Penghulu Madya Jabatan Penghulu dan Kegiatannya

28

E. Pengertian dan Syarat Perceraian

1. Pengertian Perceraian

Perceraian dalam bahasa Arab adalah thalaq, yang mengandung arti melepas atau membuka simpul.Menurut istilah fiqh, thalaq disebut pula hkulu’, makna aslinya menanggalkan atau membuka sesuatu jika yang minta cerai itu pihak istri.Walaupun perceraian itu diperbolehkan, tetapi menurut Qur’an suci dan Hadits terang sekali bahwa hak itu baru boleh dilakukan dalam keadaaan luar biasa. Al- Qur’an memberi bermacam-macam usaha guna menghindari perceraian.Atas dasar ajaran Qur’an semacam itulah Muhammad SAW menyebut perceraian sebagai barang halal yang paling tidak disukai oleh Allah. Kesan umum seakan-akan orang Islam boleh menceraikan istrinya dengan sewenang-wenang, ini hanyalah memutar balikkan undang-undang Islam yang terang-benderang tentang perceraian. Perceraian ialah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim, atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu. 18 Perkawinan sebagai ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga bahagia, sejahtera, kekal abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang 18 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : PT Intermasa, 1989, h.42. 29 Perkawinan dapat putus karena : kematian, perceraian, atas keputusan pengadilan. Ketentuan ini diatur di dalam Pasal 38 Undang-Undang Perkawinan. 19 Perceraian biasa disebut “cerai talak” dan atas keputusan pengadilan disebut “cerai gugat”. Cerai talak perceraian yang dijatuhkan oleh seorang suami kepada istrinya yang perkawinannya dilaksanakan menurut agama islam Pasal 14 PP No. 91975. Cerai gugat adalah perceraian yang dilakukan oleh seorang istri yang melakukan perkawinan menurut agama islam dan oleh seorang suami atau seorang istri yang melangsungkan perkawinannya menurut agamanya dan kepercayaan itu selain agama Islam penjelasan Pasal 20 ayat 1 PP No. 91975. Cerai talak dan cerai gugat hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan Pasal 39 ayat 1 PP No. 9. Gugatan Provisional pasal 77 dan 78 UU No.789, sebelum putusan akhir dijatuhkan hakim, dapat diajukan pula gugatan provisional di Pengadilan Agama untuk masalah yang perlu kepastian segera, misalnya: a. Memberikan ijin kepada istri untuk tinggal terpisah dengan suami. b. Ijin dapat diberikan untuk mencegah bahaya yang mungkin timbul jika suami-istri yang bertikai tinggal serumah. c. Menentukan biaya hidupnafkah bagi istri dan anak-anak yang seharusnya diberikan oleh suami. 19 Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta : PT Rineka Cipta, 1991, h.116.