Perceraian di KUA Karang Tengah

51 Setiap masyarakat pasti mempunyai suatu permasalahan baik yang berhubungan dengan keluarga maupun dengan orang lain. Sebuah keluarga merupakan suatu pembelajaran yang sangat penting dalam kaitannya dengan suami istri, hal ini bisa kita lihat dari sebagian masyarakat yang melakukan perceraian karena dalam hubungan suami isterinya tidak bisa di pertahankan kembali sehingga berujung pada sebuah Perceraian. 7 Semakin banyak upaya yang dilakukan oleh Penghulu semakin sedikit Perceraian itu terjadi. Walaupun upaya itu tidak banyak, yang penting adalah terlaksananya upaya itu. Perceraian bisa berkurang apabila faktor-faktor penyebab perceraian yang ada bisa dihilangkan atau diminimalkan. 8 Dari beberapa Upaya yang akan dilakukan oleh Penghulu sebagai Berikut: 1. Memberikan Penyuluhan. Dengan memberikan penyuluhan keagamaan terhadap Bapak-bapak, Ibu-ibu, PemudaI dalam suatu pengajian baik tingkat RT maupun Desa yang akan terciptanya komunikasi yang harmonis dan baik terhadap masyarakat sehingga dapat menciptakan wawasan berumah tangga yang lebih inspiratif. Penyuluhan ini juga bisa dilakukan terhadap anak-anak sekolah yang sudah dewasa dan yang sudah berfikir untuk melakukan pernikahan. Penyuluhan ini sangat penting untuk tidak terjadinya perceraian dan meminimalisir perceraian yang sudah ada. Penghulu akan terjun langsung untuk melakukan upaya ini 7 Ghozali, Abdul Rahman. Fiqh Munakahat. Jakarta:Kencana. 2008. h. 147. 8 M. Soleh, wawancara pribadi, Tangerang, 28 September 2015. 52 agar benar-benar berjalan dan bisa membuahkan hasil yang baik, terutama pada masyarakat Karang Tengah. 9 2. Meningkatkan Kualitas P3N. P3N Amil selaku pembantu dari pihak KUA supaya bisa memberikan ilmu- ilmu tentang berumah tangga yang baik dan rukun. Maka dari itu Perceraian yang dilakukan sebagian masyarakat Karang Tengah bisa menjadi lebih sedikit dari sebelumnya. 10 3. Mengadakan Pembinaan Keluarga Sakinah. Dengan adanya Pembinaan Keluarga Sakinah yang dilakukan Penghulu akan membuat masyarakat mengerti arti pentingnya membangun sebuah keluarga yang baik dan rukun. Sehingga masyarakat lebih mempertimbangkan apabila meraka ingin melakukan perceraian. Pembinaan Keluarga Sakinah juga merupakan upaya yang sangat baik dalam mengurangi Perceraian yang dilakukan sebagian masyarakat Karang Tengah. Dan pembinaan ini haruslah dilakukan oleh orang-orang yang memang benar-benar mengerti tentang menjalin keluarga yang baik itu seperti apa. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh Penghulu sebagai orang yang dianggap faham terhadap permasalahan seperti ini. 11 4. Membuat Program berbentuk Sosialisasi. 9 M. Soleh, wawancara pribadi, Tangerang, 28 September 2015. 10 M. Soleh, wawancara pribadi, Tangerang, 28 September 2015. 11 BKKBN, Membangun Keluarga Sehat dan Sakinah, Jakarta: BKKBN, 2008, h.5. 53 Dengan adanya kerjasama yang baik dari pihak KUA dengan BKKBN, Puskesmas, Tokoh Masyarakat dan Pejabat setempat. Maka Sosialisasi ini akan membawa nilai-nilai positif terhadap masyarakat Karang Tengah baik yang sudah bercerai maupun yang masih berkeluarga. Dan memberikan dampak yang baik bagi semua komponen masyarakat, sehingga keharmonisan dalam suatu keluarga dapat lebih dijaga. Program ini juga sangat penting untuk meminimalisir Perceraian yang dilakukan sebagian masyarakat. 12

C. Pemenuhan Tugas Penghulu

Sebagai seorang penghulu, maka diharuskan untuk melaksanakan semua tugas pokoknya dan tidak semata – mata hanya melaksanakan tugasnya sebagai pegawai pencatat nikah. Penghulu juga bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan dan penyuluhan baik sebagai anggota KUA, maupun sebagai individu penghulu. 13 Penghulu di Karang Tengah sudah memulai menerapkan tugasnya tersebut dengan memperbanyak terjun langsung ke dalam masyarakat. Karena penghulu merupakan pihak selain kyai atau ustad yang diberi tanggung jawab untuk membina masyarakat khususnya dalam bidang pernikahan maupun perceraian tidak hanya oleh agama namun juga undang – undang. 12 M. Soleh, wawancara pribadi, Tangerang, 28 September 2015. 13 Muttaqin, Pegawai Pencatat Nikah, Banten: Kementerian Agama, 2003, h.21.