Kompetensi Penghulu TINJAUAN UMUM TENTANG PENGHULU DAN PERCERAIAN

29 Perkawinan dapat putus karena : kematian, perceraian, atas keputusan pengadilan. Ketentuan ini diatur di dalam Pasal 38 Undang-Undang Perkawinan. 19 Perceraian biasa disebut “cerai talak” dan atas keputusan pengadilan disebut “cerai gugat”. Cerai talak perceraian yang dijatuhkan oleh seorang suami kepada istrinya yang perkawinannya dilaksanakan menurut agama islam Pasal 14 PP No. 91975. Cerai gugat adalah perceraian yang dilakukan oleh seorang istri yang melakukan perkawinan menurut agama islam dan oleh seorang suami atau seorang istri yang melangsungkan perkawinannya menurut agamanya dan kepercayaan itu selain agama Islam penjelasan Pasal 20 ayat 1 PP No. 91975. Cerai talak dan cerai gugat hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan Pasal 39 ayat 1 PP No. 9. Gugatan Provisional pasal 77 dan 78 UU No.789, sebelum putusan akhir dijatuhkan hakim, dapat diajukan pula gugatan provisional di Pengadilan Agama untuk masalah yang perlu kepastian segera, misalnya: a. Memberikan ijin kepada istri untuk tinggal terpisah dengan suami. b. Ijin dapat diberikan untuk mencegah bahaya yang mungkin timbul jika suami-istri yang bertikai tinggal serumah. c. Menentukan biaya hidupnafkah bagi istri dan anak-anak yang seharusnya diberikan oleh suami. 19 Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta : PT Rineka Cipta, 1991, h.116. 30 d. Menentukan hal-hal lain yang diperlukan untuk menjamin pemeliharaan dan pendidikan anak. e. Menentukan hal-hal yang perlu bagi terpeliharanya barang-barang yang menjadi harta bersama gono-gini atau barang-barang yang merupakan harta bawaan masing-masing pihak sebelum perkawinan dahulu. Asas perceraian yang diuraikan di dalam Al- Qur’an, yang besar kecilnya mencakup segala macam sebab, adalah keputusan suami-isteri untuk memutus ikatan perkawinan karena mereka tidak sanggup lagi hidup bersama sebagai suami-isteri. Sebenarnya, perkawinan itu tiada lain hanyalah suatu perjanjian untuk hidup bersama sebagai suami-isteri, dan apabila masing-masing pihak tidak setuju dan tidak cocok lagi untuk hidup bersama, maka perceraian tidak dapat ditunda lagi. Ini bukanlah berarti setiap percekcokkan diantara mereka akan mengakibatkan perceraian, hanya tidak adanya kesanggupan untuk hidup bersama sebagai suami-isteri sajalah yang menyebabkan ditempuhnya perceraian. 20 Dalam surat Al-Baqarah Ayat 23 1 menyatakan: 21 20 Kama Rusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007, h. 25-27. 21 Abdul Wahab Abd Muhaimin, Ayat-ayat Perkawinan Dan Perceraian Dalam Kajian Ibnu Katsir, Jakarta: Gaung Persada, 2010, h. 27. 31                                                   رق لا : ١ ٣٢ Artinya: “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang maruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang maruf pula. janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu Menganiaya mereka[145]. Barangsiapa berbuat demikian, Maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu Yaitu Al kitab dan Al Hikmah As Sunnah. Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Jika sebuah rumah tangga yang didalamnya terjadi percekcokan yang berkepanjangan, maka dalam diri suamiisteri terdapat dua hal yang bertentangan. Pertama, bahaya cekcok yang berkepanjangan dalam rumah tangga, ini jelas bertentangan dengan tujuan perkawinan yaitu dalam rangka mencapai sakinah ketentraman, dan kedua, bahaya percerain yang juga bertentangan dengan tujuan perkawinan.Dalam kondisi yang demikian, jika bahaya percaraian lebih ringan di bandingkan dengan cekcok yang