebih besar daripada anggota berjenis usaha off-farm. Hasil penelitian dari ketiga analisis tersebut akan menggambarkan performa KBI, baik dari segi lembaga maupun dari segi penerima manfaat, yaitu anggota layanan koperasi. Analisis mengenai kinerja keuangan dan keberlanjutan finansial dari sisi lembaga dapat memberikan gambaran akan posisi keuangan KBI, sehingga KBI dapat segera membenahi dan meningkatkan kekurangan yang ada. 33 Sedangkan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan agribisnis yang dilihat dari sisi anggota dapat menjadi evaluasi dan bahan pertimbangan bagi KBI untuk menetapkan besarnya pembiayaan agribisnis terhadap anggota yang tergolong sebagai usaha produktif. Pada intinya, keseluruhan hasil penelitian tersebut diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan kualitas KBI sebagai lembaga intermediasi keuangan mikro yang memiliki jangkauan pembiayaan yang luas dan berkelanjutan. 34 Gambar 4. Kerangka Operasional Keterangan : : Ruang Lingkup Analisis Kinerja Keuangan BAIK : Ruang Lingkup Analisis Uji Viabilitas : Ruang Lingkup Analisis Model Regresi Linear Berganda : Garis dipengaruhi langsung Kinerja Keuangan dan Keberlanjutan Finansial KBI serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Agribisnis Pengembangan Kualitas KBI sebagai Lembaga Keuangan Mikro yang Melayani UMKM Koperasi Baytul Ikhtiar KBI Kinerja Keuangan KBI Likuiditas Aktivitas Usaha Rentabilitas Solvabilitas Pembiayaan Agribisnis Berdasarkan Karakteristik Anggota 1. Lama Keanggotaan 2. Aset Anggota 3. Omset Usaha per Tahun 4. Pendapatan Bersih per Tahun 5. Frekuensi Pembiayaan 6. Jumlah Pengajuan Pembiayaan 7. Jenis Usaha Anggota Keberlanjutan Finansial 35

IV. METODE PENELITIAN