BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1 Profil Mutiara
Mutiara adalah sejenis batu permata dalam berbagai bentuk, hasil biomineralisasi kerang anggota moluska filum Mollusca. Mutiara alami
terbentuk karena iritasi yang disebabkan oleh sesuatu yang asing yang masuk ke dalam kerang. Mekanisme pertahanan diri kerang akibat gangguan iritasi ini
menghasilkan nacre yang terkomposisi sebagian besar dari kalsium karbonat. Dengan nacre tersebut, mutiara membungkus kotoran itu sehingga kotoran itu
terbentuk menjadi mutiara. Komposisi mutiara alami kebanyakan didominasi nacre sedangkan mutiara hasil budidaya didominasi bagian intinya. Bagian inti
yang digunakan untuk membuat mutiara buatan biasanya berbentuk bulat dan diambil dari kerang lain yang memiliki cangkang tebal.
4.1.1 Karakteristik Mutiara 1.
Warna mutiara
Kisaran warna mutiara cukup luas, dari hitam sampai perak. Namun demikian warna alami mutiara bukan semata ditentukan oleh warna dasar nacre
mutiara itu sendiri yang dibentuk oleh pigmen warna di bagian matriks organik yang mengikat ubin nacre namun juga berkombinasi dengan warna overtone dan
irredescence . Bahkan, dalam penelitian yang dilakukan terhadap nacre dari
Pinctada maxima membuktikan bahwa warna nacre juga ditentukan oleh adanya
“kekacauan” cahaya dalam daerah ikatan antar ubin aragonite yang membentuk nacre. Irridescence
atau juga disebut “orient” muncul bagaikan pelangi, sebetulnya merupakan fenomena optik akibat dari lapisan nacre yang membuat
difraksi cahaya yang berbeda beda, fenomena ini lebih jelas pada bagian dalam dari cangkang daripada mutiara itu sendiri, terjadi akibat terbentuknya garis-garis
pertumbuhan. Sementara overtone adalah sinar cahaya warna yang muncul di permukaan mutiara sehingga terlihat berkilau.
2. Lustre mutiara
Lustre diukur dari daya pantul nacre itu sendiri terhadap obyek di dekatnya. Bila daya pantulnya sempurna maka nacre itu akan menyerupai cermin
dalam memantulkan cahaya dan image. Sementara nilai luster rendah bila nacre terlihat berwarna kusam, kabur dengan daya pantul rendah. Luster juga ditentukan
oleh komposisi ubin nacre sehingga menciptakan difraksi cahaya tertentu dan membuat nacre kelihatan buram.
3. Bentuk mutiara
Secara umum, bentuk mutiara terdiri atas: spherical bulat bola, simetris dan baroque. Bentuk spherical adalah bentuk umum yang dihasilkan oleh mutiara
hasil budidaya. Bentuk ini juga yang paling banyak diminati konsumen. Namun, bentuk yang benar-benar bulat jarang ditemukan apalagi berasal dari mutiara
alami. Mengingat model terbentuknya mutiara karena mengikuti kontur inti, sehingga dibuatlah inti bundar dengan maksud menghasilkan mutiara yang bundar
pula. Bentuk simetris adalah bentuk mutiara apabila dibelah dua maka setengah bagiannya akan sama dengan bagian yang lainnya. Bentuk mutiara simetris yang
umum adalah bentuk buah pir atau air mata. Sedangkan bentuk baroque adalah bentuk bangunan mutiara abstrak, memiliki tonjolan di sana-sini, tak simetris.
Bentuk ini banyak ditemukan di mutiara alami.
4. Ukuran mutiara
Besar kecil mutiara lebih banyak ditentukan oleh jenis kerang yang menghasilkannya. Di samping jenis kerang mutiara, faktor lain yang menentukan
ukuran mutiara adalah lamanya budidaya. Makin lama mutiara dibudidaya, makin tebal nacre yang dihasilkan. Ukuran yang umum diterapkan untuk mengukur
diameter mutiara adalam millimeter mm. Mutiara hasil budidaya dengan ukuran di atas 20 mm, jarang ditemukan sehingga harganyapun mahal.
5. Kontur permukaan
Mendapatkan mutiara dengan permukaan yang sangat licin pun tidak gampang. Mutiara yang memiliki goresan atau tonjolan-tonjolan kecil di
permukaan disamping kurang indah secara estetik juga beresiko mengelupas bila bergesek. Keberadaan permukaan juga akan memengaruhi warna dan lustre dari
mutiara.
6. Berat mutiara