2. Jenis Penelitian
Dilihat dari segi penyusunannya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif, penelitian kualitatif yaitu suatu analisis data dimana penulis
menjabarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian. Adapun teknik penulisan menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.
3. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan penulis yaitu : a.
Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangansuatu organisasi secara langsung melalui objeknya. Pada skripsi ini penulis
mewawancari penghulu yang bertugas di KUA Karang Tengah.
b. Data Skunder, yaitu data yang diperoleh dengan cara membandingkan atas
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diajukan, dokumen-dokumen yang dimaksud adalah Al-
Qur’an, Hadis, buku-buku ilmiah, Undang-Undang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam KHI, serta
peraturan-peraturan lainnya yang erat kaitannya dengan masalah ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis, karena tujuan dari penelitian mendapatkan data. Bila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data mengunakan :
a. Riset perpustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan bantuan
bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan
b. Riset Lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan sesuai dengan keadaan yang
terjadi di KUA Karang Tengah.
5. Analisis Data
Seluruh data yang diperoleh kemudian di analisis. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat di informasikannya kepada orang lain.
F. Kerangka Teori
Akad dalam pernikahan adalah fase penting dalam kehidupan masyarakat dan penting sekali artinya dalam menentukan kebahagiaan rumah tangga.
Keadaan menuntut adanya persiapan mental yang matang dalam membina rumah tangga.
Perihal akad ini maka jelas akan disinggung pula perihal administrasi. Jika dibuka kembali kitab-kitab fikih klasik, maka tidak akan ditemukan adanya
kewajiban pasangan suami istri untuk mencatatkan perkawinannya pada pejabat negara. Dalam tradisi umat Islam terdahulu, perkawinan sudah dianggap sah bila
telah terpenuhi syarat dan rukun-rukunnya. Hal ini berbeda dengan perkara muamalah, yang dengan tegas Alquran memerintahkan untuk mencatatkannya.
13
Dengan demikian, ketentuan mengenai pencatatan perkawinan baru diterapkan
13
Qs.Al-Baqarah [2]: 282