Iklim Hidrologi Flora dan Fauna

2. Endapan vulkanik kwarter tua terdapap pada topografi perbukitan kecil di sekitar Merapi Muda sebagai bagian dari aktivitas Merapi Tua, yaitu terdapat di Bukit Gono, Turgo, Plawangan, Maron dan dinding timur terdapat Geger Boyo. Berdasarkan peta tanah skala 1:250.000 tahun 2000, di wilayah Provinsi DIY memiliki jenis tanah regosol. Tanah ini berkembang pada fisiografi berupa lereng vulkan. Bahan induk tanah adalah material vulkanis hasil dari aktivitas vulkanis Gunung Merapi. Tanah regosol merupakan tanah yang tergolong muda sehingga belum mengalami perkembangan profil. Tanah ini dicirikan oleh warna tanah kelabu sampai kehitaman dengan tekstur tanah tergolong kasar, yaitu pasiran. Adapun struktur tanah juga belum terbentuk sehingga termasuk tekstur granular. Jenis tanah yang dapat dijumpai di kawasan Gunung merapi adalah: regosol, andosol, alluvial, dan litosol.

3.5. Iklim

Secara klimatologis, keberadaan kawasan TNGM masuk wilayah iklim muson tropis, yang dicirikan dengan hujan dengan intensitas yang tinggi pada musim hujan November-April yang kemudian berganti dengan bulan-bulan kering April-Oktober. Curah hujan bervariasi dengan curah hujan terendah sebesar 875 mmtahun dan curah hujan tertinggi sebesar 2.527 mmtahun. Tipe iklim berdasarkan klasifikasi Schmidt-Fergusson termasuk tipe C atau agak basah. Rata-rata curah hujan tahunan di TN Gunung Merapi untuk tiap kabupaten adalah sebagai berikut: 1. Kabupaten Magelang : 2.252–3.627 mmtahun 2. Kabupaten Boyolali : 1.856–3.136 mmtahun 3. Kabupaten Klaten : 902–2.490 mmtahun 4. Kabupaten Sleman : 1.869–2.495 mmtahun Variasi hujan di sepanjang lereng Gunung Merapi dipengaruhi oleh hujan orografis. Seperti juga wilayah muson tropis lainnya, variasi suhu dan kelembaban udara pada dasarnya tidaklah menyolok. Suhu berkisar antara 20 o -33 o C dan kelembaban udara bervariasi antara 80 - 99.

3.6. Hidrologi

Daerah hulu ini merupakan daerah resapan air yang menjadi komponen air tanah dan aliran dasar base flow. Daerah Gunung Merapi bagian selatan mempunyai kemiringan terjal hingga mendekati datar yang menyebabkan banyak terbentuknya sungai di bagian selatan. Sungai-sungai tersebut di bagian hulu bersifat epemeral mengalir di musim hujan dan memiliki kemiringan dasar yang tinggi, tetapi sebagian juga bersifat perennial mengalir sepanjang tahun, walaupun di musim kemarau mengalami penurunan debit. Porositas batuan yang besar juga mempengaruhi keringnya sungai di bagian hulu. Sumberdaya air dalam kawasan TNGM secara wilayah hidrologis terbagi ke dalam tiga DAS yaitu: DAS Progo sisi barat, DAS Opak Oyo sisi selatan, dan DAS Bengawan Solo sisi utara dan timur.

3.7. Flora dan Fauna

Berdasar data yang dihimpun oleh TNGM hingga tahun 2009 di kawasan TNGM terdapat lebih kurang 57 jenis anggrek lima di antaranya endemik Jawa, 10 jenis rumput, 93 jenis jamur, 24 jenis paku, 13 jenis bambu, hampir 100 jenis pohon, terdapat pula jenis palm, lumut dan lainnya. Satwa liar yang ada tercatat 9 jenis mamalia yang terdiri dari mamalia besar yaitu macan tutul Panthera pardus melas Cuvier, babi hutan Sus scrofa Linnaeus, rusa Cervus timorensis Blainville, serta mamalia lainnya seperti musang Paradoxurus hermaphrodites Pallas, kucing hutan Felis sp, bajing Lariscus insignis Cuvier. Jenis primata seperti monyet ekor panjang Macaca fascicularis Raflles dan lutung kelabu Trachypithecus auratus E.Geoffroy serta jenis reptil seperti ular sowo Dytas coros, ular gadung Trimeresurus albobabris Gray dan bunglon Goneochepalus sp.. Di kawasan TNGM terdapat 159 jenis burung dan 32 di antaranya adalah endemik Jawa, salah satunya adalah satwa terancam punah dan dilindungi serta merupakan satwa dirgantara nasional yaitu elang jawa Nisaetus bartelsi Stresemann yang diperkirakan hanya ada lebih kurang 6 individu. IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian